Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Profil Laura Villars, Kandidat Perempuan Pertama Presiden FIA

potret logo FIA
potret logo FIA (commons.wikimedia.org/Steffen Prößdorf)
Intinya sih...
  • Laura Villars, pembalap dan wirausahawan muda, mencalonkan diri sebagai kandidat presiden FIA
  • Villars ingin membuat FIA lebih inklusif bagi perempuan dan generasi muda serta membawa tata kelola yang demokratis dan transparan
  • Agenda Villars termasuk memberdayakan klub, memperkuat transparansi keuangan, dan memperluas program Women in Motorsport
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dunia motorsport tengah dipenuhi perbincangan menjelang pemilihan Presiden Federation Internationale de l'Automobile (FIA) 2025. Laura Villars, pembalap perempuan asal Swiss berusia 28 tahun, resmi menyatakan diri maju sebagai kandidat dan menjadi perempuan pertama yang mencalonkan diri untuk posisi tertinggi di federasi balap ini. Langkahnya tidak hanya simbolis. Ia membawa agenda jelas untuk mereformasi tata kelola FIA agar lebih transparan dan inklusif.

Pengumuman Villars disampaikan pada pertengahan September 2025 melalui media sosial dan organisasi balap miliknya, Villars Racing. Ia muncul sebagai kandidat ketiga, bergabung dengan petahana Mohammed Ben Sulayem dan mantan steward FIA asal Amerika Serikat, Tim Mayer. Pemilihan akan berlangsung pada 12 Desember 2025 di Tashkent, Uzbekistan, dan publik kini menyoroti figur perempuan muda yang berani menantang status quo ini.

1. Laura Villars dikenal sebagai pembalap sekaligus wirausahawan muda

Laura Villars dikenal luas sebagai sosok serbabisa yang menggabungkan karier balap dengan kewirausahaan. Lahir di wilayah metropolitan Jenewa, Swiss, ia mulai mengenal dunia balap sejak usia 14–15 tahun dan jatuh cinta dengan kecepatan di balik kemudi. Pada 2023, Villars mencatat debut di ajang Formula 3-level Ultimate Cup Series, kemudian melanjutkan kiprahnya di Formula 4 UEA, Saudi Arabia Formula 4, hingga Ferrari Challenge Europe.

Karier balap internasionalnya semakin berkembang ketika ia turun di Ligier European Series, sebuah kejuaraan yang terinspirasi dari Le Mans 24 Hours. Villars menunggangi mobil JS P4 bersama Dario Cabanelas di sirkuit-sirkuit bergengsi, seperti Barcelona, Paul Ricard, Le Mans, Spa Francorchamps, Silverstone, hingga Portimao. Sepanjang kariernya, ia telah menorehkan total 58 partisipasi di berbagai ajang balap internasional.

Selain sebagai pembalap, Villars juga mengembangkan karier di dunia bisnis. Ia meraih gelar sarjana manajemen bisnis dan mendirikan dua perusahaan dengan fokus kepada pengembangan diri. Kehidupan profesional di luar sirkuit ini memberinya perspektif berbeda, yang kini ia bawa ke dunia organisasi motorsport. Melalui platform-nya, ia aktif menyuarakan kesetaraan gender dan berperan sebagai mentor bagi generasi muda, khususnya perempuan yang bermimpi meniti karier di dunia balap.

2. Laura Villars ingin membawa FIA lebih inklusif bagi perempuan dan generasi muda

Dalam pernyataan resminya yang dikutip The Athletic, Laura Villars menegaskan FIA harus kembali menjadi federasi klub dan pemegang lisensi anggota FIA. Visi utamanya yakni menciptakan tata kelola yang lebih demokratis, transparan, bertanggung jawab, serta membuka ruang bagi perempuan dan generasi muda untuk berperan lebih besar. Baginya, FIA perlu menjadi lembaga yang tidak hanya mengatur regulasi, tetapi juga menjadi inspirasi global.

Motivasi Villars lahir dari pengalaman pribadinya sebagai perempuan yang berjuang di dunia balap yang didominasi laki-laki. Ia pernah mengungkapkan, motorsport seharusnya tidak mengenal batasan gender, karena inti dari olahraga ini adalah keterampilan dan hasrat. Dengan langkahnya, ia berharap bisa menjadi teladan bagi para perempuan muda yang selama ini ragu menekuni karier balap karena stereotip sosial dan minimnya dukungan.

Di balik keputusan ini, terdapat pula dimensi sosial yang lebih luas. Villars melihat kehadiran figur perempuan muda di pucuk kepemimpinan FIA dapat mendorong perubahan besar. Ia ingin menjadikan dirinya simbol keberagaman dan inovasi, sekaligus membuktikan motorsport bisa menjadi sarana untuk menciptakan transformasi global.

3. Meski punya program visioner, jalan Laura Villars menuju kursi Presiden FIA tidak mudah

Laura Villars memang belum mempublikasikan manifesto lengkap, tetapi ia sudah menyiapkan agenda yang ia sebut tegas sekaligus inovatif. Agenda tersebut berisi beberapa gagasan penting yang ingin ia jalankan jika terpilih sebagai Presiden FIA. Secara garis besar, terdapat lima poin utama yang menjadi fokus utamanya untuk masa depan federasi:

  • Pertama, memberdayakan klub dengan konsultasi rutin dan tata kelola partisipatif. 
  • Kedua, memperkuat transparansi dalam hal keuangan dan pengambilan keputusan. 
  • Ketiga, memperkenalkan label “FIA Eco-Performance” sebagai pengakuan bagi praktik keberlanjutan dalam motorsport.
  • Keempat, ia berkomitmen memperluas program Women in Motorsport melalui inisiatif Girls on Track dan mentoring, serta mendirikan FIA Young Leaders Academy untuk mencetak generasi pemimpin baru.
  • Kelima, Villars ingin menempatkan FIA sebagai tolok ukur global dalam bidang mobilitas berkelanjutan sekaligus keselamatan jalan. Dengan visi tersebut, ia menegaskan tekadnya untuk menghubungkan dunia balap dengan tantangan sosial dan lingkungan yang lebih luas.

Namun, jalan menuju kursi presiden tidaklah mudah. Villars menghadapi tantangan besar karena memulai kampanye lebih lambat dibanding Tim Mayer yang telah lebih dulu menjalin komunikasi dengan berbagai klub FIA. Ia juga harus memenuhi syarat administratif, seperti menyusun Presidential List berisi struktur kepemimpinan dan memperoleh dukungan dari minimal enam klub otomotif, enam anggota mobilitas, dan enam otoritas olahraga. Persaingan pun kian ketat, mengingat ia akan menghadapi dua figur berpengalaman, yakni Mohammed Ben Sulayem sebagai petahana dan Tim Mayer sebagai kandidat alternatif yang sudah memiliki reputasi panjang.

Capaian dan ambisi Laura Villars menjadikannya sosok yang menarik dalam peta politik motorsport global. Terlepas dari berbagai keraguan publik, pencalonannya membuka babak baru dalam sejarah FIA ketika keberagaman, inovasi, dan kepemimpinan generasi muda mulai mendapat panggung.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us

Latest in Sport

See More

4 Pemain yang Meraih 100 Kemenangan atau Lebih di UCL

20 Sep 2025, 16:48 WIBSport