Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Misteri Nyanyian Paus Terungkap

potret paus biru (pixabay.com/janeb13)

Misteri suara aneh yang terdengar di bawah laut masih menjadi teka-teki. Tapi ada salah satu yang terungkap, yakni dari paus yang bernyanyi, bersiul dan mencicit di laut.

Cara paus mengeluarkan suara-suara ini masih menjadi misteri. Namun sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature memberikan penjelasan baru, ditemukan berkat alat yang melewati kotak suara tiga paus yang sudah mati.

Organ kuno itu disebut laring

Hiu paus adalah hewan yang berstatus endangered (commons.wikimedia.org/Matthew T Rader)

Mengutip dari laman The New York Times, kotak suara atau laring adalah organ kuno. Mamalia itu berevolusi ketika keluar dari laut, di mana mereka kemudian membutuhkan cara untuk memisahkan udara yang dihirup dari makanan yang dikonsumsi, kata penulis studi, Coen Elemans.

Laring berfungsi seperti ruang depan tenggorokan atau trakea, dengan lipatan jaringan yang disebut epiglotis yang menjaga makanan dan minuman agar tidak jatuh ke tenggorokan.

Di bawah epiglotis, mamalia telah mengembangkan lipatan jaringan tambahan, yang disebut pita suara di mana itu menghasilkan suara ketika udara yang dihembuskan dari paru-paru menyebabkannya bergetar.

Ketika nenek moyang paus yang hidup di darat kembali ke laut, kondisi tersebut mengharuskan mereka mengubah laringnya.

"Karena ketika hewan ini bernapas di permukaan, mereka perlu mengeluarkan banyak udara dengan sangat cepat. Lipatan suara seperti mamalia darat bisa menjadi penghalang," Elemans menjelaskan.

Metode penelitian

unsplash.com

Metode penelitian yang dilakukan ilmuwan adalah dengan mengawetkan kotak suara yang baru dibedah dari tiga paus balin yang mati setelah terdampar di darat, dua di Denmark dan satu di Skotlandia. Yang satu adalah si bungkuk, minke, dan yang terakhir adalah seekor sei.

Para peneliti memasang kotak suara paus sepanjang dua kaki ke serangkaian pipa dan memompa udara. Pada awalnya, kotak suara tidak mengeluarkan suara apa pun.

Namun ketika para peneliti mengubah posisi laring, bantalan lemak yang terhubung dengannya bergetar melawan pita suara. Setelah itu, suara ikan paus menjadi terdengar.

Para peneliti juga menciptakan model digital untuk mengkaji bagaimana keterbatasan kapasitas paru-paru dan tekanan air dapat mempengaruhi tempat dan cara paus bersuara. 

Temuan ini menunjukkan bahwa ikan tersebut punya batasan dalam bersuara di perairan dangkal. Sayangnya, kebisingan dari aktivitas manusia seperti pelayaran juga dapat mengganggu vokalisasi paus.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mayang Ulfah Narimanda
Achmad Fatkhur Rozi
3+
Mayang Ulfah Narimanda
EditorMayang Ulfah Narimanda
Follow Us