7 Motor Italia yang Pernah Berlaga di Kelas MotoGP

- Ducati merupakan motor Italia paling ikonik di MotoGP, dengan gelar juara dunia pertama pada 2007 dan kembali ke puncak kejayaan pada 2022-2023.
- Aprilia awalnya lebih sukses di kelas kecil, namun kini semakin kompetitif di MotoGP setelah kemenangan bersejarah di Argentina 2022.
- Paton, Cagiva, MV Agusta, Moto Guzzi, dan Gilera juga merupakan motor Italia bersejarah yang pernah tampil di MotoGP dengan prestasi masing-masing.
Italia memiliki tradisi panjang dan mendalam dalam dunia balap motor, khususnya di kelas tertinggi yang kini dikenal sebagai MotoGP. Sejak era Grand Prix pertama kali digelar pada 1949, pabrikan asal Italia sudah ikut serta membangun sejarah, membawa inovasi, dan mencatatkan prestasi penting di lintasan. Dari nama-nama besar hingga tim kecil dengan semangat juang tinggi, motor Italia selalu memberi warna tersendiri dalam persaingan melawan dominasi Jepang maupun Eropa lainnya.
Beberapa pabrikan Italia bahkan bukan sekadar peserta, melainkan ikon dengan gelar juara dunia yang berlimpah. Sebut saja Ducati yang masih aktif dan kini menjadi penguasa modern MotoGP, hingga MV Agusta yang sempat mendominasi balap motor dunia di era 1950-an hingga 1970-an. Ada pula Aprilia yang berangkat dari kelas kecil lalu membuktikan diri di kelas premier, serta Cagiva yang pernah mencatat kemenangan bersejarah meski dengan sumber daya terbatas. Semua ini menunjukkan betapa kuatnya akar Italia dalam dunia balap motor.
Namun di balik nama-nama besar itu, terdapat pula pabrikan bersejarah seperti Paton, Moto Guzzi, dan Gilera. Mereka mungkin tak lagi terdengar di MotoGP modern, tetapi kontribusi mereka sebagai pionir dan inovator di masa lalu tak bisa diabaikan. Kehadiran motor Italia ini menjadi bukti bahwa negeri tersebut adalah salah satu pusat lahirnya teknologi balap motor kelas dunia.
1. Ducati

Ducati merupakan salah satu motor Italia yang paling ikonik dan konsisten berlaga di kelas MotoGP sejak debutnya pada musim 2003. Pabrikan asal Borgo Panigale ini menghadirkan motor prototipe bernama Desmosedici, yang dirancang khusus untuk menjawab tantangan mesin empat-tak dalam regulasi baru MotoGP. Kehadiran Ducati tidak hanya menambah warna di grid yang didominasi pabrikan Jepang, tetapi juga membawa identitas kuat “Made in Italy” dengan filosofi teknik khas berupa sistem katup desmodromic yang menjadi ciri khasnya.
Prestasi Ducati pun terbilang gemilang. Gelar juara dunia pertama berhasil diraih bersama Casey Stoner pada 2007, menjadikan Ducati pabrikan Italia pertama yang sukses menaklukkan era MotoGP modern. Setelah sempat mengalami periode sulit, Ducati kembali bangkit dengan konsistensi podium lewat Andrea Dovizioso, hingga akhirnya kembali ke puncak kejayaan bersama Francesco Bagnaia yang membawa gelar dunia pada 2022 dan 2023. Dominasi ini menegaskan bahwa Ducati bukan hanya kompetitif di trek lurus berkat tenaga mesin, tetapi juga adaptif terhadap perubahan teknologi dan regulasi.
Selain prestasi, Ducati juga dikenal sebagai pelopor inovasi di MotoGP. Dari penggunaan winglet aerodinamis hingga perangkat holeshot, banyak ide teknis Ducati yang kemudian diikuti oleh pabrikan lain. Dengan tim pabrikan yang solid serta dukungan tim satelit seperti Pramac, VR46, dan Gresini, Ducati berhasil menempatkan banyak motor kompetitif di grid. Hal ini menjadikan Ducati bukan hanya sekadar peserta, melainkan kekuatan dominan yang membuktikan posisi mereka sebagai motor Italia paling sukses di ajang MotoGP.
2. Aprilia

