Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Serangan Buaya di Indonesia Terbanyak di Dunia, Kok Bisa?

ilustrasi buaya (unsplash.com/Leon Pauleikhoff)

Walau berbahaya, tetapi buaya mungkin bukan hewan yang paling disorot. Meski demikian, hewan buas ini membuat Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah serangan buaya terbanyak di dunia, lho. 

Kok bisa serangan buaya di Indonesia terbanyak di dunia? Penyebabnya berkaitan dengan aktivitas manusia. Begini penjelasannya.

Serangan buaya di Indonesia terbanyak di dunia

Data yang dirilis Crocattack pada 2023 menunjukkan bahwa ada 170 serangan buaya yang terjadi Indonesia. Di antara serangan tersebut, 85 bersifat fatal. Bukan hanya itu, menurut  BBC, ada lebih dari 1.000 serangan buaya di Indonesia dalam satu dekade terakhir yang mengakibatkan 486 kematian. 

Melengkapi data tersebut, International Union for Conservation of Nature (IUCN) memperkirakan hampir 90 persen serangan terpusat di Bangka dan Belitung. Sementara itu, studi yang dipublikasi dalam Biological Conservation pada April 2023 mengatakan bahwa dua daerah lain dengan serangan buaya tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan Timur. 

Di Bangka sendiri, serangan buaya meningkat dalam 6 tahun terakhir. Aktivis lingkungan hidup yang juga pendiri organisasi penyelamat hewan, Yayasan Alobi, dalam Channel  News Asia menjelaskan pendapatnya. Menurutnya, lebih dari 60 orang meninggal akibat serangan buaya sejak 2016. Angka tersebut meningkat signifikan dalam 6 tahun terakhir. 

Kenapa buaya menyerang manusia?

ilustrasi buaya (pexels.com/Bas van Brandwijk)

Jumlah serangan buaya yang terus meningkat lantas menimbulkan tanya, apa penyebabnya? Perubahan lingkungan yang mengganggu habitat buaya menjadi alasan utama kenapa hal itu terjadi.

Di Bangka misalnya, tambang timah ilegal yang meluas membuat sebagian besar lahan berubah menjadi tambang. Buaya air asin yang juga bisa tinggal di air tawar lantas kehilangan sebagian besar habitat aslinya.

Sebaliknya, bekas tambang timah ini menyisakan lubang-lubang kawah yang kemudian dimanfaatkan buaya sebagai tempat tinggal baru. Lokasi tambang ilegal yang dekat dengan pemukiman pun meningkatkan potensi serangan buaya ke penduduk. 

Bukan hanya itu, buaya yang stres akibat penambangan ilegal mencari tempat tinggal lain. Buaya-buaya yang mencari tempat tinggal ini akan saling berkelahi untuk memperebutkan wilayahnya. Beberapa dari mereka akan terus mencari hingga sungai yang mengalir ke sekitar kota. 

Diketahui ada sekitar 97 sungai di Bangka yang mengalir ke kota-kota, termasuk Pangkalpinang, ibu kota provinsi Bangka Belitung. Hal tersebut makin membuka interaksi antara lingkungan tinggal manusia dengan buaya. 

Upaya untuk mencegah serangan buaya

Lantas, bagaimana pencegahan yang dilakukan? Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) menyadari masalah terkait habibat buaya dan manusia. Mereka pun lantas berupaya menghentikannya dengan mengedukasi warga yang tinggal di dekat sungai. 

Masyarakat diminta melapor apabila melihat buaya. Selain itu, warga sekitar juga dianjurkan untuk tidak memprovokasi buaya agar tidak menyerang. Meski demikian, solusi tersebut bersifat sementara. 

Langkah konkret diperlukan untuk mencegah serangan buaya. Utamanya dengan menghentikan penambangan ilegal dan perusakan lingkungan. Penegakkan hukum pun diperlukan agar lokasi penambangan tidak terus meluas.

Adanya perubahan lingkungan tinggal membuat serangan buaya di Indonesia terbanyak di dunia. Untuk itu, dapat dikatakan bahwa menjaga lingkungan dan habitat asli buaya merupakan langkah penting guna menurunkan risiko serangan. 

Referensi:

"'Blood Was Flowing Out': Why Indonesia Has World's Most Crocodile Attacks, with Fatal Cases Rising in This Hotspot". Channel News Asia. Diakses Februari 2025.
"Why Indonesia Can’t Stop Crocodile Attacks". BBC. Diakses Februari 2025.
"Annual Report". CrocAttack. Diakses Februari 2025.
Ardiantiono, None, dkk. “Integrating Social and Ecological Information to Identify High-Risk Areas of Human-Crocodile Conflict in the Indonesian Archipelago.” Biological Conservation 280 (March 1, 2023): 109965.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Lea Lyliana
Laili Zain Damaika
Lea Lyliana
EditorLea Lyliana
Follow Us