Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Predator Afrika yang Jauh Lebih Sukses dari Singa, Bisa Tebak?

potret citah, macan tutul afrika, anjing liar afrika, dan kucing berkaki hitam
potret citah, macan tutul afrika, anjing liar afrika, dan kucing berkaki hitam (commons.wikimedia.org/South African Tourism | commons.wikimedia.org/flowcomm | commons.wikimedia.org/Patrick Ch Apfeld)
Intinya sih...
  • Anjing liar Afrika lebih sukses berburu karena mengandalkan komunikasi dan kerja sama yang solid antaranggota kawanan.
  • Citah unggul berkat kecepatan tinggi dan kemampuan mengantisipasi dan bereaksi cepat terhadap gerakan mangsa.
  • Kucing berkaki hitam menjadi pemburu paling mematikan karena berburu hampir tanpa henti sepanjang malam dengan beragam strategi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Singa memanglah raja di alam liar. Auman mereka yang menggelegar mampu membuat hewan mana pun membeku ketakutan. Namun, untuk urusan berburu, ternyata singa gak begitu sukses.

Ya, ukuran tubuh besar dan berburu dalam kawanan ternyata gak menjamin keberhasilan berburu. Nyatanya, tingkat keberhasilan berburu singa cuma 30 persen. Di padang rumput Afrika tempat mereka hidup, singa bersaing dengan predator lain yang lebih sukses dalam berburu. Predator apa sajakah itu? Berikut empat predator Afrika yang jauh lebih sukses dari singa!

1. Anjing liar afrika, ahli strategi yang mengandalkan komunikasi tim

kawanan anjing liar afrika mengawasi sekitar
kawanan anjing liar afrika mengawasi sekitar (commons.wikimedia.org/flowcomm)

Anjing liar afrika merupakan predator darat selain singa yang menguasai padang rumput Afrika. Baik singa dan anjing liar afrika sama-sama berburu dalam kawanan. Lantas, apa yang membuat anjing liar afrika lebih unggul dari singa?

Anjing liar afrika punya ikatan sosial yang sangat kuat dengan satu sama lain. Struktur sosial mereka sangat unik. Tiap anggota kawanan saling bahu membahu memberi makan dan merawat yang muda maupun yang terluka. Jarang terjadi perkelahian serius di dalam kawanan.

Ikatan sosial yang sangat dalam ini jadi faktor utama keberhasilan berburu anjing liar afrika. Selama berburu, predator ini aktif berkomunikasi dengan satu sama lain. Mereka menyesuaikan strategi dengan situasi dan tantangan yang disajikan mangsa. Perburuan kadang juga dilakukan secara estafet dengan anggota kawanan bergantian mengejar mangsa dengan yang lain. 

Berkat kekompakan mereka, kawanan anjing liar afrika mampu menumbangkan mangsa sebesar wildebeest dan zebra. Menurut laman One Earth, tingkat keberhasilan berburu anjing liar afrika sangat tinggi karena mencapai 80 persen. Angka ini kontras dengan tingkat keberhasilan berburu singa yang cuma sekitar 30 persen.

2. Citah, ahli membaca gerak dan bereaksi secepat kilat

citah sedang mengintai
citah sedang mengintai (commons.wikimedia.org/Erfan Kouchari—Tasnim News Agency)

Beda dari singa dan anjing liar afrika, citah berburu sendirian. Sebagai hewan darat tercepat di dunia, citah mengandalkan kecepatan mereka dalam berburu. Menurut laman National Geographic, citah bisa mencapai kecepatan 97 kilometer per jam hanya dalam hitungan detik.

Tubuh citah didesain untuk kecepatan tinggi. Adaptasi fisiologis ini berupa tungkai yang panjang dan ramping, tulang belakang fleksibel, bantalan kaki yang keras, hingga rongga hidung yang lebar untuk menghirup lebih banyak oksigen. Semua ini membantu citah mencapai kecepatan tertinggi dalam dunia hewan. 

