Air Laut Surut dan Gempa Berturut-turut adalah Pertanda Besar Tsunami!
Banyuwangi, IDN Times - Sabtu sore (13/7) larik jingga menghiasi langit di Pantai Boom, Banyuwangi. Sayup-sayup debur ombak terdengar di kejauhan. Kegiatan Ekspedisi Destana Tsunami 2019 di Kabupaten Banyuwangi hampir usai, beberapa peserta sudah berkemas menuju Kabupaten Jember, tempat selanjutnya yang akan didatangi.
Sebelum beranjak, IDN Times berhasil melakukan wawancara ekslusif dengan Gatot Subroto, Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Provinsi Jawa Timur. Gatot dengan senang hati berbagi ilmunya mengenai tsunami, tentang ciri-ciri, upaya preventif serta bagaimana menyelamatkan diri dengan baik. Mari simak penuturan lengkapnya!
1. Letak geografis adalah penyebab utama terjadinya tsunami di Indonesia
Waktu menunjukkan pukul 15:52 WIB, Gatot Subroto bersama rekan-rekannya dari BPBD Provinsi Jawa Timur masih belum beranjak. Dengan ramah, Gatot menjelaskan secara detail mengenai penyebab utama terjadinya tsunami di Indonesia pada IDN Times.
"Seperti yang kita ketahui, Indonesia berada di wilayah cincin api. Posisi Indonesia secara umum terhimpit oleh tiga lempeng, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik," ungkap Gatot.
Dengan 3 lempeng yang menghimpit dan bertumbukan, menjadikan wilayah Indonesia rawan akan gempa.
"Wilayah Indonesia yang rawan gempa menyebabkan adanya dorongan atau patahan pada lempeng dan akhirnya menimbulkan gelombang besar tsunami," lanjutnya.
Gatot juga menyebutkan bahwa bukan hanya gempa tektonik, aktivitas vulkanik pun bisa menyebabkan gelombang tsunami, seperti yang terjadi pada tsunami Banten 2018 silam yang disebabkan oleh letusan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda.