Kita semua tahu bahwa bumi terdiri dari empat lapisan. Yang terluar adalah kerak bumi, lalu mantel, inti luar, dan inti dalam. Karena keterbatasan manusia, yang berhasil dieksplor hanyalah kerak bumi. Semakin dalam kita menggali, suhunya semakin panas.
Apakah kita bisa mengebor hingga ke inti bumi? Dan seandainya bisa, apa yang akan kita temui nanti?
Lubang terdalam buatan manusia saat ini adalah Kola Superdeep Borehole di distrik Pechengsky, provinsi Murmansk Oblast, Rusia. Kedalamannya mencapai 12.262 meter atau 12,2 kilometer di bawah permukaan bumi. Butuh waktu hampir 20 tahun untuk menggali sedalam itu.
Dilansir The Statesman, pengeboran dimulai pada 24 Mei 1970 dan berhenti pada tahun 1989. Awalnya, mereka ingin menggali sedalam 9 mil (14.484 meter atau 14,5 kilometer). Namun, suhu yang luar biasa tinggi membuat mereka menyerah.
Suhu 180 derajat celsius membuat mesin yang digunakan untuk mengebor berubah bentuk. Selain itu, tekanannya 4.000 kali lipat dibandingkan tekanan di permukaan laut.
Ketebalan kerak bumi bervariasi, rata-rata 15–20 kilometer. Namun, di tempat tertentu, misalnya di bawah pegunungan besar seperti Alpen atau Sierra Nevada, ketebalannya bisa mencapai 100 kilometer. Masih sangat jauh untuk menuju lapisan berikutnya, yaitu mantel.
Lapisan setebal 2.900 kilometer ini terletak di antara kerak dan inti bumi. Suhunya mencapai 1.410 derajat celsius. Menurut Doug Wilson, ahli geofisika di University of California, Santa Barbara, bor yang digunakan harus dibuat dari bahan khusus yang mahal, seperti titanium.
Anggap saja bor berhasil mencapai inti luar. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Mengutip Live Science, sebagian besar komposisi inti luar adalah nikel dan besi cair, dengan suhu antara 4.000–5.000 derajat celsius, yang akan melelehkan bor dalam sekejap.
Jika terjadi keajaiban dan mesin pengebor masih survive sampai inti dalam, tantangan yang dihadapi semakin besar. Besi dan nikel tidak lagi berwujud cair, tetapi justru padat karena tekanannya sangat kuat. Tekanannya sekitar 350 gigapascal atau 350 juta kali tekanan atmosfer.
Namun, sekali lagi, hingga saat ini belum ada teknologi yang memungkinkan itu terjadi. Belum lagi, biayanya akan sangat mahal dan akan memakan waktu yang sangat lama. Can you imagine?