Namun, kecepatan bukan satu-satunya kartu as citah. Gak sekadar lari, kucing liar ini bisa bermanuver, seperti memperlambat kecepatan dan berbelok tajam selagi berlari dalam kecepatan tinggi. Itu sebabnya, citah bisa menyesuaikan diri dengan pergerakan mangsa yang sulit diprediksi, seperti impala yang suka melompat dan gazel yang berlari zigzag.

Jadi, citah gak sekadar berlari kencang dalam garis lurus. Menurut laman Kenya Wild Parks, kemampuan mengantisipasi dan bereaksi inilah yang memberikan citah keunggulan dalam berburu dibandingkan predator lain seperti singa. National Geographic mengungkap tingkat keberhasilan berburu citah sebesar 40—50 persen.

3. Macan tutul, si pandai berkamuflase

macan tutul afrika di atas pohon
macan tutul afrika di atas pohon (commons.wikimedia.org/Peet van Schalkwyk)

Macan tutul hidup secara simpatri dengan singa. Itu artinya, kedua kucing liar besar ini berbagi wilayah geografis dan berburu mangsa yang sama. Menurut South African National Biodiversity Institute (SANBI), sebesar 91 persen wilayah jelajah macan tutul tumpang tindih dengan singa. 

Meski hidup bareng, gaya hidup dan strategi berburu macan tutul afrika membuat mereka lebih sukses dalam berburu daripada singa. Kucing liar ini berburu sendirian dengan cara mengintai mangsa diam-diam. Beberapa adaptasi, seperti bantalan kaki empuk untuk menyerap suara hingga pola tutul untuk kamuflase, membantu macan tutul afrika mengendap-endap tanpa terdeteksi.

Gak cuma itu, macan tutul afrika juga hidup di atas pohon. Usai menangkap, macan tutul afrika langsung menyeret mangsa ke atas pohon untuk disantap. Kebiasaan ini jadi adaptasi penting yang membuat mereka jarang berkonflik dengan singa. Menurut laman Discover Wildlife, tingkat keberhasilan berburu macan tutul afrika mencapai 39 persen.

4. Kucing berkaki hitam, pemburu kecil yang tak pernah berhenti beraksi

kucing berkaki hitam mengendap-endap
kucing berkaki hitam mengendap-endap (commons.wikimedia.org/Ltshears)

Meski berukuran jauh lebih kecil, kucing berkaki hitam lebih sukses dalam berburu daripada singa. Menurut laman Smithsonian Magazine, tingkat keberhasilan berburu kucing berkaki hitam sebesar 60 persen. Hal ini menjadikan mereka spesies kucing liar paling berhasil sekaligus paling mematikan di dunia. 

Kucing berkaki hitam punya tiga strategi berburu yang berbeda. Pertama, kucing ini mengintai mangsa sambil meliuk di antara rerumputan untuk menemukan momentum yang pas untuk menerkam. Kedua, kucing berkaki hitam duduk diam di luar lubang sarang hewan pengerat dan menunggu sampai ada mangsa yang keluar. Ketiga, mereka langsung menerkam dan menerjang mangsa secara spontan.

Selain itu, kucing berkaki hitam juga berburu sepanjang malam. International Society for Endangered Cats Canada (ISEC) mengungkap kalau kucing berkaki hitam menghabiskan 70 persen waktu mereka dalam semalam untuk berburu. Entah cuaca sedang dingin atau hujan, kucing ini pasti berburu.

Keberhasilan berburu sangat penting bagi kelangsungan hidup kucing ini. Sebagai hewan bertubuh kecil, kucing berkaki hitam punya metabolisme tubuh yang lebih cepat. Oleh karena itu, kucing liar ini perlu makan lebih sering.

Nah, keempat predator Afrika di atas punya tingkat keberhasilan berburu lebih tinggi dari singa. Hal ini karena beberapa faktor, seperti strategi berburu, ukuran tubuh, hingga gaya hidup. Meski tingkat keberhasilan berburu lebih tinggi, bukan berarti keempat predator di atas lebih kuat dari singa, ya. Ini merupakan salah satu bentuk keseimbangan alam.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha ‎
EditorYudha ‎
Follow Us

Latest in Science

See More

Kenapa Bintang Jarang Terlihat di Kota? Kenali Fakta Polusi Cahaya!

08 Nov 2025, 08:06 WIBScience