10 Negara Indeks Militerisasi Global Terbaik, Indonesia Urutan Berapa?

Debat ketiga Calon Presiden yang dihelat pada Minggu (7/1/2024) di Istora Senayan, Jakarta kemarin berlangsung alot dan sengit. Masing-masing paslon saling beradu mengemukakan gagasan dan strateginya dalam tema seputar Pertahanan, Keamanan, Politik Luar Negeri, Geopolitik, Hubungan Internasional, dan Globalisasi. Salah satu momen menarik dalam debat tersebut adalah ketika calon presiden nomor urut tiga, Ganjar Pranowo melemparkan pertanyaan sekaligus membeberkan data terkait Indeks Militerisasi Global (Global Militarization Index) yang dipublikasikan oleh Bonn International Centre for Conflict Studies tahun 2023.
Dalam sesi terakhir, Ganjar Pranowo menyebutkan bahwa posisi Indonesia disebut turun dalam indeks ini. Beliau mempertanyakan kinerja Menteri Pertahanan yang juga calon presiden nomor urut dua yaitu Prabowo Subianto dan menantang untuk membeberkan data yang lebih akurat soal Pertahanan RI. Berdasarkan hasil indeks ini, penulis telah merangkum sepuluh negara dengan peringkat teratas dalam militerisasi dan pertahanan versi BICC. Kira-kira, Indonesia berada di urutan ke berapa ya dalam database ini? Simak terus ya, sampai habis!
1. Ukraina

Indeks Militerisasi Global dari Bonn International Centre for Conflict Studies menyebut Ukraina berhasil meraih peringkat pertama dengan skor trend GMI sebesar 81,31. Belanja militer, personil militer, dan persenjataan masing-masing mencapai skor 5,11, 1,29, dan 1,75. Peningkatan Ukraina ke peringkat pertama disebabkan oleh serangan Rusia sejak tahun 2022 yang mengalami kenaikan peringkat sebanyak 18 tingkat, dan memiliki daya militarisasi yang tinggi (ΔGMI 79,2).
Dalam dua dekade terakhir, Ukraina telah menjadi negara dengan militerisasi yang baik, terutama dalam Indeks Senjata Berat. Namun, skornya mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa Ukraina baru mencapai kategori negara yang sangat termiliterisasi sejak tahun 2014. Pada tahun 2022, Ukraina menempati peringkat 33 dunia dalam hal senjata berat. Perubahan arah politik ke Barat tercermin dalam sumber pasokan sistem senjata.
Dulu, Ukraina mungkin lebih tergantung pada Rusia untuk kebutuhan militer mereka, tetapi kini mereka cenderung mengandalkan negara-negara di Barat sebagai mitra atau penyedia utama sistem senjata. Perubahan ini mencerminkan pergeseran aliansi atau orientasi politik Ukraina ke arah Barat dalam bidang pertahanan dan keamanan. Meskipun sebelumnya bergantung pada Rusia, Ukraina memiliki industri pertahanan yang cukup besar. Dalam lima tahun terakhir, 34,4 persen impor senjata Ukraina berasal dari Amerika Serikat, 16,7 persen dari Polandia, dan 10,6 persen dari Jerman.
2. Israel

Setelah sebelumnya berada di peringkat pertama selama beberapa tahun terakhir, kini Israel harus tergeser dan turun di peringkat kedua. Israel menghabiskan sekitar 23,3 miliar dollar Amerika Serikat untuk kekuatan bersenjatanya. Dari segi personil, Israel punya 169.500 tentara dan cadangan sebanyak 465.000 pada tahun 2022. Nilai ini sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (4,5 persen dari GDP). Hal ini menghasilkan tren demilitarisasi rendah (ΔGMI -4,9)
3. Armenia

Armenia menunjukkan kecenderungan rendah dalam demilitarisasi (ΔGMI -4,5), sehingga berhasil menduduki peringkat ketiga pada tahun ini. Meskipun negara Kaukasus ini mengalokasikan lebih banyak dana untuk keperluan militer dalam jumlah mutlak dibandingkan tahun sebelumnya, pengeluaran militer mengalami penurunan dari 4,5 menjadi 4,3 persen dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP).
Dengan kekuatan militer sebanyak 42.900 prajurit aktif dan 210.000 reservis, dapat disimpulkan bahwa terdapat 15,4 prajurit per 1.000 penduduk. Dinamika militarisasinya terutama terkait dengan konflik beku dengan negara tetangga yaitu Azerbaijan (peringkat kesembilan), telah menciptakan konflik berulang yang mengalami eskalasi ke tindak kekerasan yang terakhir kali terjadi pada bulan September 2023.
4. Qatar

Qatar menempati peringkat keempat. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, negara ini menunjukkan tren militarisasi yang signifikan sehingga naik dua peringkat. Hal ini disebabkan oleh peningkatan belanja militer, yang mencapai 14,7 miliar dollar Amerika Serikat (tujuh persen dari GDP) pada tahun 2022. Angkatan bersenjata dalam negara ini berjumlah 16.500 prajurit berdasarkan data yang dihimpun oleh Bonn International Centre for Conflict Studies.
5. Bahrain

