3 Alasan Lando Norris Masih Belum Layak Jadi Juara Dunia F1

Max Verstappen resmi mengunci gelar juara dunia Formula 1 keempatnya di GP Las Vegas pada Minggu (24/11/2024) kemarin. Meski masih menyisakan dua seri balapan, pembalap asal Belanda ini memimpin klasemen pembalap dengan selisih 63 poin dari pesaing terkuatnya, Lando Norris. Dominasi Verstappen sepanjang musim menjadi tantangan besar bagi rival-rivalnya, termasuk Norris yang baru mulai merasakan persaingan di puncak klasemen.
Di sisi lain, Lando Norris tampil gemilang pada musim 2024 dengan membawa McLaren kembali bersaing di barisan depan. Namun, meskipun McLaren telah mengalami peningkatan signifikan, pembalap asal Inggris ini dalam beberapa aspek masih belum siap untuk bersaing dalam perebutan juara dunia pembalap. Apa saja faktor-faktor yang membuat Norris kalah saing dengan Max Verstappen?
1. Lando Norris belum siap hadapi tekanan hingga terlalu kritis terhadap dirinya sendiri

Tekanan menjadi salah satu aspek utama yang membedakan juara dunia dari pembalap biasa, dan Lando Norris terlihat masih perlu banyak belajar soal ini. Dalam beberapa wawancara, ia secara jujur mengungkapkan bahwa musim 2024 merupakan pengalaman baru baginya untuk bersaing di puncak klasemen. Ia mengakui bahwa pada awal musim, dirinya belum siap secara mental untuk menghadapi tuntutan menjadi penantang serius.
Ia mengungkapkan bahwa momen kekalahan di GP Brasil, di mana Norris start dari pole position, tetapi finis di posisi keenam, menjadi pukulan psikologis yang berat. "Itu (GP Brasil) adalah momen penentu bagi kejuaraan. Pintu hampir tertutup. Selama seminggu, aku cukup terpuruk setelah GP Brasil karena aku menyadari bahwa segalanya sudah cukup jauh dari kendaliku, tidak lagi dalam jangkauan.
Itu adalah kenyataan yang berat ketika harapan dan keyakinanmu begitu tinggi. Melihatnya runtuh begitu cepat cukup melemahkan semangat dan ini tak terasa baik. Tapi kamu belajar untuk menerima bahwa itulah hidup," ujar Norris usai GP Brasil dilansir ESPN.
Ini mencerminkan rasa frustrasi dan ketidakberdayaannya. Ia bahkan menyebut periode tersebut sebagai salah satu yang paling mengecewakan dalam kariernya. Ini menandakan bahwa tekanan untuk tampil sempurna dalam persaingan gelar masih menjadi beban besar baginya.
Selain momen di GP Brasil, Norris beberapa kali menunjukkan bahwa ia terlalu kritis terhadap dirinya sendiri. Sebuah sifat yang baik bagi atlet profesional, tetapi dapat merugikan dalam situasi tekanan tinggi. Ia menyebut bahwa ia perlu me-reset diri setelah beberapa kesalahan kecil tetapi krusial, seperti saat kehilangan peluang di GP Belgia dan GP Spanyol.
2. Lando Norris belum berpengalaman dalam menghadapi psywar

Persaingan dengan Max Verstappen menyoroti bagaimana Lando Norris belum sepenuhnya siap untuk menghadapi psywar di level tertinggi. Pengalaman Verstappen yang lebih matang membuatnya unggul dalam permainan psikologis di dalam maupun di luar lintasan. Norris sendiri mengakui keunggulan Verstappen dan sadar bahwa ia perlu lebih dari sekadar mobil cepat untuk mengalahkannya.
Verstappen secara konsisten menunjukkan kemampuan untuk menjaga ketenangan dalam situasi sulit, seperti saat ia menang di GP Brasil meski memulai balapan dari posisi ke-17. Sebaliknya, Norris beberapa kali gagal memanfaatkan peluang emas, seperti di sirkuit Spa-Francorchamps dan Interlagos, di mana tekanan besar membuatnya melakukan kesalahan di awal balapan. Ketidakmampuan Norris untuk tampil konsisten di bawah tekanan ini mencerminkan bahwa psywar dengan Verstappen masih menjadi tantangan besar baginya.
Di luar lintasan, Norris tampak kurang dalam hal pengelolaan mental dibandingkan Verstappen. Sementara Verstappen sering memberikan pujian kepada timnya atas kerja keras yang mereka lakukan, Norris cenderung lebih fokus pada kritik terhadap dirinya sendiri dan terkadang melontarkan sindiran kepada pesaingnya. Salah satu contoh yang mencuat adalah saat Norris menyatakan dalam wawancara bahwa kemenangan Verstappen di GP Brasil lebih disebabkan oleh faktor keberuntungan ketimbang kemampuan murni sang pembalap. Ucapan tersebut langsung menuai kecaman dari banyak penggemar F1 yang menilai Norris terlalu sombong.
3. Inkonsisten dalam beberapa balapan yang membuatnya kehilangan poin krusial

Selain tekanan dan psywar, alasan ketiga mengapa Lando Norris belum layak menjadi juara dunia adalah kurangnya konsistensi dalam performanya sepanjang musim. Meskipun McLaren berhasil mengembangkan mobil yang kompetitif setelah GP Miami, Norris beberapa kali gagal memanfaatkan peluang besar. Kegagalannya di GP Brasil, di mana Verstappen mencatatkan salah satu performa terbaiknya, menjadi bukti bagaimana Norris masih perlu meningkatkan kemampuannya dalam menjaga performa di lintasan.
Konsistensi adalah kunci untuk memenangkan gelar juara dunia, terutama dalam musim panjang seperti 2024. Norris sendiri mengakui bahwa ia membuang terlalu banyak poin akibat kesalahan kecil, seperti saat ia melebar di tikungan pertama sirkuit Spa-Francorchamps dan gagal memanfaatkan posisi start terdepan di GP Spanyol. Sementara itu, Verstappen mampu tetap kompetitif bahkan ketika Red Bull tidak dalam kondisi terbaiknya, menunjukkan betapa pentingnya kemampuan untuk memaksimalkan hasil di setiap balapan.
Meski dengan segala kekurangannya, Lando Norris telah menunjukkan potensi besar sebagai salah satu pembalap terbaik di Formula 1. Dengan kerja keras dan pengalaman berharganya pada musim 2024, ia bisa menjadi ancaman serius pada musim mendatang.