Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Seperti Apa Keadaan Dunia saat Kerajaan Majapahit Mencapai Golden Age?

Candi Bajang Ratu
Candi Bajang Ratu (commons.wikimedia.org/Anandajoti Bhikku)
Intinya sih...
  • Kerajaan Purépecha menjadi rival terkuat Kerajaan Aztec
  • Kerajaan Mali menjadi tujuan perjalanan Ibnu Battutah
  • Pemberontakan Turban Merah dan Berdirinya Dinasti Ming
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ketika membahas kerajaan-kerajaan besar yang pernah ada di Indonesia, nama Kerajaan Majapahit pasti tidak pernah kita lewatkan. Kerajaan Majapahit didirikan oleh penerus tahta Kerajaan Singasari yaitu Raden Wijaya pada akhir abad 13 setelah dirinya berhasil menumpas pemberontakan Jayakatwang.

Dalam perjalanannya, Kerajaan Majapahit menjelma menjadi kerajaan hindu berpengaruh yang melebarkan wilayah kekuasaannya hingga Bali, Melayu, hingga Tanjungpura. Ketika Hayam Wuruk naik tahta menjadi raja dan didampingi Gajah Mada sebagai perdana menteri, Kerajaan Majapahit mencapai masa keemasannya. Pada masa ini, Kerajaan Majapahit banyak menjalin kerjasama dengan kerajaan-kerajaan besar lainnya di kawasan Asia Tenggara seperti Kerajaan Champa, Siam, dan Khmer.

Masa kejayaan Kerajaan Majapahit berlangsung pada pertengahan abad 14, tepatnya antara tahun 1350-1389. Pada rentang waktu ini, peristiwa-peristiwa penting juga terjadi di beberapa tempat di belahan dunia lainnya. Artikel ini akan membahas beberapa keadaan penting di Eropa, Amerika, Asia dan Afrika yang terjadi bersamaan dengan golden age Kerajaan Majapahit.

1. Munculnya Kerajaan Purépecha sebagai rival terkuat Kerajaan Aztec

Piramida Yácata di Tzintzuntzan
Piramida Yácata di Tzintzuntzan (commons.wikimedia.org/Arian Zwegers)

Peradaban Mesoamerika tumbuh dengan banyak peradaban kecil di dalamnya. Selain Aztec dan Maya, terdapat peradaban Olmec, Zapotec, Toltec, Mixtec, Teotihuacan, Cuicatec, dan Purépecha. Di antara banyaknya peradaban yang tumbuh di kawasan Mesoamerika, hanya ada dua peradaban yang pernah membentuk entitas kerajaan yaitu Aztec dan Purépecha.

Kerajaan Purépecha menguasai wilayah Michoacán yang kini dikenal sebagai Meksiko bagian barat. Purépecha resmi berstatus kerajaan pada 1350 ketika Tariácuri menjadikan Tzintzùntzan sebagai ibukotanya dan mulai menerapkan hierarki dalam sistem politik. Sektor pertanian, pertambangan, serta industri pengolahan logam tembaga dan perunggu, merupakan pilar-pilar utama yang mendukung perekonomian Purépecha.

Walaupun namanya tidak banyak dikenal, Purépecha berdiri sebagai kerajaan kuat yang tidak dapat dikalahkan oleh Aztec. Ketika Spanyol tiba di Amerika pada 1521, eksistensi Purépecha sebagai sebuah kerajaan berhenti seketika. Salah satu peninggalan kebudayaan Purépecha adalah piramida yácata yang dibangun untuk menghormati dewa-dewa kepercayaan masyarakat Purépecha.

2. Kerajaan Mali menjadi tujuan terakhir perjalanan Ibnu Battutah

Masjid Sankore di Timbuktu, Mali
Masjid Sankore di Timbuktu, Mali (picryl.com/Flickr)

Di masa Abad Pertengahan, Kerajaan Mali menjadi simbol kejayaan wilayah Afrika Barat. Pada saat itu, hampir dua pertiga cadangan emas dunia diproduksi di Mali dan sekitarnya. Berita tentang kemakmuran Kerajaan Mali terdengar hingga kawasan Mediterania dan tak terkecuali seorang penjelajah Muslim asal Maroko bernama Ibnu Battutah.

Sejak tahun 1325, Ibnu Battutah telah menghabiskan waktunya menjelajahi Afrika, Asia hingga Semenanjung Iberia. Memasuki tahun 1351, Ibnu Battutah melanjutkan perjalanannya ke Afrika Barat untuk pertama kalinya. Setelah menempuh perjalanan berbulan-bulan lamanya dan menembus Gurun Sahara, Ibnu Battutah sampai di Kerajaan Mali yang saat itu dipimpin oleh Mansa Sulaiman.

Ibnu Battutah menggambarkan kemakmuran Kerajaan Mali dengan mewahnya istana kediaman sang sultan serta pedang para tentara yang dilapisi emas. Pemukiman warga yang terbuat dari tanah lumpur dan beratapkan kayu tampak berada di sekeliling istana dan masjid kerajaan. Tidak adanya kasus pencurian di tengah masyarakat, juga membuktikan tingginya tingkat keamanan di wilayah Kerajaan Mali.

3. Pemberontakan Turban Merah dan Berdirinya Dinasti Ming

ilustrasi bendera Dinasti Ming
ilustrasi bendera Dinasti Ming (commons.wikimedia.org/Zhenxiong Li)

Turban Merah merupakan komunitas rahasia beranggotakan kaum petani yang mulai muncul di daratan Tiongkok pada sekitar awal abad 14. Pergerakan masyarakat ini bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan Dinasti Yuan yang didirikan oleh bangsa Mongol dan mengembalikan suku Han sebagai pemimpin Tiongkok. Saat itu, suku Han menjadi kelompok masyarakat yang kerap dirugikan oleh kebijakan Dinasti Yuan seperti dilarang menduduki jabatan strategis dan memiliki senjata, juga dikenakan sanksi hukuman yang lebih berat dibandingkan orang-orang Mongol.

