Raungan Singa Bantu Peneliti Identifikasi Populasi Si Raja Hutan

- Raungan singa dibedakan menjadi dua jenis vokal: raungan penuh dan raungan perantara
- Suara memudahkan pemantauan singa yang terancam punah, membantu konservasi
- Teknologi AI digunakan untuk mengklasifikasikan vokalisasi raungan singa secara otomatis
Raungan singa Afrika dikenal sebagai salah satu suara paling ikonik di kerajaan hewan. Namun, penelitian terbaru menemukan bahwa raungan ini sebenarnya harus dibedakan menjadi dua jenis vokal yang berbeda: raungan penuh dan raungan perantara dengan suara yang lebih datar dan kurang bervariasi.
Pembedaan ini dapat memiliki implikasi penting bagi konservasi singa. Populasi hewan tersebut di Afrika diperkirakan berjumlah antara 22.000 hingga 25.000, namun angka ini setengah dari jumlah 25 tahun yang lalu. Faktor utama penurunan ini adalah hilangnya habitat dan fragmentasi, berkurangnya mangsa, serta konflik dengan masyarakat setempat.
Suara memudahkan pemantauan singa yang terancam punah
Menurut Daftar Merah Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN), singa kini terancam punah. Peneliti meneliti suara raungan singa untuk meningkatkan kemampuan membedakan berbagai jenis suara. Namun, temuan mungkin memudahkan pemantauan populasi singa yang pada gilirannya akan memudahkan upaya pelestarian.
Sebenarnya, singa jantan dan betina menghasilkan apa yang para ilmuwan sebut sebagai "serangan raungan". Setiap serangan dimulai dengan serangkaian desahan lembut, diikuti oleh bagian tengah yang terdiri dari raungan setengah suara dan raungan penuh, yang akhirnya mereda menjadi pengulangan desahan.
Melansir dari laman Science Alert, tidak ada durasi tetap untuk berapa lama roaring bout akan berlangsung (meskipun kebanyakan berlangsung antara 30 dan 45 detik), dan jumlah vokalisasi dalam setiap bagian tidak mengikuti formula yang ketat.
Identifikasi dari jenis raungan

Suara raungan singa adalah perilaku yang penting. Tidak hanya berfungsi sebagai sinyal bagi singa lain dalam kelompoknya untuk mengetahui lokasi, tetapi juga bagi singa yang tidak bersahabat, raungan dapat digunakan untuk menandai batas wilayah.
Komponen paling keras dan kompleks dari raungan singa adalah raungan penuh dari tenggorokan, merupakan suara yang dapat diidentifikasi secara individu. Raungan penuh tenggorokan setiap singa sespesifik pola bintik pada macan tutul.
Perkiraan kepadatan populasi merupakan metrik kunci untuk mengidentifikasi area prioritas konservasi. Jika singa individu dapat diidentifikasi melalui raungan penuh tenggorokan, maka peneliti dapat menggunakan ini untuk menghitung jumlahnya.
Namun, membedakan raungan penuh dari suara-suara lain dalam sesi raungan singa bukanlah hal yang mudah. Bahkan bagi mereka yang memiliki telinga yang ahli, proses ini bersifat subjektif dan rentan terhadap bias manusia.
Teknologi digunakan untuk klasifikasi
Peneliti mengandalkan akal imitasi (artificial intelligence/AI) untuk membantu menganalisis rekaman raungan singa. Kemungkinan ini dapat membantu mengatasi masalah subjektivitas dan mengklasifikasikan vokal singa secara otomatis, menciptakan alat sehingga peneliti lain selalu tahu raungan mana yang tepat untuk menghitung populasi singa.
Pembelajaran mesin juga dimanfaatkan untuk mengklasifikasikan vokalisasi yang terjadi selama sesi raungan singa menjadi tiga jenis panggilan: raungan penuh, dengusan dan raungan intermediet.
Dari spektrogram, mereka dapat melihat bahwa raungan penuh memiliki volume tinggi, kompleks, dan melengkung dalam nada. Raungan intermediet memiliki suara yang lebih datar dengan variasi yang lebih sedikit–dan selalu mengikuti raungan penuh. Sedangkan dengusan terdengar lebih pendek dan lebih kompak.
Menggunakan parameter akustik sederhana–durasi setiap vokalisasi dan frekuensi maksimumnya–kami dapat mengidentifikasi setiap jenis panggilan dengan akurasi 95,4 persen. Karena raungan penuh khas untuk setiap singa individu, peneliti ingin menguji apakah analisis AI terhadap raungan penuh lebih baik dalam membedakan singa yang berbeda daripada pendengaran manusia.
Peneliti dapat mengidentifikasi singa individu dengan akurasi 94,3 persen–peningkatan 2,2 persem dibandingkan saat menggunakan raungan penuh yang dipilih oleh manusia. Penggunaan teknik untuk mengidentifikasi raungan penuh diharapkan dapat menghasilkan perkiraan kepadatan populasi singa yang lebih akurat.


