Motor Aprilia pertama kali masuk kelas MotoGP pada 1985. Tidak sesukses di kelas 125cc dan 250cc, Aprilia di kelas 500cc hanya bertahan selama setahun. Pada 1994, Aprilia kembali berambisi untuk mengalahkan dominasi motor Jepang. Namun, sampai 2004, Aprilia tetap tidak bisa mendapatkan hasil terbaik. Pada 2004 ini pula Aprilia memutuskan untuk tak lagi membalap di kelas MotoGP.
Aprilia juga termasuk salah satu motor Italia yang pernah berlaga di kelas MotoGP dan hingga kini masih menjadi bagian penting dalam persaingan. Pabrikan asal Noale ini awalnya lebih dikenal lewat kiprah gemilang di kelas kecil seperti 125cc dan 250cc, di mana mereka berhasil meraih puluhan gelar dunia bersama pembalap besar seperti Valentino Rossi, Max Biaggi, dan Jorge Lorenzo. Namun, Aprilia kemudian memberanikan diri untuk masuk ke kelas MotoGP pada awal 2000-an dengan motor RS Cube, yang saat itu menggunakan mesin tiga silinder inovatif berteknologi ride-by-wire. Meski langkah awalnya belum sukses, proyek ini membuktikan ambisi Aprilia untuk bersaing di level tertinggi.
Perjalanan Aprilia di MotoGP memang tidak semulus Ducati, karena setelah beberapa tahun mereka sempat mundur akibat keterbatasan teknis dan finansial. Namun, pada 2015 Aprilia kembali secara penuh dengan proyek RS-GP, motor prototipe yang terus dikembangkan dari nol. Meski pada awalnya dianggap sebagai tim papan bawah, Aprilia menunjukkan progres luar biasa dengan peningkatan stabil dari musim ke musim. Hal ini memperlihatkan tekad mereka untuk tetap hadir sebagai representasi kuat motor Italia di kelas tertinggi.
Puncak kebangkitan Aprilia mulai terlihat dalam beberapa tahun terakhir, terutama dengan kemenangan bersejarah Aleix Espargaró di MotoGP Argentina 2022 yang menjadi kemenangan pertama mereka di kelas premier. Sejak saat itu, Aprilia semakin konsisten bersaing di barisan depan, bahkan sering menjadi ancaman nyata bagi Ducati, Yamaha, dan Honda. Dengan filosofi pengembangan yang fokus pada aerodinamika, efisiensi mesin V4, serta gaya balap khas, Aprilia kini tidak hanya membuktikan diri sebagai motor Italia yang pernah tampil di MotoGP, tetapi juga sebagai pabrikan kompetitif yang siap menantang dominasi tim besar.
3. Paton

Paton juga termasuk salah satu motor Italia yang pernah berlaga di ajang balap Grand Prix kelas tertinggi (cikal bakal MotoGP saat ini), meski namanya tidak sebesar Ducati atau Aprilia. Pabrikan ini lahir di Milan pada tahun 1958, didirikan oleh Giuseppe Pattoni (mantan kepala mekanik Mondial) dan Lino Tonti, sehingga nama Paton berasal dari gabungan kedua pendirinya: Pattoni dan Tonti. Sejak awal, Paton memang ditujukan untuk dunia balap, khususnya untuk mengisi kekosongan motor Italia di ajang Grand Prix setelah dominasi Mondial, Gilera, dan Moto Guzzi meredup di akhir 1950-an.
Paton adalah pabrikan motor asal Italia yang masih berproduksi hingga kini. Paton debut di kelas MotoGP pada 1966 dengan Fred Stevens sebagai pembalapnya. Hasil tertinggi yang berhasil diraih adalah peringkat keempat pada balapan GP of Nations di Monza, Italia. Setahun berikutnya, Paton dan Fred Stevens merasakan podium pertamanya di kelas MotoGP pada balapan di Belgia.
Memasuki tahun 1970-an, pabrikan asal Milan ini tidak mampu bersaing. Paton kemudian meninggalkan MotoGP pada 1973. Selanjutnya, Paton sempat beberapa kali membalap sebagai wild card. Terakhir, pada 2000 di GP Jerman, dengan hasil Paolo Tessari finis pada posisi ke-15.
4. Cagiva