Aktivitas pemberontakan Turban Merah terjadi secara sporadis sebelum terbentuk Pasukan Turban Merah di beberapa kawasan penting. Pada 1356, salah satu pemimpin Pasukan Turban Merah di Nanjing, Zhu Yuanzhang, berdiri sebagai sosok dominan dan karismatik di antara pemimpin Pasukan Turban Merah lainnya. Selama bertahun-tahun setelahnya, Zhu Yuanzhang mengambil alih seluruh Pasukan Turban Merah di berbagai tempat termasuk kelompok-kelompok kecil lainnya.

Setelah sukses menumbangkan Dinasti Yuan dengan dukungan seluruh komponen masyarakat suku Han, Zhu Yuanzhang memproklamirkan berdirinya Dinasti Ming di Yintian pada 1368. Zhu Yuanzhang memberi gelarnya sendiri yaitu Kaisar Taizu yang bermakna leluhur agung. Pada masa pemerintahannya, seluruh bangsa Mongol terusir hingga mencapai batas utara dari Tembok Besar dan seluruh daratan Tiongkok kembali dikuasai suku Han.

4. Timur Lenk muncul sebagai kekuatan baru di Asia Tengah

patung Timur Lenk
patung Timur Lenk (commons.wikimedia.org/Adam Jones)

Timur Lenk lahir pada 1336 dari keluarga suku Barlas yang merupakan campuran bangsa Mongol dan Turki. Ia dibesarkan di lingkungan petani dan pedagang yang menghuni wilayah Transoxiana atau Uzbekistan. Ayahnya, Taraghai Bahdur, dikenal sebagai pimpinan suku Barlas.

Semasa mudanya, Timur Lenk sudah melihat banyaknya konflik dan peperangan yang melibatkan sukunya dengan Chagatai Mongol, salah satu suku keturunan langsung Gengis Khan. Karena rangkaian konflik dan perebutan kekuasaan ini, Timur Lenk pun terusir dari Transoxiana dan melanjutkan hidupnya di Persia sebagai tentara bayaran. Dari sinilah Timur Lenk bisa mendirikan pasukannya sendiri dan pada 1370 dia berhasil merebut seluruh wilayah Transoxiana.

Karena bukan keturunan langsung Gengis Khan, Timur Lenk memilih gelar amir dan bukan khan untuk dirinya. Timur Lenk dan pasukannya mampu menguasai seluruh Asia Tengah pada 1380. Dalam beberapa tahun berikutnya, konvoi pasukan Timur Lenk berlanjut ke Afganistan dan seluruh wilayah Persia ada dalam kekuasaannya.

5. Gereja Katholik Roma memiliki dua paus

Palais des Papes, Avignon
Palais des Papes, Avignon (pexels.com/Bingqian Li)

Pada tahun 1309, Paus Klementin V memindahkan ibukota kepausan dari Roma ke Avignon, sebuah kota kecil di bagian selatan Prancis. Selama hampir tujuh dekade berikutnya, seluruh paus terpilih berasal dari Prancis sehingga periode ini dikenal sebagai Kepausan Avignon. Memasuki tahun 1376, paus terpilih dari Kepausan Avignon yaitu Paus Gregorius XI memindahkan kembali pusat kepausan ke Roma.

Situasi pelik muncul pasca wafatnya Paus Gregorius XI pada 1378. Paus Urbanus VI terpilih sebagai penerus tahta suci setelah banyaknya dorongan untuk memilih paus yang berasal dari bangsa Italia atau keturunan Romawi. Pada situasi ini, sekelompok kardinal yang tidak sepakat dengan tata cara pemerintahan Paus Urbanus VI lalu mengangkat Robert of Geneva sebagai Paus Klemens VII dan kembali menghidupkan Kepausan Avignon.

Hingga akhir abad 14, Gereja Katholik Roma masih berada dalam kondisi perpecahan atau yang kerap disebut sebagai peristiwa Skisma Barat. Perpecahan dalam otoritas kepausan ini tidak hanya berdampak pada keberjalanan institusi Gereja Katholik Roma tetapi juga hubungan diplomatik antar kerajaan dan wilayah-wilayah otonom di Eropa. Skisma Barat akhirnya berakhir pada 1417 melalui terpilihnya Paus Martinus V sebagai hasil dari pertemuan Konsili Konstanza sejak beberapa tahun sebelumnya.

Era keemasan Kerajaan Majapahit terjadi bersamaan dengan periode kejayaan Kerajaan Mali di Afrika Barat, munculnya kerajaan-kerajaan di Mesoamerika, juga berdirinya Dinasti Ming Tiongkok serta dominasi Timur Lenk di Asia Tengah. Di sisi lain, Benua Eropa sedang mengalami krisis akibat perpecahan Gereja Katholik Roma.

Kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran sepeninggal Hayam Wuruk pada 1389. Walaupun era keemasan-nya hanya berlangsung dalam waktu singkat, Kerajaan Majapahit dikenang dalam sejarah Indonesia sebagai salah satu kerajaan yang mewariskan nilai-nilai kebangsaan. Sebagai contoh, semboyan Bhinneka Tunggal Ika berasal dari Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular yang terbit di era Kerajaan Majapahit.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Fakta Flamingo Andes, Spesies Burung Langka dengan Habitat Ekstrem

09 Des 2025, 13:49 WIBScience