Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Ular Sanca dari Genus Python yang Berasal dari Asia, Apa Saja?

sanca batu india, ular sanca dari genus Python (commons.wikimedia.org/Praveenp)
Intinya sih...
  • Sanca bodo merupakan ular terbesar dalam genus Python, bisa tumbuh hingga 7 meter dan berbobot 97 kilogram. Wilayah penyebarannya mencakup Asia dan Amerika Serikat.
  • Sanca batu india memiliki ukuran lebih kecil dari sanca bodo, dengan panjang maksimal sekitar 4,6 kilogram. Habitatnya meliputi India, Pakistan, Sri Lanka, dan Nepal.
  • Sanca pendek kalimantan memiliki tubuh pendek dengan panjang maksimal sekitar 2,1 meter. Habitatnya meliputi Pulau Kalimantan dan ia tidak berbahaya bagi manusia.

Ular merupakan salah satu reptil yang paling terkenal sekaligus paling ditakuti. Dalam hal ini, ia mudah dikenali dari tubuhnya yang panjang dan tidak berkaki serta sangat ditakuti karena gigitannya. Secara umum, ada ular berbisa dan ular tidak berbisa. Nah, ular sanca merupakan salah satu ular tidak berbisa yang punya lilitan kuat.

Ular sanca sendiri dibagi menjadi beberapa genus dan salah satunya adalah genus Python. Genus Python dicirikan dari tubuh yang berotot, corak yang gelap, dan kebiasaannya beraktivitas di atas tanah. Genus Python juga punya penyebaran yang cukup. Lebih lanjut, mari kita bahas beberapa ular sanca dari genus Python yang berasal dari Asia agar wawasanmu makin luas!

1. Sanca bodo

sanca bodo (commons.wikimedia.org/Bernard DUPONT)

Dari semua spesies di genus Python, Python bivittatus atau sanca bodo merupakan spesies terbesar. Dilansir Britannica, ular berwarna cokelat ini bisa tumbuh hingga sepanjang 7 meter dan bobot maksimalnya mencapai 97 kilogram. Karena ukurannya yang besar, ia bisa memakan berbagai jenis hewan, mulai dari burung, tikus, hingga rusa. Gak cuma itu, gigitan sanca bodo juga berbahaya karena mampu merobek kulit manusia.

Wilayah penyebaran alami sanca bodo mencakup beberapa daerah, seperti Myanmar, Cina, Thailand, Malaysia, hingga Indonesia. Uniknya, ia juga bisa ditemukan di Florida, Amerika Serikat. Nah, di Florida, ia berstatus sebagai spesies invasif yang merugikan dan harus dibasmi. Di Indonesia sendiri sanca bodo merupakan hewan terancam punah yang dilindungi oleh pemerintah.

2. Sanca batu india

sanca batu india (commons.wikimedia.org/OnePlanet)

Python molurus atau sanca batu india merupakan kerabat dekat dari sanca bodo. Saking dekatnya, bahkan dahulu ia dan sanca bodo diklasifikasikan sebagai spesies yang sama. Soal ukuran, sanca batu india lebih kecil dari sanca bodo dengan panjang maksimal sekitar 4,6 kilogram dan bobot di angka 52 kilogram. Warna tubuh sanca batu india juga lebih cerah, badannya lebih ramping, dan ia sering terlihat di bebatuan.

Laman Animal Diversity Web menjelaskan kalau sanca batu india bisa dijumpai di India, Pakistan, Sri Lanka, dan Nepal. Ia merupakan ular yang pasif dan biasanya hanya akan berkelana atau berpindah tempat saat pasokan makanan mulai menipis. Soal makanan, reptil ini sangat suka memakan tikus, burung, reptil, hingga mamalia berukuran sedang seperti rusa.

3. Sanca pendek kalimantan

sanca pendek kalimantan (commons.wikimedia.org/Sujit kumar)

Seperti namanya, Python breitensteini atau sanca pendek kalimantan punya tubuh pendek dengan panjang maksimal yang hanya sekitar 2,1 meter. Badannya gemuk, agak membulat, dan ia sangat berotot. Dilansir Animalia, ular terestrial ini merupakan satwa endemik Pulau Kalimantan. Habitat ular berwarna cokelat ini juga beragam, mulai dari hutan, semak-semak, area lembap, kebun sawit, hingga area pemukiman.

Sebenarnya, ular ini tidak berbahaya dan tidak bisa memakan manusia. Hanya saja, ia termasuk ular pemarah yang cukup agresif. Jika bertemu manusia, sanca pendek kalimantan tak segan untuk menyerang dan menggigit. Gigitannya juga cukup menyakitkan dan bisa merobek kulit. Uniknya, ia cukup populer sebagai peliharaan dan sering dibudidaya.

4. Sanca darah

sanca darah (commons.wikimedia.org/Rushen)

Ular dengan nama Python brongersmai ini merupakan kerabat dekat sanca pendek kalimantan. Hanya saja, ia punya penyebaran yang berbeda karena ular sepanjang 1,2 - 1,8 meter ini hanya bisa dijumpai di Sumatra, Selat Malaka, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Sanca darah mendapatkan namanya dari tubuh yang berwarna cokelat kemerahan. Nah, warna tersebut sangat efektif untuk berkamuflase di semak-semak, dedaunan kering, dan rawa.

Sama seperti sanca pendek kalimantan, sanca darah sering dijual, ditangkap, dan dibudidaya oleh pecinta reptil. Warnanya yang mencolok, ukurannya yang tidak terlalu besar, dan ciri fisiknya yang unik menjadi daya tarik tersendiri. Reptil ini juga bisa hidup mencapai usia 20 tahun sehingga cocok dijadikan peliharaan jangka panjang.

5. Sanca darah hitam

sanca darah hitam (commons.wikimedia.org/Tylwyth Eldar)

Jika dibandingkan sanca bertubuh pendek lain, Python curtus atau sanca darah hitam punya warna yang paling gelap. Seperti namanya, warna tubuhnya mencakup cokelat tua hingga hitam pekat. Biasanya, individu berwarna hitam pekat sangat digemari oleh pecinta reptil karena terlihat unik. Seperti sanca bertubuh pendek lain, ia tidak terlalu panjang karena hanya bisa tumbuh hingga 1,5 meter.

Dilansir iNaturalist, sanca darah hitam bisa dijumpai di Pulau Sumatra dan Kalimantan. Rawa, hutan, sungai, dan kebun menjadi habitat utamanya. Ia juga tak bisa memanjat pohon dan lebih sering bersembunyi di dalam lubang, dedaunan kering, atau di bawah kayu, mirip seperti sanca bertubuh pendek lain. Uniknya, masyarakat lokal sering menangkap dan menyantap reptil ini.

Menghadirkan wilayah tropis yang dipenuhi hutan dan sumber air, wilayah Asia sangat cocok untuk ditinggali ular sanca dari genus Python. Ada yang ukurannya raksasa, badannya pendek, bahkan ada yang sering dipelihara. Tak seperti kobra atau weling, ular-ular tersebut juga tidak berbahaya jadi kamu tak boleh mengusir, mengganggu, atau membasmi mereka.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us