Beda Tim Pabrikan dan Tim Satelit di MotoGP Makin Tipis

Musim balap 2020 menunjukkan kemajuan pesat bagi tim satelit di MotoGP. Setelah sekian lama, akhirnya ada lagi pembalap tim satelit yang mampu juara di balapan MotoGP, bahkan menjadi runner-up klasemen.
Kenyataan itu memberikan harapan bahwa tim satelit sudah bisa bersaing memperebutkan gelar juara dunia dengan tim pabrikan. Perbedaan dan sekat antara tim satelit dan tim pabrikan seolah makin menipis.
1. Perbedaan tim pabrikan dan tim satelit

Ada dua cara sebuah merek motor bisa berkompetisi di MotoGP. Pertama, lewat tim pabrikan, yaitu tim yang dibuat langsung oleh pabrikan merek motor tersebut. Kedua, melalui tim satelit (kadang disebut tim independen), yaitu tim yang berhubungan dengan pabrikan, tetapi tidak sepenuhnya didukung oleh pabrikan tersebut.
Tim pabrikan dimiliki langsung oleh pemilik merek motor, seperti Honda, Yamaha, Ducati, KTM, Suzuki, dan Aprilia. Tak heran jika secara teori, tim ini memiliki bujet yang tinggi. Dampaknya, tim pabrikan selalu memiliki pembalap yang terbaik, teknologi terbaru, kru yang lengkap, dan tentu saja paling dilirik sponsor.
Sementara. tim satelit berkebalikan dari semua yang tadi disebutkan. Motor yang digunakan tim satelit biasanya lebih tua dari motor tim pabrikan. Dari sumber daya manusianya pun tidak selengkap tim pabrikan. Untuk data engineer, misalnya, tim satelit hanya punya satu per pembalap. Kadang satu data engineer untuk dua pembalap. Sementara, tim pabrikan punya dua spesialis elektronik untuk setiap pembalap.
Bagi pemilik tim satelit, masalah perbedaannya bukan hanya pada dukungan pabrikan, sumber daya manusia, atau peralatan. Melainkan juga dari sisi pembalap yang bisa direkrut. Ini merujuk pada bujet yang dimiliki untuk menarik pembalap terbaik.
2. Meski tak sebaik tim pabrikan, tim satelit tetap punya peran bagi pabrikan motor

Jika tim pabrikan punya bujet dan sumber daya yang melimpah, lalu kenapa harus ada tim satelit? Ini ternyata tak terlepas dari faktor pengembangan motor.
Tim satelit memiliki peran untuk mengoleksi data saat balapan. Seperti data untuk suspensi, keseimbangan sasis, traction control, setingan engine map, lap times, kecepatan di tikungan, top speed, performa ban, performa mesin, dan segudang data balap lainnya. Makin banyak motor di lintasan balap, maka makin banyak pula data yang bisa dikumpulkan.
Tim satelit berperan sebagai ajang mengorbitkan pembalap rookie. Pembalap yang baru direkrut ke MotoGP, biasanya ditempatkan dahulu di tim satelit sebelum bergabung ke tim pabrikan.
3. Tahun 2020 menjadi tahun tersukses bagi tim satelit

Secara teori, pembalap tim satelit akan kesusahan memenangi balapan. Bagaimana bisa, pembalap yang menggunakan motor dengan spesifikasi lebih tua mengalahkan tim yang disokong teknologi terbaru.
Namun, 2020 menjadi titik kebangkitan tim satelit. Pada tahun itu, tim satelit mampu memenangi 8 dari 14 balapan. Ini berkat tim Petronas SRT dan pembalapnya, Franco Morbidelli dan Fabio Quartararo. Morbidelli bahkan menjadi runner-up klasemen.
Pada tahun itu pula, pada seri terakhir GP Portugal, semua podium bisa ditempati oleh pembalap tim satelit: Miguel Oliveira (Tech3 KTM), Jack Miller (Pramac Ducati), dan Franco Morbidelli (Petronas Yamaha). Ini adalah susunan podium tim satelit pertama sejak 2004.
Tahun 2020 pun menjadi musim pertama dua merek motor berbeda di tim satelit mampu memenangi balapan sejak 2002. Selain Yamaha dengan Quartararo dan Morbidelli, KTM dengan Oliveira juga memenangi balapan.
Pada musim balap 2021, tim satelit tidak sesukses tahun sebelumnya. Meski begitu, masih ada pencapaian yang bisa dibanggakan. Johann Zarco dari tim Pramac Ducati sempat memimpin klasemen juara dunia pada awal musim. Teman setimnya, rookie Jorge Martin, mencetak sejarah dengan menjadi pemenang bagi pembalap Ducati nonpabrikan.
4. Tahun 2016 menjadi titik balik kemajuan bagi tim satelit

