11 Pencapaian Terbesar Ratu Elizabeth II Semasa Hidupnya

Ketika Perang Dunia II pecah pada tahun 1939, Putri Elizabeth baru berusia 13 tahun. Seperti dicatat oleh The National World War II Museum, saat Istana Buckingham dibom selama peristiwa Blitz pada tahun 1940, ayahnya yang bernama Raja George VI dan istrinya, Elizabeth, masih bertahan di sana, tetapi Putri Elizabeth dan Margaret dievakuasi ke Kastil Windsor.

Saat perang berlanjut, Elizabeth ingin bergabung dengan militer pada tahun 1944, tetapi keluarga kerajaan tidak mau membiarkan pewaris takhta itu berada dalam bahaya. Elizabeth tetap bersikeras. Jadi, pada tahun 1945, di usia 18 tahun, Elizabeth diberi izin untuk bergabung dengan militer. Dia bergabung dengan Women's Auxiliary Territory Service (ATS), dan dilatih selama enam minggu sebagai montir mobil.

Meskipun tidak berada di garis tempur, tetapi 335 anggota ATS terbunuh selama perang. Dedikasi sang putri untuk negaranya dan kesediaannya untuk melayani, membuatnya dikenal luas dan juga membuatnya sangat mencintai mobil dan bidang mekanik.

Bisa dibilang, salah satu pencapaian terbesar Ratu Elizabeth II adalah dengan menjaga pemerintahannya tetap stabil, karena sebelum kenaikannya, ada masa di mana pemerintahan Inggris tidak stabil. Paman Elizabeth yang bernama Raja Edward VIII turun takhta ketika Elizabeth baru berusia 10 tahun. Ayahnya dilantik sebagai Raja George VI, tapi dia tidak siap dan takut sorotan.

Belum lagi, saat itu Inggris harus terseret dalam Perang Dunia II. London dibom, dan ada ketakutan besar jika London akan diserang oleh Jerman. Lalu, saat negara itu pulih dari perang, Raja George VI meninggal di usia yang relatif muda, meninggalkan Elizabeth yang berusia 25 tahun untuk mengambil mahkota.

Seperti dicatat oleh Forbes, Ratu Elizabeth II membentuk pemerintahan pascaperang ini dengan stabilitas. Pendekatannya yang mantap dan tenang terhadap peran barunya memberikan kesempatan bagi negara itu untuk pulih dari periode yang sangat kacau, dan dapat mengatasi serangkaian krisis baru, termasuk krisis ekonomi. Dengan begitu, stabilitas yang dibawa oleh Ratu Elizabeth II bisa dibilang sebagai hal yang sangat penting.

Saat Elizabeth naik takhta pada tahun 1952, Kerajaan Inggris sudah mengalami kemunduran. Seperti yang dicatat oleh Politico, Kerajaan Inggris memiliki 57 koloni atau wilayah yang terdiri dari sekitar seperempat daratan dunia. Tetapi setelah tertatih-tatih di ambang kekalahan dan muncul ke dunia baru yang didominasi oleh Amerika Serikat, kerajaan Inggris mulai mengalami kesulitan. 

Beberapa koloni mulai memisahkan diri dan mendeklarasikan kemerdekaan mereka, dimulai dengan India pada tahun 1947. Pembentukan Persemakmuran dimulai pada akhir abad ke-19, tapi ketika Elizabeth dinobatkan sebagai ratu, Persemakmuran memiliki delapan negara anggota. Saat ini ada 54. Itu berarti Ratu Elizabeth berhasil membimbing Persemakmuran dalam damai dan teratur.

Kerajaan Inggris sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, dan Elizabeth adalah salah satu dari barisan raja yang berasal dari tahun 1066, ketika William Sang Penakluk menyerbu pulau itu. Ayahnya, Raja George VI, naik takhta setelah pengunduran diri pamannya, saat itu tidak ada kepastian bahwa monarki akan bertahan.

Pada tahun-tahun awal abad ke-20, tampaknya monarki Inggris akan tersapu seperti banyak monarki lainnya. Meskipun Raja George VI berusaha untuk menyelamatkan monarki, tetapi Ratu Elizabeth II adalah orang yang benar-benar berhasil mempertahankan monarki itu sendiri.

Ratu Elizabeth II menstabilkan posisi keluarga kerajaan dengan memodernisasi dan merangkul perubahan. Ia menyadari betul bahwa rakyatnya membutuhkan keluarga kerajaan sebagai orang yang bisa berbaur dengan rakyat Inggris, jadi dia sering muncul di televisi dan berbicara langsung kepada rakyat.

