Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Menanti Sanksi Israel di Formula 1

Formula 1 Grand Prix Austria 2018 (commons.wikimedia.org/pedrik)
Intinya sih...
  • Israel melakukan pemindahan paksa warga Palestina di Gaza sejak Oktober 2023, menyebabkan pengungsian 1,9 juta warga dan kehancuran wilayah Gaza.
  • Pemerintah Israel membunuh warga Palestina di rute pelarian, memutus akses makanan dan sanitasi; Lewis Hamilton menyerukan penghentian serangan Israel ke Jalur Gaza.
  • Rusia dikucilkan dari Formula 1, sementara pembalap Robert Shwartzman mengganti kewarganegaraan dari Rusia menjadi Israel tanpa sanksi bagi Israel di F1.

Bak rahasia umum bahwa Israel melakukan pemindahan paksa besar-besaran terhadap warga Palestina di Gaza sejak Oktober 2023. Sejatinya, pemindahan paksa yang dilakukan berkali-kali ini tidak dapat dibenarkan dengan alasan militer apa pun. Bahkan, perintah evakuasi dari militer Israel malah menimbulkan bencana besar, bukan menjamin keselamatan warga sipil.

Bisa dibilang, Israel bukan nama asing dalam motorsport, termasuk Formula 1. Buktinya, terdapat nama Robert Shwartzman sebagai pembalap asuhan Scuderia Ferrari. Lantas, bagaimana sikap Formula 1 ketika ada pembalap Israel di tengah kondisi genosida yang sedang dialami warga Palestina?

1. Kejahatan Israel dirangkum dalam laporan Pengawas Hak Asasi Manusia

Pada 14 November 2024, Pengawas Hak Asasi Manusia menerbitkan laporan sepanjang 154 halaman tentang perilaku Israel yang menyebabkan pengungsian 1,9 juta warga Palestina dan kehancuran yang terbina di sebagian besar wilayah Gaza dalam kurun waktu 13 bulan. Dilaporkan, pasukan Israel menghancurkan rumah dan fasilitas sipil dengan sengaja dan terkendali, bahkan di buffer zone dan koridor keamanan. Selain itu, Pengawas Hak Asasi Manusia turut mewawancarai 39 warga Palestina yang mengungsi di Gaza, menganalisis sistem evakuasi Israel, dan memverifikasi bukti visual dari serangan di zona aman dan rute evakuasi.

"Pemerintah Israel tidak dapat mengklaim bahwa mereka menjaga keamanan warga Palestina ketika mereka (Pemerintah Israel) membunuh mereka (warga Palestina) di sepanjang rute pelarian, mengebom apa yang disebut sebagai zona aman, dan memutus akses terhadap makanan, air, dan sanitasi," ungkap Nadia Hardman selaku peneliti hak-hak pengungsi dan migran, sebagaimana dilansir Human Rights Watch.

Pejabat Israel mengklaim, karena kelompok-kelompok bersenjata Palestina bertempur di antara penduduk sipil, militer Israel sah mengungsikan warga sipil untuk menyerang sambil membatasi bahaya bagi warga sipil. Akan tetapi, klaim ini sebagian besar tidak benar. Perintah evakuasi ternyata tidak konsisten, tidak akurat, dan tidak mempertimbangkan kebutuhan penyandang disabilitas serta mereka yang memerlukan bantuan.

Lewis Hamilton, pembalap Formula 1 yang mengoleksi tujuh gelar juara dunia turut menyerukan penghentian serangan Israel ke Jalur Gaza. Dia menyampaikan maksud penting ini melalui media sosial pribadi sembari berbicara tentang anak-anak yang hidup di Rafah, Gaza Selatan, yang diserang Israel. Padahal, perilaku Israel itu ditentang keputusan Mahkamah Internasional.

