Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Ada Banyak Anjing Liar di Mesir? Ini Penjelasannya!

anjing di kawasan Piramida Giza (unsplash.com/Simon Berger)

Mesir menjadi negara yang secara historis mengagungkan kucing. Namun uniknya, anjing liar di Mesir justru sangat banyak, lho, dan bahkan menjadi masalah di negara tersebut. Pasalnya, anjing-anjing tersebut sering kali agresif dan terkadang menggigit orang yang tak bersalah.

Meskipun anjing liar bisa kita temukan di mana-mana, anjing liar di Mesir tetap tidak ada tandingannya, nih. Jika kamu pernah mengunjungi negara ini, kamu pasti tahu kalau setiap malamnya ada kawanan anak anjing yang berkeliaran di jalan-jalan untuk mencari makanan. Pada siang harinya, kebanyakan mereka terlihat tidur di setiap sudut jalan, sembari menghindari terik matahari.

Nah, berikut ini, kita akan membahas kenapa anjing liar ini begitu banyak di Mesir? Apakah tidak disteril? Atau memang ada sejarah sendiri kenapa Mesir menjaga populasi anjing liarnya? Mari kita cari tahu!

1. Anjing dianggap suci oleh masyarakat Mesir Kuno

ilustrasi Anubis (commons.wikimedia.org/Charles Briton)

Tak hanya kucing, ternyata anjing pernah menjadi sahabat manusia di Mesir Kuno, lho. Anjing sendiri menjadi hewan peliharaan manusia sejak 23.000 SM. Tulang-tulang anjing pertama ditemukan di Merimde, salah satu situs Mesir paling awal di Delta Nil Barat. Masyarakat Mesir Kuno pun menjadikan anjing sebagai anjing penjaga, pendamping saat berburu, atau sebagai sahabat baik. 

Selain itu, anjing juga dimumikan dan dikuburkan bersama pemiliknya atau terkadang memiliki peti mati sendiri. Adapun, anjing memiliki peran penting dalam agama masyarakat Mesir Kuno. Pasalnya, anjing dikaitkan dengan Anubis, dewa kematian, mumifikasi, dan akhirat, yang digambarkan sebagai laki-laki berkepala anjing.

Anjing digambarkan dalam banyak karya seni Mesir Kuno, mulai dari tembikar hingga lukisan makam dan patung. Seperti kucing, anjing rupanya dianggap sebagai perantara ilahi atau perantara antara manusia dan dewa. Pusat pemujaan Anubis, yang disebut Cynopolis (Kota Anjing) dipenuhi dengan anjing yang bebas berkeliaran di kuil dan jalan-jalan. Itulah sebabnya, anjing bisa ditemukan dibanyak tempat di Mesir saat ini.

2. Anjing liar berkembang biak di Mesir karena kurangnya penanganan dan ketidaktertarikan warga setempat

anjing liar di Aleksandria, Mesir (unsplash.com/Sohaila I.Darwesh)

Dikutip Egyptian Street, pemerintah Mesir memperkirakan bahwa ada sekitar 15 juta anjing liar yang berkeliaran di negaranya saat ini. Dikenal juga sebagai anjing Baladi, anjing jalanan Mesir ini merupakan jenis anjing yang paling umum ditemukan di Mesir. Tidak seperti anjing ras murni yang dibiakkan secara khusus, anjing jalanan Mesir tidak termasuk dalam ras tertentu. Mereka berevolusi secara alami di lingkungan asli mereka selama berabad-abad lamanya.

Nah, karena penduduk setempat lebih menyukai dan memelihara anjing ras, dan menganggap anjing jalanan Mesir sebagai hewan pengganggu di lingkungan mereka, akibatnya, jumlah mereka terus meningkat. Di samping itu, masyarakat Mesir enggan memelihara anjing-anjing liar ini, karena Al-Qur'an dan beberapa hadis Islam menyebutkan bahwa anjing itu haram hukumnya untuk dipelihara. Ditambah lagi, air liur mereka dianggap najis.

3. Masyarakat Mesir terganggu dengan banyaknya anjing liar karena dianggap membawa penyakit

anjing liar di Kairo, Mesir (pexels.com/İrem Türkkan)

Selain karena dilarang oleh agama, masyarakat Mesir rupanya lebih peka terhadap kesehatan mereka, terutama karena anjing liar disebut-sebut membawa penyakit. Warga Mesir menganggap bahwa anjing liar di Mesir bisa membawa rabies.

Di sisi lain, anjing liar biasanya memakan apa pun yang bisa mereka temukan. Contohnya bangkai hewan, sisa-sisa makanan dari tempat sampah, atau pemberian dari warga yang kasihan. Inilah yang membuat warga Mesir enggan memeliharanya.

