7 Sistem Kalender di Dunia, Punya Perhitungan yang Berbeda!

Pengetahuan tentang kalender menjadi alat yang sangat vital dalam sebuah peradaban. Sistem kalender menjadi sebuah penanda untuk mengetahui berbagai kejadian penting baik yang berhubungan dengan ritual agama, budaya, ekonomi hingga politik.
Saat ini sistem kalender yang digunakan mengacu pada Kalender Gregorian. Namun, sepanjang sejarah manusia telah ada berbagai sistem kalender yang telah digunakan dengan rujukan perhitungan yang berbeda-beda menurut budaya masyarakat. Apa saja sistem kalender yang ada di dunia saat ini?
1. Kalender Qibti/Kibti

Kalender ini berasal dari Bangsa Mesir yang telah digunakan ribuan tahun yang lalu. Melansir Egyptopia, diyakini bahwa Imhotep, pejabat tertinggi dan tangan kanan Raja Djoser yang memerintah pada tahun 2670 SM adalah orang yang pertama kali menciptakan kalender Mesir kuno. Kalender ini menjadi salah satu kalender tertua dalam sejarah yang berasal dari 2000 SM.
Kalender Qibti dimulai ketika bintang "Sirius" pertama kali terlihat di langit pagi. Biasanya, kemunculan Sirius menandakan akan segera datangnya banjir tahunan Sungai Nil. Masyarakat pada era itu mengenal kalender yang hanya memiliki 365 hari, meskipun para ilmuwan Mesir telah menyadari bahwa durasi sebenarnya dari satu tahun matahari adalah lebih dari itu.
Kalender Qibti memiliki 13 bulan, 12 di antaranya terdiri dari 30 hari, dan satu bulan tambahan di akhir tahun yang memiliki 5 atau 6 hari tergantung apakah tahun tersebut tahun kabisat atau bukan. Tahun baru Koptik dimulai pada tanggal 11 September dalam kalender saat ini, atau tanggal 12 September pada tahun sebelum tahun kabisat. Aturan tahun kabisat Koptik sama dengan kalender yang digunakan saat ini, sehingga bulan tambahan selalu memiliki 6 hari pada tahun sebelum tahun kabisat.
2. Kalender Suku Maya

Kalender Maya merupakan sistem penanggalan peradaban Maya kuno dan dasar untuk semua kalender lain yang digunakan oleh peradaban Mesoamerika. Mengutip Britannica, kalender ini didasarkan pada siklus ritual yang terdiri dari 260 hari dan satu tahun yang terdiri dari 365 hari. Jika digabungkan, keduanya membentuk siklus yang lebih panjang yaitu 18.980 hari, atau 52 tahun dengan 365 hari, yang disebut “Putaran Kalender.”
Meskipun serangkaian ritual disinkronkan di seluruh Mesoamerika, awal tahun 365 hari berbeda-beda. Tahun 365 hari dibagi menjadi 18 bulan bernama (uinal) dengan masing-masing 20 hari, ditambah satu bulan dengan 5 hari yang disebut Uayeb. Diyakini hari-hari ini penuh dengan kesialan, menyebabkan orang-orang Maya berpuasa dan melakukan persembahan kepada para dewa.
Suku Maya membuat penanda seperti lempengan batu atau pilar untuk mengukir figur-figur representatif serta tanggal dan peristiwa penting dalam kehidupan mereka. Untuk menggambarkan tanggal tertentu secara lebih akurat, suku Maya menerapkan “Hitungan Panjang”, penandaan waktu yang terus menerus dari tanggal dasar. Sebagian besar sejarawan berpendapat bahwa 4 Ahau 8 Cumku (kemungkinan besar 11 Agustus 3114 SM) adalah tanggal dasar yang digunakan oleh suku Maya untuk memulai “Hitungan Panjang” dan “Siklus Besar” yang pertama, sebuah periode selama 5.125 tahun yang berakhir pada 21 Desember 2012 Masehi.
3. Kalender Hijriah

Kalender Hijriah berasal dari kata Arab "hijrah", yang berarti perpindahan. Melansir Aljazeera, kalender ini untuk memperingati peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah lebih dari 1.400 tahun yang lalu.
Ke-12 bulan dalam Kalender Hijriah ditentukan berdasarkan penampakan bulan sabit baru yang dimulai dari Muharram dan berakhir di Dzulhijjah. Kalender Hijriah digunakan untuk menandai tanggal-tanggal penting bagi umat Islam, seperti awal bulan puasa Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri di akhir Ramadhan, dan awal ibadah haji serta Hari Raya Idul Adha.
Sebuah bulan Hijriah bergantian antara 29 dan 30 hari. Ini membuat tahun Hijriah Sekitar 11 hari lebih pendek dibandingkan dengan kalender yang digunakan saat ini, dengan total satu tahun mencapai 354–355 hari.
4. Kalender Hindu

