John Wooden, Pelatih Legendaris UCLA

John Wooden termasuk nama ikonis dalam sejarah olahraga, khususnya bola basket. Sebagai kepala pelatih tim bola basket putra University of California, Los Angeles (UCLA) pada 1948–1975, dia berhasil mencatatkan prestasi luar biasa.
Wooden bahkan telah dianggap sebagai simbol keunggulan dalam manajerial olahraga. Berikut ini adalah profil dari John Wooden, salah satu pelatih di UCLA.
1. Memulai karier sebagai pemain bola basket
John Wooden lahir pada 14 Oktober 1910 di Hall, Indiana, Amerika Serikat. Sebelum menjadi pelatih, dia adalah seorang pemain bola basket yang sukses setidaknya di tingkat perguruan tinggi. Dia bermain untuk Purdue University hingga dikenal sebagai pemain bertahan yang tangguh. Wooden bahkan dinobatkan sebagai pemain pertama dengan tiga gelar All-American.
Setelah lulus, Wooden sempat bermain secara profesional. Dia membela Indianapolis Kautskys yang tampil di National Basketball League (NBL) Amerika Serikat. Wooden juga sempat membela Hammond Ciesar All-Americans di kompetisi yang sama.
Karier kepelatihan John Wooden baru dimulai pada 1932. Dia awalnya melatih tim sekolah menengah, tetapi kemudian melangkah ke tingkat perguruan tinggi. Pada 1948, Wooden diangkat sebagai kepala pelatih tim bola basket putra UCLA.
Dalam 27 tahun kepemimpinannya, Wooden membawa UCLA meraih 10 gelar juara nasional di NCAA. Itu termasuk tujuh gelar juara berturut-turut pada 1967--1973. Prestasi ini membuat Wooden menjadi salah satu pelatih paling sukses dalam sejarah olahraga di tingkat perguruan tinggi di Negeri Paman Sam.
2. Punya filosofi melatih yang relevan dengan kehidupan yang lebih luas
John Wooden begitu dihormati salah satunya karena filosofi kepelatihannya yang unik dan mendalam. Dia percaya, kesuksesan tidak hanya diukur dari kemenangan. Kesuksesan, katanya, diukur juga dari usaha maksimal yang diberikan tiap individu.
Wooden menciptakan Piramida Kesuksesan (Pyramid of Success), sebuah kerangka kerja yang membantu anak asuhnya memahami pentingnya kerja keras, karakter, dan dedikasi. Piramida Kesuksesan itu terdiri dari 15 blok yang mencakup nilai-nilai. Itu termasuk ketekunan, semangat, kerendahan hati, dan kepercayaan diri.
Wooden sering menekankan kemenangan sebagai hasil sampingan dari proses yang benar. Filosofinya ini tidak hanya relevan di lapangan bola basket, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Banyak pemainnya yang lantas menganggapnya sebagai mentor. Bukan hanya dalam olahraga, melainkan juga kehidupan yang lebih luas.
3. Warisannya terangkum dalam berbagai medium, termasuk buku-buku
Warisan John Wooden tentu melampaui statistik dan trofi. Sebab, dia dikenal sebagai pelatih yang tidak hanya mengajarkan teknik bermain bola basket, tetapi juga nilai-nilai kehidupan yang abadi. Banyak anak asuhnya, seperti Kareem Abdul-Jabbar dan Bill Walton, menyebut Wooden sebagai figur yang sangat berpengaruh dalam kehidupan mereka. Nama Abdul-Jabbar dan Walton sendiri sangat melegenda di NBA.
Wooden juga penyebar ilmu yang aktif. Dia menulis dengan produktif. Wooden tidak pelit ilmu. Dia senang berbagi kebijaksanaannya melalui buku-buku seperti They Call Me Coach dan Wooden: A Lifetime of Observations and Reflections On and Off the Court. Buku-buku ini menjadi inspirasi bagi banyak orang di dunia olahraga, bahkan yang lebih luas dari itu.
John Wooden sendiri meninggal dunia pada 4 Juni 2010. Hanya saja, pengaruhnya tetap hidup. Filosofi dan ajarannya terus menjadi panduan bagi pelatih, pemain, dan individu yang ingin mencapai keunggulan dalam hidup mereka.
Wooden adalah contoh nyata dari seorang pemimpin yang luar biasa. Dengan rekam jejak prestasi yang luar biasa, filosofi kepemimpinan yang inspiratif, dan warisan yang abadi, dia telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam dunia olahraga dan kehidupan. Kisahnya ibarat pengingat: kesuksesan sejati tidak hanya tentang hasil akhir, tetapi juga tentang proses, karakter, dan dampak positif yang ditinggalkan kepada orang lain.