Cagiva juga merupakan salah satu motor Italia yang pernah berlaga di kelas Grand Prix, tepatnya di era 500cc dua-tak, yang menjadi cikal bakal MotoGP modern. Pabrikan asal Varese ini mulai serius masuk ke ajang Grand Prix pada awal 1980-an setelah mengakuisisi tim balap Ducati. Cagiva kemudian mengembangkan motor prototipe mereka sendiri dengan mesin 500cc dua-tak, yang dikenal dengan nama Cagiva C500 atau Cagiva GP500. Meski awalnya sulit bersaing dengan dominasi Honda, Yamaha, dan Suzuki, Cagiva tetap menjadi representasi kuat motor Italia di era 500cc.
Pabrikan asal Italia ini membalap di kelas MotoGP pada dekade 1980-an. Salah satu pembalapnya adalah Randy Mamola pada 1988—1990. Ia meraih satu podium. Pembalap lain yang pernah membalap untuk Cagiva adalah Eddie Lawson pada 1991. Bersama Cagiva, ia menang pada balapan GP Hungaria 1992. Nama Cagiva diambil dari nama pendiri dan lokasi berdirinya: Castiglioni Giovani from Varese. Setelah banyak berganti kepemilikan, Cagiva kini dimiliki oleh MV Agusta. Namun, merek Cagiva sudah tidak aktif karena proses produksi difokuskan pada merek MV Agusta.
5. MV Agusta

MV Agusta adalah salah satu nama paling legendaris dalam sejarah balap motor, dan tentu saja termasuk motor Italia yang pernah berlaga di kelas Grand Prix, cikal bakal dari MotoGP modern. Pabrikan asal Varese ini mulai mendominasi sejak 1950-an hingga awal 1970-an, terutama di kelas 500cc. Dengan teknologi empat tak yang unggul dan manajemen balap yang serius, MV Agusta menjadi simbol supremasi Italia dalam dunia balap motor sebelum dominasi Jepang mengambil alih. Mereka tidak hanya berpartisipasi, tetapi benar-benar menjadi kekuatan utama di kelas premier dengan prestasi luar biasa.
Di era emasnya, MV Agusta berhasil mengumpulkan 37 gelar juara dunia konstruktor dan 38 gelar juara dunia pembalap di semua kelas, dengan 17 di antaranya datang dari kelas 500cc. Nama-nama besar seperti Giacomo Agostini, John Surtees, dan Mike Hailwood menorehkan sejarah bersama MV Agusta, membuat motor ini nyaris tak terkalahkan di lintasan. Giacomo Agostini, misalnya, meraih sebagian besar dari total 15 gelar dunianya menggunakan MV Agusta, menjadikannya ikon yang melekat erat dengan merek ini. Dominasi tersebut membuat MV Agusta dijuluki sebagai "Ferrari-nya motor balap" di masanya.
Meski akhirnya mundur dari Grand Prix pada 1976 karena keterbatasan dana dan perkembangan pesat motor Jepang, warisan MV Agusta tetap abadi. Mereka dikenang sebagai motor Italia pertama yang benar-benar mendominasi dunia balap motor kelas tertinggi, membuka jalan bagi generasi berikutnya seperti Cagiva, Aprilia, hingga Ducati. Bahkan hingga kini, nama MV Agusta masih membawa aura prestisius, meski lebih dikenal sebagai produsen motor premium jalan raya. Dengan sejarah kejayaannya, MV Agusta jelas termasuk dalam daftar motor Italia yang pernah, dan pernah sangat berjaya, di kelas MotoGP/Grand Prix.
6. Moto Guzzi