Tim satelit saat ini cukup berbeda dengan tim satelit sebelum 2016. Dikutip Asphalt and Rubber, Herve Poncharal (bos Tech3 KTM yang kini menjabat Presiden International Road-racing Team Association/IRTA), mengungkapkan bahwa tim satelit saat itu sulit bersaing dengan tim pabrikan.
Masalahnya ada pada perbedaan sumber daya untuk mengatur pengaturan motor. Dari sisi elektronik, tim satelit masih bermasalah dengan sistem elektronik yang belum sesempurna tim pabrikan.
Setelah 2016, barulah masalah perbedaan teknologi di sisi elektronik ini terselesaikan setelah diperkenalkannya sistem ECU (Electronic Control Unit) tunggal. Pada 2019, Dorna mengawasi penggunaan sistem ECU dan IMU (Inertial Measurement Unit) pada motor.
Apa itu ECU dan IMU? Sederhananya, IMU adalah sistem untuk memberi arahan pada motor, kemudian mengumpulkan datanya. Sedangkan, ICU menggunakan data-data tersebut untuk mengoperasikan fungsi, seperti mengontrol rem, akselerasi, traksi, dan control launch.
Selain elektronik, sisi pasokan mesin dari pabrikan pun mengalami perubahan. Honda pada 2016 memasok mesin spesifikasi pabrikan untuk motor Cal Crutchlow di tim LCR. Crutchlow kemudian mampu menang di Sirkuit Brno, Ceko. Kemenangan Crutchlow ini menunjukkan keuntungan memiliki lebih dari dua motor pabrikan di lintasan balap, karena dapat memberikan lebih banyak data.
Setelahnya, semua pabrikan motor di MotoGP memiliki setidaknya satu motor berspesifikasi pabrikan di tim satelit. Hanya KTM yang kemudian pada 2019 menyediakan mesin spesifikasi pabrikan untuk dua motor tim satelitnya.
Langkah KTM ini diikuti oleh Ducati pada 2020. Francesco Bagnaia dan Jack Miller di tim satelit Pramac Racing mengendarai Ducati GP20. Pabrikan lainnya, seperti Yamaha, hanya memberikan dukungan penuh pada motor Quartararo di tim Petronas SRT. Sementara, Morbidelli hanya menggunakan motor hybrid, mesin platform 2019 dengan dukungan inovasi 2020.
5. Makin banyak dukungan yang diberikan oleh pabrikan motor

Adanya dukungan lebih dari para pabrikan motor tak terlepas dari upaya bersama antara Dorna dan IRTA untuk menekan Motor Sport Manufacturer Association (MSMA) agar memberikan dukungan penuh bagi tim satelit. KTM, misalnya, memberikan dukungan yang hampir sama pada tim pabrikan dan tim satelitnya.
Beberapa pembalap tim satelit bahkan dikontrak oleh pabrikan langsung. Seperti para pembalap Tech3 KTM pada 2021 lalu. Bos Tech3 KTM sekaligus Presiden IRTA, Herve Poncharal, menyatakan bahwa kini tim satelit punya kesempatan yang sama untuk memenangi kejuaraan.
“Sejujurnya, ya, hampir semua tim satelit memiliki mesin yang setara, dukungan yang setara, dan pengembangan kecepatan yang sama (dengan tim pabrikan),” kata Poncharal seperti dikutip Motorsport pada awal 2021 lalu.
Sampai kapan dukungan dari tim pabrikan pada tim satelit akan terus bertahan seperti ini? Jawabannya mungkin tergantung kepada sponsor. Apakah mereka keberatan atau tidak jika tim pabrikan yang sudah mereka danai dengan mahal dikalahkan oleh tim satelit. Yang jelas MotoGP saat ini semakin kompetitif. Setuju, kan?