Noda Bulu Tangkis Indonesia di Asian Games, PBSI Harus Sadar Diri
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Kegagalan tim bulu tangkis Indonesia berprestasi di Asian Games 2022 Hangzhou menjadi sorotan. Maklum, torehan itu menjadi noda hitam dalam sejarah bulu tangkis Indonesia, karena untuk pertama kalinya dalam sejarah Asian Games, Indonesia pulang tanpa medali.
Warganet geram dengan situasi ini. Mereka resah karena Asian Games bak menjadi titik terendah dari sederet kegagalan skuad Indonesia bersaing di turnamen-turnamen kelas dunia sebelumnya.
Mereka pun mendesak pengurus PBSI di bawah kepemimpinan Agung Firman Sampurna secara jantan bertanggungjawab, bahkan meminta mundur dari jabatan. Dari sudut pandang pengamat olahraga, Fritz Simanjuntak, mundurnya pengurus PBSI hanya jadi salah satu opsi pertanggungjawaban.
"Pengurus mundur itu salah satu faktor saja yang memang harus dilakukan. Kalau mereka itu jantan, ukuran-ukuran prestasi dijadikan sebagai pegangan. Kalau mereka gak mundur juga the show must go on," kata Fritz saat dihubungi IDN Times, Jumat (6/10/2023).
1. PBSI gagal secara prestasi
Asian Games 2022 memang sudah menjadi pemicu dari kemarahan Badminton Lovers di media sosial. Bagaimana tidak, tren buruk sempat menimpa Indonesia sejak Juli 2023.
Dalam lima turnamen beruntun, Pasukan Merah Putih sempat puasa gelar. Parahnya, Indonesia sempat jadi penonton di rumah sendiri ketika nirgelar di Indonesia Open 2023. Tren negatif berlanjut ke Japan Open, Australia Open, Kejuaraan Dunia, dan China Open 2023. Indonesia baru mendapat gelar dari Hong Kong Open 2023 lewat Jonatan Christie (tunggal putra) dan Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti (ganda putri).
Prestasi skuad pelatnas kembali dipertanyakan setelah menorehkan catatan hitam untuk pertama kali dalam sejarah gagal pulang membawa medali dari Asian Games.
"Olahraga itu ukurannya prestasi. Kalau gak berhasil ya mundur saja. Bukan harus didesak mundur," ujar Fritz.
Editor’s picks
Baca Juga: Rekor Buruk Bulu Tangkis Indonesia Tanpa Medali di Asian Games
2. Soal desakan dari penikmat bulu tangkis
Bagi Fritz, masih mungkin untuk menggantungkan harapan pada para pemain tepok bulu nasional, namun tidak dengan para pengurusnya. Menurut dia, pengurus PBSI sekarang bahkan seharusnya sadar untuk mundur, tanpa desakan dari penikmat bulu tangkis. Bahkan, Fritz merasa tidak perlu menunggu hingga Olimpiade 2024 Paris usai digelar.
"Kalau pengurus siap jadi pengurus, visi dia prestasi. Kalau gak berhasil ya mundur, selesai. Kenapa harus menunggu Olimpiade?" ujar Fritz.
3. Fritz: biarkan atlet bicara!
Fritz mengatakan, bidang olahraga juga mengajarkan untuk berani mengambil risiko (risk taker). Dia meyakini para pemain sebenarnya sudah tahu apa yang harus dilakukan terutama untuk menghadapi Olimpiade 2024.
Oleh sebab itu, menurut Fritz penting untuk PBSI memberi kesempatan para pemain untuk bicara jujur soal apa yang dirasa kurang. Pun, PBSI harus mau menerima kritik dari semua pihak.
"Let them speak out loud. Kesempatan mereka untuk mengungkapkan segala macam kekurangan di PBSI. Itu jauh lebih penting buat saya dari pada sekadar mundur sebetulnya," ujar Fritz.
Baca Juga: Bulu Tangkis Tanpa Medali Asian Games 2022, Ini Kata Legenda