Ratu Elizabeth juga menulis tweet kerajaan pertama pada tahun 2014, dan History melaporkan bahwa dia adalah raja pertama yang merekam pesan Natal tahunannya dalam film. Dia juga menyesuaikan konflik yang terjadi di keluarganya, seperti masalah pernikahan atau perceraian, dia bahkan menyetujui beberapa perceraian di antara keluarga kerajaan.

Mempertimbangkan kedekatan sejarah AS dan Inggris, mungkin cukup mengejutkan betapa dalamnya perpecahan mereka. Amerika Serikat dimulai sebagai sekelompok koloni Inggris, dan orang Amerika pernah menjadi bawahan Raja Inggris.

Namun, salah satu pencapaian terbesar Ratu Elizabeth II terjadi pada tahun 1991, lebih dari dua abad setelah AS memenangkan kemerdekaan dari Kerajaan Inggris. Tahun itu, Elizabeth menjadi raja Inggris pertama yang berpidato bersama Kongres Amerika Serikat. Pidatonya sukses besar, dari lelucon tentang tinggi badannya hingga tepuk tangan meriah yang dia terima.

Seperti dicatat oleh Sun Sentinel, pidatonya dianggap penting bukan hanya karena dia adalah Raja atau Ratu Inggris Raya pertama yang berpidato di kongres, tetapi pidato itu mempererat hubungan antara AS dan Inggris. Pidato Ratu Elizabeth II berfokus pada kerja sama yang berkelanjutan.

Inggris Raya memiliki sejarah kekerasan dengan banyak bekas wilayah kekuasaannya, hal ini terjadi karena Inggris tidak ingin negara jajahannya merdeka. Akan tetapi, hanya ada sedikit konflik berdarah seperti yang terjadi antara Inggris dan Republik Irlandia.

Didominasi oleh Inggris selama berabad-abad, Irlandia terpecah menjadi dua negara bagian ketika partai nasionalis Sinn Féin mendeklarasikan Republik Irlandia baru. Hubungan antara Republik Irlandia yang baru dan mantan penguasa kekaisarannya ditandai dengan kekerasan selama beberapa dekade.

Kunjungan kenegaraan Ratu Elizabeth II ke Irlandia pada tahun 2011 menjadi pencapaian yang luar biasa. Dia adalah raja pertama yang melakukan kunjungan resmi ke pulau itu sejak kemerdekaannya. Seperti yang dilansir Yahoo! News, empatinya yang besar di Garden of Remembrance di Dublin menjadi sorotan di Irlandia.

Ratu meletakkan karangan bunga di monumen pahlawan atau mereka yang tewas saat melawan Inggris untuk kebebasan Irlandia. Elizabeth bahkan menundukkan kepalanya dengan hormat. Banyak orang Irlandia menganggap bahwa Ratu mengakui kesalahan negaranya sendiri.

Aksinya itu membuat Ratu Elizabeth II sangat populer di negara yang biasanya memandang rendah monarki sebagai mantan penindas. Perjalanan itu merupakan pencapaian yang luar biasa, terutama mengingat sang ratu tidak memiliki kekuatan politik dan mampu memperbaiki hubungan antara kedua negara hanya dengan menunjukkan rasa hormatnya.

Pada tahun 1968, Ratu Elizabeth II membuat keputusan luar biasa untuk mengizinkan kru film dokumenter mengikuti kegiatan keluarganya selama lebih dari dua bulan. Para pembuat film memiliki akses ke kehidupan pribadi keluarga ratu dan ini belum pernah terjadi sebelumnya untuk memproduksi film dokumenter terkenal berdurasi dua jam berjudul The Royal Family. Film tersebut tayang di Inggris pada 21 Juni 1969.

Film dokumenter itu dibuat untuk membongkar kehidupan keluarga kerajaan dan mengubah citra pengap mereka. Lebih dari 30 juta orang menonton film tersebut, dan untuk pertama kalinya menampilkan kehidupan para bangsawan.

Namun, CNN melaporkan bahwa sang ratu seketika menyesali keputusannya dan melarang film dokumenter itu ditayangkan di masa mendatang. Faktanya, ketika film tersebut bocor ke YouTube pada tahun 2021, dia segera menghapusnya.

Beberapa orang berpendapat bahwa film tersebut menjadikan keluarga kerajaan sasaran gosip dan juga kritik. Akan tetapi, dokumenter itu masih menjadi pencapaian luar biasa bahwa keluarga kerajaan pantas mendapatkan posisi mereka dan merupakan kekuatan yang bagus untuk Inggris.