Kalender Hindu atau juga disebut kalender Saka menjadi salah satu penanggalan yang pertama digunakan di India. Merujuk Britannica, sistem penanggalan yang digunakan di India sejak sekitar tahun 1000 SM dan masih digunakan untuk menentukan tanggal-tanggal penting dalam tahun keagamaan Hindu.
Kalender ini didasarkan pada pergerakan bulan yang terdiri dari 12 bulan, yaitu 12 siklus penuh fase-fase bulan. Setiap tahunnya, kalender ini menambahkan bulan atau hari tambahan agar sesuai dengan perhitungan matahari. Dengan mengikuti pergerakan bulan, ada sekitar 354 hari dan dengan mengikuti pergerakan matahari ada sekitar 365 hari.
Kalender Hindu juga disebut panchangam, yang berarti "lima anggota". Lima anggota tersebut adalah: hari (tithi), setengah hari (karana), konstelasi (nakshatra), sudut Matahari dan Bulan (yoga), dan minggu (vara). Hal ini memuat informasi lengkap tentang posisi astronomi pada suatu waktu tertentu, yang digunakan untuk menentukan waktu yang baik untuk berbagai kegiatan keagamaan dan ritual.
5. Kalender Cina

Kalender Cina merupakan kalender yang menggabungkan bulan dan matahari, di mana satu tahun terdiri dari 12 bulan yang masing-masing memiliki 29 atau 30 hari, sehingga totalnya sekitar 354 hari atau 12 siklus bulan penuh. Untuk menyelaraskan dengan tahun matahari yang sekitar 365 hari, bulan tambahan (kabisat) ditambahkan pada kalender tersebut. Merujuk The Collector, Dinasti Shang (1600–1046 SM) mulai menggunakan penanggalan ini, ketika mengadakan upacara pengorbanan untuk menghormati para dewa dan leluhur di awal atau akhir tahun.
Meskipun jatuh di musim dingin, tahun baru dalam kelender ini lebih dikenal sebagai Festival Musim Semi di China. Ini dimulai pada "Awal Musim Semi" (hari pertama dari dua puluh empat periode yang berhubungan dengan perubahan alam), yang menandakan berakhirnya musim dingin dan dimulainya musim semi.
Masa Dinasti Tang, Song, dan Qing yang ditandai dengan kemajuan ekonomi dan budaya, semakin mempercepat perkembangan perayaan Festival Musim Semi. Menyalakan petasan, mengunjungi kerabat dan teman, serta makan dumpling menjadi bagian penting dari perayaan tersebut. Selain itu, aktivitas hiburan lainnya juga bermunculan, seperti menonton tarian naga dan singa selama Pesta Kuil dan menikmati pertunjukan lampion.
6. Kalender Julian

Pengaruh Julius Caesar pada peradaban Romawi tidak hanya terbatas pada bidang politik dan militer saja. Masyarakat Romawi lebih akrab dengan sistem penanggalan berdasarkan perputaran Bulan sebelum pada 46 SM Julius Caesar menciptakan apa yang dikenal sebagai Kalender Julian. Mengutip History, Caesar menetapkan 1 Januari sebagai awal tahun baru, bertepatan dengan tanggal Senat Romawi yang biasanya mengadakan pertemuan.
Kalender Julian memperbarui dari kalender Aristarchus yang telah ada sejak tahun 239 SM dan memperkirakan perputaran Bumi pada Matahari yakni 365,25 hari dengan satu hari pada tahun kabisat ditambahkan setiap empat tahun. Perputaran Bumi pada Matahari dalam sistem ini diperkirakan lebih lama sekitar 11 menit dan 14 detik, yang menyebabkan ketidaktepatan tanggal secara bertahap selama berabad-abad. Beberapa hari peringatan pun bergeser, sehingga Kalender Julian diperbarui dengan kalender yang lain
7. Kalender Gregorian (Masehi)

Untuk memperbaiki sistem kalender Julian, pada 1582 Paus Gregorius XIII memperkenalkan Kalender Gregorian. Merujuk Britannica, upaya menyelaraskan kembali kalender dengan tahun matahari, menyebabkan sepuluh hari dihilangkan pada bulan Oktober 1582. Kalender Gregorian secara bertahap diadopsi di seluruh dunia, dengan wilayah yang berbeda melakukan transisi pada waktu yang berbeda.
Misalnya, Inggris dan koloninya beralih pada tahun 1752, yang mengharuskan penyesuaian 11 hari dan memindahkan awal tahun baru dari tanggal 25 Maret ke tanggal 1 Januari. Negara-negara Jerman Protestan pada tahun 1699. Tidak lama kemudian pada 1753 oleh Swedia, 1873 di Jepang, 1812 di Tiongkok, 1918 di republik-republik sosialis Soviet, dan 1923 di Yunani. Kalender Gregorian menjadi standar kalender yang saat ini digunakan oleh masyarakat dunia.
Berbagai kalender yang ada di dunia ini menandai kesadaran masyarakat terhadap ilmu astronomi dan alam cukup maju. Setiap kalender memiliki perbedaan dalam perhitungan karena disesuaikan dengan kebutuhan setiap masyarakat yang menggunakannya.