Adjani Zahra, Pevoli Muda Indonesia yang Kini Berkarier di Australia

Jakarta, IDN Times - Adjani Zahra menjadi salah satu atlet Indonesia yang kini berkarier di luar negeri. Pevoli kelahiran 2003 ini ternyata sedang membangun kariernya bersama NSW Phoenix, sebuah klub voli yang berlokasi di New South Wales, Australia.
Memulai karier di luar negeri, membuat Zahra semakin cinta terhadap voli karena tantangannya terus berkembang. Bahkan, dia merasa voli sudah menjadi bagian dari hidupnya yang tak terpisahkan.
"Saya benar-benar sangat mencintai voli. Ini adalah hidup saya, jujur saja," kata Zahra dikutip ABC Asia.
1. Bergabung dengan tim Phoenix sejak masih kategori U-23
Zahra sudah bergabung dengan Phoenix sejak masuk dalam skuad U-23. Di sana, Zahra meraih dua medali emas dan mengaku makin jatuh cinta dengan voli.
"Saya mengikuti program junior bersama Phoenix dan memenangkan dua medali emas bersama mereka di kategori U-23. Itu benar-benar membangun kepercayaan diri saya dalam bermain sekaligus menumbuhkan kembali kecintaan pada permainan ini," kata Zahra.
2. Sudah bayangkan kariernya di voli pada masa depan
Kecintaan Zahra pada voli tak perlu diragukan lagi. Zahra tergabung dalam Sydney University Volleyball Club, bahkan menjadi kapten untuk skuad di UniSports Nationals.
"Sebuah kehormatan untuk kami untuk mengucapkan selamat kepada pemain Sydney University Volleyball Club, Adjani 'AJ' Zahra sebagai kapten tim USYD tahun ini," tulis Sydney University Volleyball Club dalam akun Instagramnya (@usydvball) pada Jumat (26/9/2025).
Tak hanya itu, Adjani juga memikirkan keriernya di voli untuk jangka waktu yang panjang.
"Dan, saya benar-benar bisa memprediksi menjadi pelatih suatu hari nanti," kata Zahra.
3. Pernah juga berkarier di Indonesia
Zahra juga pernah berkarier di Indonesia. Salah satunya pada 2025 saat Zahra bergabung dengan Yogya Falcons. Kala itu, Zahra memulai debutnya di Proliga. Zahra mengisi posisi middle blocker dan memilih nomor punggung 11. Bagi Zahra, ada perbedaan yang cukup signifikan antara voli di Indonesia dan di Australia.
"Saya merasa sedang menemukan titik tengah antara suasana yang terlalu intens di Indonesia dan agak terlalu santai dengan Australia," kata Zahra.
Zahra bahkan berkelakar kerap dapat hukuman saat berkarier di Indonesia karena kompetisi dan kedisiplinannya yang ketat. Tapi, ketika berkarier di Australia yang intensitas kompetisinya lebih santai, justru Zahra bisa dengan mudah beradaptasi.
"Suasana di sana (Indonesia) jauh lebih ketat. Saya bisa dihukum hampir untuk semua hal. Tapi, sebenarnya itu yang membentuk saya menjadi seperti sekarang. Saya disiplin dan menjadi pekerja keras," kata Zahra.
Kedisiplinan dan karakter pekerja keras yang terbangun saat berkarier di Indonesia membangun Zahra untuk bisa mengatasi kekurangannya dalam urusan postur. Dia jadi paham, keunggulan dalam kecepatan membuatnya lebih responsif ketimbang rekan-rekan satu timnya.
"Karena sebagian besar pemain di Indonesia juga memiliki tinggi yang mirip dengan saya, kami biasanya mengandalkan kecepatan. Jadi, ketika saya bermain di sini, merasa kadang lebih cepat," kata Zahra.
4. Tumbuh dalam keluarga yang kompetitif di Indonesia
Zahra tumbuh besar di Indonesia. Keluarganya digambarkan Zahra sebagai lingkungan yang hangat tapi kompetitif.
"Saya tumbuh di rumah yang sangat hangat di Indonesia bersama seluruh keluarga. Jadi, ada kakek-nenek dan sepupu-sepupu. Kami tinggal bersama dalam satu rumah. Suasananya cukup kompetitif dengan kakak dan adik saya, karena kami semua berusaha membuat ibu bangga," kata Zahra.
Untuk masyarakat Indonesia, Zahra datang dari keluarga yang cukup ternama. Ibundanya adalah akrtis senior Indonesia, Paquita Widjaja. Zahra mengaku sisi kompetitifnya turun dari sang ibu.
"Sekarang, mungkin saya adalah yang paling kompetitif di antara semua saudara. Saya harus berterima kasih kepada ibu untuk hal itu," kata Zahra.