Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Kucing Calico Jantan Cuma Sedikit Jumlahnya?

ilustrasi seekor kucing bercorak calico (pexels.com/Cats Coming)

Bicara soal kucing peliharaan, tentu ada banyak sekali topik menarik yang dapat dibahas. Selain tingkahnya yang ada-ada saja, corak atau pola warna rambut mamalia kecil ini juga begitu beragam. Salah satu pola yang cukup mudah dikenali dan banyak dijumpai adalah calico atau kucing belang tiga.

Calico merupakan pola tiga warna yang dijumpai pada kucing, yaitu oranye, hitam, dan putih. Uniknya, mayoritas kucing calico berjenis kelamin betina. Nah, pertanyaannya, kenapa tidak banyak kucing jantan dengan warna calico? Simak dulu artikel ini agar kamu bisa menemukan jawabannya, ya!

1.Kromosom berperan penting dalam memproduksi warna

ilustrasi seekor kucing bercorak calico (pexels.com/Cong H)

Salah satu pola warna pada kucing yang paling mudah dikenali adalah calico alias tiga warna. Ada warna oranye, hitam, dan putih yang membentuk beragam kombinasi menarik. Setiap kucing akan memiliki pola yang unik dan tentu memancarkan pesona tersendiri. Nah, sekarang pertanyaannya, warna-warna ini muncul dari mana, sih?

The International Cat Association (TICA) menjelaskan bahwa pola warna diatur oleh gen O. Gen ini terletak di dalam kromosom X. Gen O bisa membawa warna oranye atau hitam. Berhubung kucing betina memiliki dua kromosom X atau XX, maka potensi terjadinya kombinasi dua warna, oranye dan hitam pada pola tortoise shell, atau tiga warna pada calico sangat besar. Hal ini sekaligus menjelaskan mengapa kucing calico berjenis kelamin jantan sangat sulit untuk ditemukan. Ini terjadi karena kucing jantan punya satu kromosom X saja, sehingga hanya akan mengeluarkan satu warna.

2.Kucing calico jantan tercipta dari adanya kelainan kromosom

ilustrasi seekor kucing bercorak calico (pexels.com/Susanne Jutzeler, suju-foto)

Pada poin sebelumnya telah dijelaskan bahwa kucing dengan pola warna calico hampir selalu berjenis kelamin betina karena adanya dua kromosom X yang masing-masing dapat mengekspresikan warna berbeda. Pada kucing jantan, terdapat satu kromosom X saja, sehingga pola warnanya menjadi terbatas. Lantas, bagaimana dengan kucing calico yang berjenis kelamin jantan?

Ternyata, kemunculan pola warna calico pada kucing jantan merupakan hasil dari adanya kelainan kromosom yang dikenal dengan istilah sindrom Klinefelter. Dilansir McGill University, kucing jantan seharusnya memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y atau disebut dengan XY. Namun, bila terdapat abnormalitas, ada dua kromosom X yang diproduksi, sehingga kucing jantan tersebut memiliki kromosom XXY dan mampu mengekspresikan pola warna calico.

3. Kucing jantan dengan corak calico biasanya menghadapi beragam masalah kesehatan

ilustrasi seekor kucing bercorak calico (pexels.com/Behnam Ramezani)

Diperlukan keberuntungan besar untuk menemukan kucing calico berjenis kelamin jantan. Pasalnya, kejadian ini sangat langka, hanya satu dari tiga ribu ekor kucing yang mengalaminya, seperti dilansir McGill University. Sayangnya, terlepas dari keunikan luar biasa itu, ada konsekuensi buruk yang harus ditanggung kucing tersebut.

Veterinary Information Network (VIN) melansir, kucing calico berjenis kelamin jantan dengan kromosom XXY akan mengalami sterilitas. Keberadaan kromosom Y memang tetap membentuk tanda kelamin jantan, seperti munculnya testis. Namun, ekstra kromosom X akan mengganggu proses pembentukan sperma, sehingga menyebabkan kucing tidak bisa melestarikan keturunan.

Selain steril, kucing calico jantan juga dapat mengalami kondisi kesehatan yang begitu buruk. Kucing dengan abnormalitas kromosom ini bisa menderita masalah kognitif dan perkembangan, masalah perilaku, penurunan jumlah mineral tulang, hingga obesitas, seperti dilansir The Spruce Pets.

Kucing jantan dengan pola warna calico merupakan hasil dari kelainan genetik yang disebut dengan sindrom Klinefelter. Kejadian ini cukup langka, hanya ada satu kasus per tiga ribu ekor. Terlepas dari keunikannya, keadaan ini membuahkan konsekuensi negatif berupa kucing menjadi steril dan rentan mengalami beragam masalah kesehatan serius.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ratna Kurnia Ramadhani
EditorRatna Kurnia Ramadhani
Follow Us