Apa yang Terjadi Jika Manusia Bisa Berfotosintesis?

- Bagaimana fotosintesis bekerja pada manusiaPada tumbuhan, fotosintesis terjadi berkat pigmen hijau bernama klorofil, yang menangkap cahaya matahari dan memecah molekul air untuk menghasilkan sumber energi.
- Potensi manfaat manusia berfotosintesisSumber energi tambahan, mengurangi kebutuhan pangan, meningkatkan ketahanan hidup, dan kemajuan medis.
- Tantangan dan keterbatasanEnergi tidak cukup, kebutuhan karbon dioksida, perubahan fisik besar, perubahan gaya hidup, dan dampak sosial-ekonomi.
Bayangkan, kamu bisa duduk santai di bawah sinar matahari lalu tubuhmu otomatis memproduksi energi, tanpa perlu repot masak atau beli makan siang. Kedengarannya seperti kemampuan super, kan? Inilah yang terjadi pada tumbuhan lewat proses fotosintesis, yaitu mengubah cahaya matahari, air, dan karbon dioksida menjadi makanan dan oksigen. Jika manusia memiliki kemampuan ini, bukan hanya tubuh kita yang akan berubah, tapi juga cara kita hidup, berinteraksi dengan alam, bahkan struktur masyarakat secara keseluruhan.
Fotosintesis adalah kunci keberlangsungan hidup di Bumi. Tumbuhan, alga, dan beberapa bakteri telah melakukannya selama miliaran tahun, menjadi sumber energi utama bagi hampir semua makhluk hidup. Jika manusia bisa melakukannya juga, kita akan punya sumber energi baru yang langsung terhubung dengan sinar matahari. Namun, di balik imajinasi indah ini, ada banyak tantangan biologis dan dampak sosial yang perlu dipikirkan. Mari kita bahas kemungkinan, manfaat, dan batasannya.
1. Bagaimana fotosintesis bekerja pada manusia
Pada tumbuhan, fotosintesis terjadi berkat pigmen hijau bernama klorofil, yang menangkap cahaya matahari dan memecah molekul air untuk menghasilkan gula sebagai sumber energi. Manusia sebenarnya memiliki mekanisme mirip fotosintesis lewat melanin, yaitu pigmen yang bisa menyerap energi cahaya untuk memecah molekul air, meski proses ini jauh lebih lemah dan berbeda dari tumbuhan.
Agar manusia benar-benar bisa berfotosintesis seperti tumbuhan, kulit atau sel kita harus memiliki struktur mirip kloroplas yang bisa menyerap cahaya, memecah air, dan memproduksi glukosa. Namun, ada tantangan besar: tubuh manusia tidak seperti daun yang lebar untuk memaksimalkan penyerapan cahaya. Selain itu, kebutuhan energi manusia jauh lebih besar, yaitu sekitar 2.000 kalori per hari, sementara pohon hanya butuh 200 kalori. Bahkan dengan kulit yang sepenuhnya “fotosintetis”, kemungkinan energi yang dihasilkan hanya sekitar 1 persen dari kebutuhan harian kita.
2. Potensi manfaat manusia berfotosintesis
Berikut adalah beberapa keunggulan jika manusia berfotosintesis:
Sumber energi tambahan. Bisa menjadi cadangan energi, terutama saat makanan sulit didapat, misalnya di daerah terpencil atau kondisi darurat.
Mengurangi kebutuhan pangan. Jika kebutuhan kalori berkurang, beban lingkungan akibat pertanian dan peternakan juga bisa menurun. Ini berarti emisi gas rumah kaca, deforestasi, dan konsumsi air untuk produksi makanan bisa berkurang.
Meningkatkan ketahanan hidup. Kita tidak sepenuhnya bergantung pada pasokan makanan, sehingga lebih tangguh menghadapi kelangkaan pangan.
Kemajuan medis. Studi tentang fotosintesis pada manusia bisa membuka peluang pengobatan baru untuk masalah metabolisme, penuaan, atau penyakit neurodegeneratif.
3. Tantangan dan keterbatasan

Berikut adalah beberapa tantangan dan keterbatasan jika manusia dapat berfotosintesis:
Energi tidak cukup. Aktivitas otak dan tubuh manusia butuh energi besar, sehingga makanan tetap menjadi sumber utama.
Kebutuhan karbon dioksida. Kulit manusia mungkin perlu pori-pori khusus seperti stomata pada daun, yang bisa meningkatkan risiko dehidrasi dan infeksi.
Perubahan fisik besar. Untuk memaksimalkan penyerapan cahaya, tubuh manusia mungkin harus punya bagian tubuh lebar seperti daun, yang tentu akan memengaruhi bentuk dan mobilitas kita.
Perubahan gaya hidup. Manusia mungkin akan lebih suka tinggal di daerah yang banyak sinar matahari dan butuh “berjemur” secara teratur.
Dampak sosial-ekonomi. Pertanian, pasar makanan, hingga budaya makan akan berubah drastis. Pertanian bisa berkurang, yang mungkin mengganggu ekonomi dan pekerjaan di sektor pangan.
4. Perspektif ekologis dan evolusi
Jika manusia bisa langsung memanfaatkan energi matahari, peran kita dalam ekosistem bisa berubah. Tekanan terhadap sumber daya alam berkurang, tapi hubungan kita dengan tanaman sebagai penyedia makanan juga akan berbeda. Selama ini, manusia “meminjam” fotosintesis lewat bercocok tanam, yang sebenarnya lebih efisien dibanding mengubah tubuh manusia menjadi mesin fotosintesis.
5. Implikasi illmiah dan teknologi
Penelitian di Purdue’s College of Science saat ini tengah mengembangkan teknologi fotosintesis buatan untuk menghasilkan energi bersih dan terbarukan. Suatu hari, teknologi ini mungkin memungkinkan manusia atau sel manusia untuk berfotosintesis layaknya tumbuhan. Jika itu terwujud, kita bisa menyaksikan lahirnya inovasi bioteknologi yang memadukan biologi manusia dengan energi surya.
Kesimpulannya, jika manusia bisa berfotosintesis, kita mungkin akan bisa menghemat energi dan memiliki ketahanan hidup lebih baik. Namun, keterbatasan biologis membuatnya sulit menjadi sumber energi utama. Meski demikian, gagasan ini membuka peluang bagi penelitian dan teknologi baru yang bisa mengubah cara kita memanfaatkan energi matahari di masa depan.
Referensi
BBC Future. Diakses pada Agustus 2025. Will Humans Ever Photosynthesise?
Live Science. Diakses pada Agustus 2025. What If Humans Had Green Skin—Photosynthesis?
National Geographic. Diakses pada Agustus 2025. Will We Ever Photosynthesise Like Plants
Purdue University Newsroom. Diakses pada Agustus 2025. Soaking Up the Sun: Artificial Photosynthesis Promises a Clean, Sustainable Source of Energy
Science Daily. Diakses pada Agustus 2025. Human-made Photosynthesis to Revolutionize Food and Energy Production
Wired. Diakses pada Agustus 2025. Researchers Give Animal Cells the Ability to Photosynthesize for the First Time