Salah satu pencapaian terbesar Ratu Elizabeth II adalah pencapaian kumulatifnya, atau banyaknya upaya yang dia lakukan untuk mendukung berbagai badan amal. The Guardian bahkan mencatat bahwa aksi amalnya ini lebih banyak daripada raja lainnya dalam sejarah.

Ratu Elizabeth II juga dianggap sebagai salah satu pendukung kegiatan amal terbesar di dunia. Dikutip Borgen Magazine, dia mendukung lebih dari 600 badan amal di Inggris (keluarga kerajaan secara resmi mendukung hampir 3.000 badan amal di seluruh dunia).

Sang ratu bertanggung jawab untuk mengumpulkan dana sebesar £1,4 miliar atau sekitar Rp22,9 triliun. Sang ratu juga mendedikasikan hidupnya untuk membantu mengurangi kemiskinan. Ratu Elizabeth memastikan bahwa badan amal ini mendapat dukungan dari monarki.

Dampak ratu paling kuat dirasakan dalam aksinya mendukung masyarakat dan mempromosikan pendidikan. Ini adalah aspek kehidupan yang dapat memberikan dukungan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk membantu seseorang keluar dari kemiskinan. 

Keberadaan keluarga kerajaan sebenarnya telah diperdebatkan selama bertahun-tahun. Salah satu alasan utama beberapa orang ingin menyingkirkan monarki adalah bahwa kerajaan itu mahal. Melansir kabar BBC News, pemerintah Inggris membayar keluarga kerajaan sekitar £86 juta atau setara Rp1,4 triliun setiap tahun untuk pemeliharaan dan pengeluarannya.

Banyak orang percaya mengapa popularitas keluarga kerajaan tetap menjulang tinggi adalah keberadaan sang ratu sendiri. Popularitas Elizabeth II terwujud berkat salah satu prestasi besarnya, ketika dia mereformasi keuangan monarki untuk menghadapi kritik. Misalnya, setelah pengabaian tradisional dicabut pada 1990-an, dia membayar pajak atas pendapatan kerajaan yang telah dibebaskan selama bertahun-tahun. British Heritage mencatat bahwa dengan menjual barang-barang mahal seperti kapal pesiar kerajaan, dia mampu mengurangi biaya keluarga kerajaan beberapa juta poundsterling per tahunnya. Bahkan ketika anggaran istana kurang, ratu tidak meminta tambahan dana publik, dan ini adalah keputusan yang cerdas.

Salah satu prestasi ratu yang sering diabaikan adalah mendukung kesetaraan dan kemajuan ras di dunia. Seperti dicatat oleh The New York Times, hal ini dimulai pada tahun-tahun awalnya. Pada tahun 1961, dia berdansa dengan presiden Ghana, Kwame Nkrumah, seorang pria kulit hitam. Ini membuat marah banyak orang rasis, baik di kerajaannya sendiri maupun di Persemakmuran, tetapi sang ratu sangat tegas dalam mendukung kesetaraan.

Tanpa sepengetahuan publik, dia membuat Persemakmuran mengutuk sistem apartheid Afrika Selatan, tetapi aksinya ini dihalangi oleh perdana menterinya sendiri, Margaret Thatcher, yang menentang pernyataan itu karena alasan pribadi dan politik. Selain itu, sang ratu juga mendukung gerakan Black Lives Matter.

Saat Ratu Elizabeth II meninggal pada 8 September 2022, dia adalah pemegang takhta terlama dalam sejarah, setelah mencapai 70 tahun takhta di awal tahun itu. Pemerintahan panjang Elizabeth tidak saja menghasilkan stabilitas yang luar biasa bagi Britania Raya dan rasa kasih sayang dari rakyatnya, tetapi juga menjadikan Ratu Elizabeth II sebagai monarki dengan masa pemerintahan terlama kedua dalam sejarah dunia.

Seandainya Ratu hidup sampai Mei 2024, dia akan melampaui Raja Louis XIV alias Raja Matahari sebagai raja yang paling lama memerintah. Louis berhasil mempertahankan posisi teratas dengan rekor 72 tahun 110 hari di atas takhta.

Namun, Raja Louis XIV bisa dibilang cukup beruntung karena dia naik takhta ketika baru berusia 4 tahun, dan meninggal di usia 76 tahun. Sebaliknya, Ratu Elizabeth dimahkotai ketika dia berusia 25 tahun dan memegang kendali pemerintahannya sejak saat itu.

Tidak banyak raja ataupun ratu yang berhasil menstabilkan negaranya dalam sebuah monarki, tetapi Ratu Elizabeth II bisa dibilang adalah ratu yang memiliki banyak pencapaian besar dalam kehidupannya.