Moto Guzzi juga merupakan salah satu motor Italia yang pernah tampil di kelas Grand Prix (cikal bakal MotoGP saat ini), khususnya di era 1950-an. Pabrikan asal Mandello del Lario ini dikenal sebagai produsen motor tertua di Italia dan memiliki tradisi balap yang panjang. Moto Guzzi terjun ke ajang Grand Prix sejak awal berdirinya kelas-kelas dunia pada 1949, dengan menghadirkan motor berteknologi maju pada masanya, seperti mesin satu silinder, V-twin, hingga inovasi aerodinamika yang cukup revolusioner.
Salah satu karya paling legendaris Moto Guzzi adalah V8 500cc (dikenal dengan sebutan Otto Cilindri) yang dirilis pada 1955. Motor ini menjadi ikon teknologi karena menggunakan konfigurasi delapan silinder dalam balap motor—sesuatu yang sangat langka dan jauh melampaui zamannya. Dengan tenaga lebih dari 70 hp dan kecepatan puncak mencapai 275 km/jam, Moto Guzzi V8 dianggap sebagai motor paling futuristik pada era 1950-an. Sayangnya, kompleksitas teknis dan keterbatasan keuangan membuat motor ini sulit untuk terus dikembangkan, meskipun hingga kini tetap dikenang sebagai mahakarya teknik balap.
Dari sisi prestasi, Moto Guzzi meraih beberapa gelar dunia, terutama di kelas 250cc dan 350cc, sementara di kelas 500cc mereka lebih dikenal karena inovasi teknologinya dibandingkan jumlah gelar. Namun, kontribusi Moto Guzzi di Grand Prix sangat penting karena menghadirkan terobosan teknik yang menginspirasi pengembangan balap motor modern. Mundurnya Moto Guzzi dari balap dunia pada akhir 1950-an lebih disebabkan oleh perubahan arah bisnis dan kesulitan finansial, tetapi sejarah mencatat bahwa Moto Guzzi adalah salah satu motor Italia yang berjasa besar dalam membangun reputasi Italia sebagai pusat inovasi balap motor.
7. Gilera

Gilera adalah salah satu motor Italia yang sangat berpengaruh di era awal kejuaraan dunia balap motor, termasuk kelas 500cc yang kini dikenal sebagai MotoGP. Pabrikan asal Arcore, Italia, ini merupakan salah satu pionir yang menegaskan dominasi Eropa sebelum Jepang masuk dengan kekuatan penuh pada 1960-an. Gilera mulai terjun ke Grand Prix sejak 1949, tahun pertama kejuaraan dunia resmi digelar oleh FIM, dan dengan cepat menjadi kekuatan besar di kelas premier berkat teknologi mesin empat tak yang canggih pada masanya.
Puncak kejayaan Gilera datang pada era 1950-an dengan motor legendaris Gilera 500/4, mesin empat silinder segaris berkapasitas 500cc yang mampu menandingi motor-motor terbaik di dunia. Dengan motor ini, Gilera meraih 6 gelar juara dunia pembalap di kelas 500cc bersama nama-nama besar seperti Geoff Duke (juara dunia 1953, 1954, 1955) serta Umberto Masetti (juara dunia 1950). Keberhasilan itu menempatkan Gilera sejajar dengan pabrikan Italia lain seperti MV Agusta dan Moto Guzzi sebagai ikon balap motor di level tertinggi.
Namun, meski mendominasi di awal, Gilera akhirnya menarik diri dari Grand Prix pada akhir 1950-an karena alasan finansial dan meningkatnya biaya pengembangan. Meski begitu, warisan Gilera tetap hidup dalam sejarah MotoGP sebagai salah satu motor Italia pertama yang benar-benar kompetitif dan juara di kelas tertinggi. Kehadiran mereka membuktikan bahwa Italia adalah pusat inovasi balap motor dunia, bahkan sebelum dominasi Jepang dimulai. Hingga kini, nama Gilera masih dikenang sebagai salah satu pabrikan Italia legendaris yang pernah berjaya di Grand Prix.
8. FAQ

1. Apa motor Italia paling sukses di MotoGP/Grand Prix?
MV Agusta bisa disebut paling sukses secara historis dengan 37 gelar konstruktor, sementara Ducati mendominasi di era modern dengan gelar dunia MotoGP sejak 2007 dan 2022–2023.
2. Apakah semua motor Italia masih aktif di MotoGP?
Tidak. Hanya Ducati dan Aprilia yang masih aktif di MotoGP modern. MV Agusta, Cagiva, Paton, Moto Guzzi, dan Gilera kini hanya meninggalkan warisan sejarah.
3. Apa kontribusi terbesar Italia di MotoGP?
Italia berkontribusi lewat inovasi teknis (seperti desmodromic Ducati atau V8 Moto Guzzi), prestasi juara dunia, serta menghadirkan pembalap legendaris seperti Agostini, Rossi, dan Bagnaia.
4. Mengapa banyak motor Italia mundur dari Grand Prix?
Alasan utama adalah keterbatasan dana dan meningkatnya biaya riset ketika pabrikan Jepang mulai mendominasi pada 1960-an hingga 1980-an.
5. Siapa pembalap yang paling identik dengan motor Italia?
Giacomo Agostini sangat identik dengan MV Agusta di era 1960–1970-an, sementara Casey Stoner dan Francesco Bagnaia menjadi ikon Ducati di era modern.