Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengapa Simbol Hati Bentuknya Berbeda Jauh dari Bentuk Hati Manusia?

ilustrasi simbol hati
ilustrasi simbol hati (pexels.com/CristianDina)
Intinya sih...
  • Tanaman Silphium dari zaman Romawi Kuno memiliki biji yang mirip dengan simbol hati, karena fungsinya sebagai kontrasepsi alami dan kaitannya dengan cinta.
  • Kesalahan anatomi dari Aristoteles menyebabkan gambaran jantung yang salah, menghasilkan bentuk simetris yang mirip dengan simbol hati yang kita kenal.
  • Teori modern tentang simbol hati berasal dari bentuk tubuh manusia seperti pantat atau dada, kurang memiliki bukti sejarah yang kuat.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Simbol hati tuh ada di mana-mana, ya. Kita sering melihatnya di chat, di kue ulang tahun, sampai di kartun ucapan Hari Valentine. Entah kenapa, kita semua juga sepakat bahwa bentuk ini adalah lambang cinta dan kasih sayang. Namun, pernahkah kamu berhenti sejenak dan berpikir, kenapa bentuknya sama sekali tidak mirip dengan organ manusia yang kita pelajari di pelajaran biologi?

Anehnya, ini bukan karena orang zaman dulu tidak tahu bentuk jantung asli. Lantas, dari mana sebenarnya asal-usul simbol ikonik ini? Ternyata, jawabannya adalah misteri sejarah yang seru, melibatkan tanaman obat langka dari zaman Romawi Kuno hingga kesalahan fatal seorang filsuf legendaris. Penasaran? Simak artikel ini sampai tuntas, yuk!

1. Teori tentang tanaman Silphium, obat dari zaman Romawi Kuno

ilustrasi simbol hati
ilustrasi simbol hati (pexels.com/Pixabay)

Mari kita kembali ke masa lalu, tepatnya ke sebuah kota kuno bernama Kirene yang dikuasai oleh Yunani dan Romawi. Di sana, tumbuh sebuah tanaman yang bernama Silphium yang sangat berharga, bahkan nilainya disebut-sebut setara dengan perak. Tanaman ini dianggap sebagai "obat dewa" yang bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Namun, ada satu khasiat yang tidak terduga, yaitu Silphium bisa jadi alat kontrasepsi alami yang efektif.

Nah, di sinilah ceritanya jadi menarik. Biji dari tanaman Silphium ini ternyata punya bentuk yang sangat-sangat mirip dengan simbol hati yang kita kenal sekarang. Karena fungsinya yang sangat erat dengan urusan asmara dan seks, bentuk biji ini pun secara alami langsung diasosiasikan dengan cinta. Singkat cerita, bentuk visual yang melambangkan "aktivitas cinta" akhirnya diadopsi menjadi simbol untuk "sumber perasaan cinta" itu sendiri.

2. Teori kesalahan anatomi dari zaman pertengahan

ilustrasi simbol hati
ilustrasi simbol hati (pexels.com/AnnH)

Jika teori pertama datang dari dunia botani, teori kedua ini datang dari kesalahan fatal seorang filsuf paling berpengaruh sepanjang masa, yaitu Aristoteles. Selama berabad-abad di Eropa, tulisan Aristoteles dianggap sebagai kebenaran. Nah, salah satu teorinya yang paling terkenal (dan paling salah) adalah bahwa jantung manusia memiliki tiga bilik dengan sebuah lekukan kecil di bagian tengahnya (faktanya, jantung kita punya empat bilik, ya).

Karena semua orang percaya pada teori ini, para seniman dan ilmuwan di Abad Pertengahan pun berusaha menggambar jantung sesuai dengan deskripsi Aristoteles yang keliru itu. Hasilnya? Upaya mereka untuk menggambarkan organ dengan tiga bilik dan sebuah lekukan justru menghasilkan bentuk yang simetris dan sangat mirip dengan simbol hati yang kita kenal. 

Ketika ilmu pengetahuan akhirnya berkembang dan mengoreksi kesalahan ini pada abad ke-16, semuanya sudah terlambat. Simbol hati sudah terlanjur ngetop dan diterima secara luas sebagai lambang cinta, sehingga tidak ada yang mau menggantinya dengan bentuk jantung asli yang lebih rumit.

3. Ada mitos yang keliru, yaitu simbol hati berasal dari bentuk pantat atau dada

ilustrasi simbol hati
ilustrasi simbol hati (pexels.com/CristianDina)

Selain dua teori sejarah tadi, ada juga beberapa teori modern yang lebih "nyeleneh" dan sering jadi bahan candaan. Teori-teori ini menyebutkan bahwa simbol hati sebenarnya gambaran stilisasi dari bentuk tubuh manusia, terutama pantat saat dilihat dari belakang atau lekuk payudara wanita. Kalau kita lihat sekilas. Kemiripan bentuknya memang ada dan terdengar cukup masuk akal.

Namun, teori-teori ini punya satu kelemahan besar, yaitu kurangnya bukti sejarah yang kuat. Berbeda dengan teori Silphium yang didukung oleh artefak koin kuno atau teori Aristoteles yang punya jejak di naskah-naskah Abad Pertengahan, teori bentuk tubuh ini lebih dianggap sebagai "cocokologi" saja. Jadi, meskipun seru untuk dibayangkan, sebagian besar sejarawan setuju bahwa asal-usul simbol hati yang sebenarnya lebih mungkin berasal dari kisah tanaman langka atau kesalahan sains di masa lalu, bukan dari anatomi tubuh manusia.

Entah mana yang benar-benar jadi cikal bakalnya, satu hal yang pasti, kalau simbol hati telah menempuh perjalanan sejarah yang panjang dan unik. Simbol ini menjadi bukti bagaimana sebuah bentuk visual bisa berevolusi dan akhirnya melepaskan diri dari asal-usulnya. Apapun cerita di baliknya, kini ia telah memiliki maknanya sendiri dan secara universal dipahami sebagai lambang cinta. Menarik banget, ya?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us

Latest in Science

See More

[QUIZ] Tes Unsur Periodik, Kamu Masih Ingat?

12 Okt 2025, 12:24 WIBScience