Dilansir Ahram Online, rumah sakit di Mesir sering kedatangan orang yang terluka karena gigitan anjing. Pada 2023, sekitar 400.000 orang digigit anjing liar. Di samping itu, sekitar 60 orang meninggal dunia setiap tahunnya karena infeksi rabies di Mesir. 

4. Upaya yang dilakukan untuk mengendalikan populasi anjing liar di Mesir

anjing di sekitar Piramida Giza (unsplash.com/OSPAN ALI)

Pada 2020, Egyptian Independent melaporkan bahwa upaya untuk meracuni anjing di desa Tunis di Faiyum menyebabkan penolakan dari penduduk setempat. Warga Mesir justru kesal karena sering melihat anjing yang sekarat dan mati di jalanan. Selain itu, ada seorang penduduk yang marah karena anjing peliharaannya sendiri menjadi korban keracunan. Ia dan banyak warga Mesir lainnya melakukan protes yang dikenal sebagai, "Mengapa Kau Membunuhku?" di media sosial. 

Di samping itu, dalam upaya membatasi jumlah anjing liar di jalanan-jalanan Mesir, banyak relawan yang memvaksinasi dan mensterilkan anjing sebelum dilepaskan kembali. Upaya ini dilakukan untuk menentang kebijakan pemerintah yang meracuni anjing liar secara sembarangan. Ditambah lagi dengan adanya protes dari masyarakat. 

5. Namun perlahan, anjing-anjing liar di Mesir mulai mendapat perhatian khusus

perawatan anjing di Mesir (pexels.com/Ahmed Hamed)

Ada lonjakan kepemilikan hewan peliharaan di Mesir dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini berubah ketika masyarakat Mesir mulai peduli dengan hewan. Otoritas agama tertinggi Mesir, Mufti Agung, bahkan menyatakan kepeduliannya dengan anjing liar pada 2020. Ia mengatakan bahwa anjing itu tidak najis.

Di beberapa daerah di Mesir, tim relawan menangkap anjing dengan jaring dan bahkan menawarkan ke warga untuk diadopsi. Tak hanya itu, para aktivis yang menentang kekejaman terhadap hewan, melakukan penggalangan dana dan menekan pemerintah untuk mengambil tindakan terkait anjing-anjing liar.

Yayasan Perlindungan Hewan atau Animal Protection Foundation (APF), menjadi sebuah badan amal nirlaba yang menjadi tempat penampungan anjing yang terdaftar di Mesir sejak 2013. APF sering kali menyelamatkan anjing liar, memberikan perawatan, dan mengadvokasi hak-hak mereka. 

6. Pengesahan undang-undang terkait kepemilikan anjing di Mesir

anjing-anjing liar di kawasan Piramida Giza (pexels.com/Diego F. Parra)

Pada 2023, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Mesir, menyetujui rancangan undang-undang yang mengatur kepemilikan hewan dan anjing yang dianggap mengancam. RUU yang terdiri dari 29 pasal tersebut mencakup masalah kepemilikan anjing pribadi dan langkah-langkah untuk membendung penyebaran anjing liar.

Jadi, setiap warga Mesir yang memutuskan memelihara anjing, diminta wajib lapor ke pihak berwenang demi menjaga kesehatan dan keselamatan warga sekitar. Selain itu, para pemilik harus mengikat anjing dengan kuat saat diajak berjalan-jalan keluar. Nah, jika ada yang tidak melapor, pihak berwenang akan mendenda sekitar EGP 30.000 atau sekitar Rp9,6 juta dan dipenjara minimal 3 bulan.

7. Video viral anjing yang naik puncak Piramida Giza

Video yang viral di jagat maya tentang seekor anjing yang memanjat Piramida Giza membuat publik tercengang. Aksi tersebut tak sengaja terekam oleh paraglider yang terbang di atas Piramida Giza. Diketahui bahwa anjing bernama Apollo itu baru berusia 3 tahun. Usut punya usut, ia naik ke puncak Piramida Giza untuk berburu burung.

Nah, karena populernya video tersebut, banyak wisatawan yang berbondong-bondong ke Piramida Mesir. Mereka penasaran dengan aksi Apollo yang dengan gagah berani menaiki Piramida setinggi 136 meter tersebut. Ia melolong ke burung-burung, dan turun tanpa rasa takut sama sekali. Seorang pemandu wisata Mesir bahkan menyebutnya "Anubis", dewa kematian Mesir Kuno, yang digambarkan memiliki kepala anjing dan berbadan manusia.

Selain Turki yang terkenal dengan banyak kucing liarnya, ternyata Mesir justru terkenal dengan anjing liarnya. Siapa sangka jika anjing juga menjadi bagian sejarah penting Mesir Kuno. Meski peradaban telah berubah, anjing liar di Mesir masih menjadi pemandangan yang umum jika kamu pergi ke Mesir.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us