Selanjutnya, masih di negara Teluk Persia, ada Bahrain yang menempati peringkat kelima di antara sepuluh negara dengan indeks militer terbaik di dunia. Bahrain mengeluarkan dana sejumlah 1,3 miliar dollar Amerika Serikat (3,2 persen dari GDP) untuk keperluan militer, dengan 8.200 tentara dan 11.260 paramiliter. Jumlah ini sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya dan mencerminkan tren demiliterisasi yang signifikan (ΔGMI -8,3).
6. Arab Saudi

Arab Saudi, berada di peringkat keenam dalam GMI (ΔGMI -4,5). Negara yang masuk dalam Semenanjung Arab ini sukses meraih daftar sepuluh negara paling baik dari segi militer dan pertahanan di dunia. Pada tahun 2022, Arab Saudi menggunakan dana sebesar 73 miliar dollar Amerika Serikat atau setara dengan 7,4 persen dari GDP-nya untuk keperluan militer, jumlah yang secara signifikan lebih tinggi daripada tahun sebelumnya yang mencapai 63 miliar dollar Amerika Serikat. Belanja ini juga menempatkannya di antara lima negara dengan pengeluaran militer tertinggi di dunia dalam nilai mutlak.
7. Yunani

Berada pada posisi ketujuh, Yunani yang juga merupakan anggota NATO, menghabiskan sekitar 3,7 persen dari Produk Domestik Bruto (GDP) untuk anggaran militer. Proporsi GDP yang tinggi ini menjadikan Yunani sebagai negara dengan tingkat pengeluaran militer tertinggi di antara anggota aliansi tersebut.
Kebijakan pemindahan 1.200 pembawa personel lapis baja bekas dari Amerika Serikat dalam dua tahun terakhir telah mengakibatkan peningkatan yang cukup mencolok dalam tren militarisasi (ΔGMI 5.0).
8. Singapura

Singapura mengalami penurunan satu peringkat dari tahun sebelumnya dan kini menempati posisi kedelapan dalam peringkat GMI. Negara singa tersebut mengalokasikan sekitar 11,4 miliar dolar Amerika Serikat untuk keperluan militer, setara dengan 2,8 persen dari GDP-nya, seperti yang terjadi pada tahun sebelumnya.
Militer Singapura memiliki kekuatan yang signifikan dengan jumlah prajurit aktif sebanyak 51.000 dan cadangan mencapai 252.500, jumlah yang cukup besar jika dibandingkan dengan populasi negara yang mencapai 5,6 juta jiwa. Selain itu, negara ini juga dilengkapi dengan lebih dari 3.000 sistem senjata berat.
Meskipun terjadi penurunan dalam peringkat GMI, tidak terlihat tren menuju militerisasi jika dibandingkan dengan situasi tahun sebelumnya, dengan perubahan ΔGMI sebesar -0,2.
9. Azerbaijan

Di urutan kesembilan ada negara Azerbaijan. Negara yang bersitegang dan terlibat dalam konflik yang berlangsung dengan tetangganya yaitu Armenia, menggunakan dana sekitar 2,6 miliar dollar Amerika Serikat atau setara dengan 4,5 persen dari Produk Domestik Bruto (GDP)-nya untuk kepentingan militer pada tahun 2022. Saat ini, Azerbaijan memiliki 64.050 prajurit aktif dan cadangan tambahan sejumlah 300.000 prajurit.
10. Rusia

Rusia juga masuk dalam 10 Besar negara dengan indeks militerisasi terbaik seluruh dunia. Negara yang telah terlibat dalam perang total melawan Ukraina sejak awal tahun 2022, meningkatkan pengeluaran militer dari yang awalnya 66 miliar dollar Amerika Serikat menjadi hampir 72 miliar dollar Amerika Serikat (4,1 persen dari GDP). Sementara itu, tren demilitarisasi yang rendah secara simultan (ΔGMI -2,4) disebabkan oleh kerugian besar dalam personel dan peralatan militer.
Diperkirakan bahwa pada tahun 2021, Rusia memiliki sekitar 70.000 sistem senjata berat, tetapi jumlahnya turun menjadi 52.000 pada tahun 2022. Begitu juga, cadangan militer yang tersedia untuk negara ini mengalami penurunan dari dua juta menjadi 1,5 juta tentara sebagai hasil dari "mobilisasi parsial" pada bulan September 2022. Pada saat yang sama, jumlah tentara aktif meningkat dari 900.000 pada tahun 2021 menjadi 1.190.000 personel pada tahun 2022.
11. Indonesia berada di peringkat 124 dari 149 negara sampel

Bagaimana dengan posisi Indonesia? Menurut data dari Bonn International Centre for Conflict Studies, Indonesia menempati peringkat 124 dari total 149 negara yang diambil sampel. Selama kepemimpinan Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan, peringkat Indonesia mengalami fluktuasi. Semula terjadi penurunan dari peringkat 95 pada tahun 2019 menjadi peringkat 123 pada tahun 2020. Setelah itu, peringkat Indonesia turun lagi ke posisi 130 pada tahun 2022, namun kembali naik menjadi posisi 124 pada tahun 2023.
Terlepas dari turunnya pemeringkatan indeks militerisasi global yang dirilis oleh BICC ini, Indonesia masih menjadi negara yang patut diperhitungkan dunia karena keramah-tamahannya. Namun sangat disayangkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sendiri pun mengakui perasaan sedihnya karena meskipun posisi Indonesia semakin dihormati dan disegani oleh negara-negara lain, tapi masih saja dianggap rendah di dalam negeri sendiri.