"Cukup sudah. Kita tidak bisa terus melihat tragedi ini terjadi dan tidak bersuara. Trauma dan teror yang dialami banyak orang, terutama anak-anak yang tidak bersalah, sungguh mengerikan. Ini harus dihentikan—untuk anak-anak, untuk keluarga mereka, dan untuk kehidupan mereka," jelas Lewis Hamilton dikutip Anadolu Ajansı.

2. Rusia terkucilkan di Formula 1, tetapi Israel tidak

Karena invasi Rusia ke Ukraina, pembalap kebanggaan Rusia dikucilkan. Nikita Mazepin, misalnya, yang dikeluarkan dari Haas setelah terjadi pembatalan kesepakatan sponsor dengan perusahaan ayah Mazepin. Sementara pihak Motorsport Inggris menolak mengakui lisensi Rusia sehingga tidak ada pembalap Rusia yang dapat melaju di Sirkuit Silverstone. Tak lupa, Rusia juga dihapus dari kalender Formula 1.

Presiden Federasi Otomotif Internasional (FIA), Mohammed Ben Sulayem, menjelaskan bahwa pembalap Rusia dan Belarusia tetap dapat berkompetisi. Namun, mereka harus dalam kapasitas netral dan di bawah bendera FIA dengan tunduk terhadap komitmen khusus dan kepatuhan terhadap prinsip perdamaian serta netralitas politik FIA. Keputusan ini menyusul kebijakan sejumlah organisasi olahraga lain yang melarang atlet dari Rusia dan Belarusia. Berbeda dengan Rusia, tidak ada sanksi apa pun yang dijatuhkan kepada Israel dalam Formula 1. Pun demikian, justru ada pembalap berkebangsaan Israel yang dirangkul di dunia motorsport dalam diri Robert Shwartzman yang diasuh Scuderia Ferrari.

3. Robert Shwartzman menjadi contoh pembalap kebanggaan Israel

Robert Shwartzman dilahirkan pada 16 September 1999 di Tel Aviv, Israel. Pada penghujung 2021, dia terlibat dalam tes akhir musim Formula 1 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, dengan mengendarai mobil balap Haas dan Ferrari. Setelah momen itu, dirinya dikukuhkan sebagai pembalap penguji Ferrari untuk Formula 1 2022.

Pada Formula 1 2023, Robert Shwartzman dipromosikan menjadi pembalap cadangan Ferrari. Setahun setelahnya, pembalap pabrikan ini melakoni debut bersama AF Corse dalam Kejuaraan Ketahanan Dunia (WEC) dengan mengendarai Ferrari 499P bernomor 83. Pada tahun itu, dia masih tetap menjadi pembalap cadangan Formula 1 untuk Ferrari.

Kenyataannya, Robert Shwartzman mengganti identitas kewarganegaraan. Sebelum melaju di lintasan sebagai pembalap Israel, dirinya terlebih dahulu menggunakan kewarganegaraan Rusia. Segera setelah kemunculan sanksi terhadap Rusia, Shwartzman mengajukan permohonan untuk mendapatkan lisensi balap Israel.

Robert Shwartzman mengaku memiliki keluarga dari Israel, mengingat sang ayah juga orang Israel. Tiga tahun pertama kehidupan Shwartzman dihabiskan di Tel Aviv, Israel, sebelum pindah ke Rusia. Dengan demikian, dirinya selalu memegang paspor negara pendudukan itu.

Bahkan, Robert Shwartzman sampai memutuskan koneksi dengan SMP Racing demi memuluskan karier sebagai pembalap. SMP Racing merupakan program motorsport Rusia yang dimiliki oligarki Boris Rotenberg, tokoh yang disebut khusus dalam sanksi yang diterbitkan pihak Barat. Dirinya mengakui bahwa semua kegiatan olahraganya bergantung kepada Ferrari.

Sejauh mata memandang, memang tidak ditemukan sanksi terhadap Israel di Formula 1. Lantas, tidak salah jika menuding bahwa perlakuan terhadap Israel dan Rusia sangat jauh berbeda dalam kejuaraan ini. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us