Diplomasi Thailand 1897 (commons.wikimedia.org/Sodacan)
Salah satu alasan mengapa Thailand tidak pernah dijajah karena kepiawaian para pemimpin negaranya dalam berdiplomasi. Raja Mongkut dan Raja Chulalongkorn tidak hanya mempelajari budaya Barat, tetapi juga aktif menjalin hubungan bilateral dengan kekuatan global, seperti Amerika Serikat dan Inggris. Penandatanganan Treaty of Amity and Commerce dengan Amerika Serikat pada 1833 menunjukkan bahwa Thailand sudah membuka jalur diplomasi secara modern sejak awal abad ke-19.
Thailand tidak bersikap tertutup terhadap budaya asing, melainkan mengadopsi nilai-nilai tertentu yang dianggap mampu memperkuat posisi mereka sebagai negara berdaulat. Dalam hubungan luar negeri, Thailand juga menerapkan strategi yang disebut sebagai semi-dependence, yakni sebuah strategi yang menunjukkan keterbukaan terhadap kerja sama tanpa benar-benar tunduk atau menyerahkan kedaulatan nasional. Diplomasi semacam ini menghasilkan stabilitas politik yang sangat berharga di tengah masa kolonial saat itu.
Sementara banyak negara Asia Tenggara terjebak dalam perang atau manipulasi politik kolonial, Thailand justru berhasil tampil sebagai mitra yang dihormati. Thailand justru malah menjalin kerja sama dalam bidang ekonomi, membuka akses dagang, hingga memodernisasi sistem pendidikan dengan pihak kolonial tanpa mengorbankan identitas nasional mereka sebagai sebuah bangsa. Diplomasi aktif yang dijalankan oleh Thailand bukan hanya reaktif terhadap ancaman kolonialisme, tetapi juga proaktif dalam membangun posisi internasional yang kuat.
Selain itu, Thailand juga memanfaatkan sistem tributari tradisional dengan Tiongkok secara strategis. Meski di atas kertas mereka mengakui Kaisar Tiongkok sebagai pemimpin tertinggi dalam sistem penghormatan, hal itu dilakukan sebatas simbolik. Dalam praktiknya, Thailand tetap menjalankan urusan dalam negeri secara independen. Hubungan ini memberi perlindungan tidak langsung dari Tiongkok sehingga kekuatan kolonial Eropa berpikir dua kali sebelum mencoba menaklukkan Thailand secara paksa.
Jadi, kenapa Thailand tidak pernah dijajah? Jawabannya terletak pada kombinasi ketiga faktor di atas. Semua aspek tersebut saling menguatkan yang pada akhirnya membuat Thailand menjadi negara yang mampu menavigasi era kolonial dengan cara yang berbeda dan modern dari negara-negara Asia Tenggara lainnya. Hingga hari ini, keberhasilan Thailand tersebut menjadi bukti bahwa ketahanan nasional dapat dicapai melalui kecerdasan membaca zaman dan keberanian dalam membuat keputusan besar.
Referensi
“How Did Siam (Thailand) Avoid European Colonization?”. The New Historian. Diakses Juli 2025.
“History of Thailand”. Britannica. Diakses Juli 2025.
“Map of the Roman Exile, 70 CE”. Jewish Virtual Library. Diakses Juli 2025.
“Thailand”. Office of the Historian. Diakses Juli 2025.
“Thailand: Background and U.S. Relations”. Congress.gov. Diakses Juli 2025.
“Thailand: How Southeast Asia’s Buffer Country”. The Globalist. Diakses Juli 2025.
“Why Was Thailand Never Colonized?”. SEAsia.co. Diakses Juli 2025.
“Why Was Thailand Never Colonized?”. World History Edu. Diakses Juli 2025.
“Why Thailand Was Never Colonized”. SchoolTube. Diakses Juli 2025.