5 Salamander dari Genus Ambystoma yang Berstatus Kritis

Kalau dipikir-pikir, salamander tampak seperti persilangan antara kadal dan katak, ya? Hewan dari ordo Urodela ini mempunyai tubuh dan ekor yang panjang seperti kadal, sedangkan kulitnya halus dan lembap seperti katak. Keunikan lainnya, mereka bisa meregenerasi (menumbuhkan kembali) anggota tubuh yang hilang, seperti ekor dan jari kaki. Kamu bisa menjumpainya di habitat yang lembap, contohnya sungai, kolam, atau di bawah batu.
Salah satu salamander yang perlu kamu kenal ialah mole salamander. Amfibi dari genus Ambystoma ini merupakan hewan endemik yang hanya dapat ditemui di Amerika Utara, spesifiknya Meksiko dan Amerika Serikat (AS). Status konservasinya bermacam-macam, beberapa di antaranya dikategorikan sebagai spesies yang kritis (critically endangered). Kira-kira yang mana dan apa penyebabnya?
1. Ambystoma andersoni

Pertama adalah Ambystoma andersoni alias Anderson’s salamander, yang hanya bisa dijumpai di Laguna de Zacapu, negara bagian Michoacan, Meksiko, serta sungai dan kanal di sekitarnya. Hewan yang panjangnya 10–14 sentimeter ini berwarna cokelat dengan bintik-bintik hitam seperti harimau. Saat baru menetas, pemakan siput dan udang karang (crawfish) ini panjangnya hanya 1,2–1,3 sentimeter saja.
Walau tubuhnya kecil, mereka bisa berenang di arus yang deras. Sayangnya, populasinya semakin berkurang karena habitatnya tercemar, dimangsa predator, serta diburu manusia untuk dimakan atau dijual sebagai hewan peliharaan. Tak tinggal diam, Pemerintah Meksiko memberikan perlindungan khusus untuk menyelamatkan spesies ini dari kepunahan.
2. Ambystoma dumerilii

Seperti namanya, Ambystoma dumerilii atau Lake Patzcuaro salamander hanya menghuni Danau Patzcuaro, negara bagian Michoacan, Meksiko. Dari moncong hingga ujung ekor, panjangnya berkisar antara 12,8–28,2 sentimeter. Warnanya bervariasi, mulai dari cokelat, kuning, hingga abu-abu, dengan insang merah muda atau hitam.
Oleh bangsa Tarascan, spesies ini disebut sebagai achoque dan diyakini bisa mengobati sakit pernapasan maupun batuk. Ancaman lainnya adalah polusi, pendangkalan danau karena sedimen, serta dimangsa oleh ikan largemouth bass. Berbagai upaya dilakukan untuk memulihkan populasinya, salah satunya dengan mengembangbiakkannya di penangkaran.
3. Ambystoma leorae

Selanjutnya adalah Ambystoma leorae, yang juga dikenal sebagai Leora’s stream salamander. Kamu bisa menemukannya di Taman Nasional Iztaccihuatl-Popocatepetl, Meksiko, yang luasnya 39.819 hektar. Mereka hidup dengan nyaman di air yang arusnya lambat, dingin, dengan kadar oksigen yang tinggi.
Spesies yang dapat tumbuh sepanjang 7,6 sentimeter ini berwarna cokelat tua atau hitam dengan bintik-bintik kuning atau cokelat muda. Ambystoma leorae bertelur sebanyak 6–9 butir, yang diletakkan di permukaan tumbuhan atau celah-celah di tepian sungai. Namun, populasi salamander ini berkurang karena ikan mas dan ikan nila yang kerap memangsa telurnya serta merebut sumber makanannya.
4. Ambystoma mexicanum

Nama ilmiahnya adalah Ambystoma mexicanum, tetapi masyarakat umum lebih mengenalnya sebagai axolotl. Mereka berasal dari Danau Chalco dan Xochimilco, Meksiko. Ciri khasnya ialah berwarna putih atau pink pucat dengan insang merah muda terang.
Panjang maksimalnya 30 sentimeter dengan berat 60–110 gram. Berbeda dengan spesies sebelumnya, Ambystoma mexicanum bertelur sebanyak 100–300 butir, yang akan menetas dalam 10–14 hari. Pemakan ikan, moluska (hewan bertubuh lunak yang memiliki cangkang), dan artropoda (hewan yang mempunyai ruas-ruas dengan sepasang kaki di setiap ruasnya) ini dapat hidup hingga 10–15 tahun.
5. Ambystoma taylori

Terakhir adalah Ambystoma taylori alias Taylor’s salamander, yang bisa hidup di air dengan kadar garam yang sangat tinggi. Kadar garam Laguna Alchichica, Meksiko (habitat aslinya) jauh di atas batas maksimum yang dapat ditoleransi oleh telur dan embrio amfibi pada umumnya. Kamu bisa menjumpai hewan yang panjangnya 15–20 sentimeter ini di kedalaman 4–12 meter.
Apabila merasa terancam, mereka akan menyelam ke air hingga kedalaman 3–4 meter lalu mengubur diri di sedimen atau bersembunyi di celah bebatuan. Hal-hal yang mengancam mereka antara lain polusi serta mengeringnya danau karena airnya diambil untuk irigasi dan keperluan manusia lainnya. Selain itu, wilayah jelajahnya juga sangat sempit, hanya 20 kilometer persegi saja.
Miris sekali ya, para salamander di atas berada di ambang kepunahan. Semoga populasinya segera pulih dan habitat aslinya semakin layak dihuni!