Mario Wuysang, Diantar Pulang Basket dan Cinta Mendalam

Mario Wuysang begitu cinta pada Indonesia

Jakarta, IDN Times - Bagi para pecinta basket Indonesia lawas, nama Mario Wuysang tentu bukanlah nama yang asing. Berkarier di Indonesia sejak 2003, dia menjelma dari rookie menjanjikan hingga menjadi seorang legenda.

Selepas memutuskan pensiun pada 2018, Mario sempat menghilang dari peredaran basket Indonesia. Sekarang, dia kembali dengan sebuah misi mulia, yaitu membangun akademi sebagai wujud rasa cintanya terhadap Indonesia.

Berikut bincang-bincang tim IDN Times bersama Mario beberapa waktu lalu, membicarakan soal akademi, IBL masa kini, sekaligus apa yang harus diperkuat oleh para talenta basket Indonesia.

Apa kabar? Semua sehat? Sudah bangun akademi ya di Amerika? Berdirinya sejak kapan dan fokusnya di mana?

Mario Wuysang, Diantar Pulang Basket dan Cinta MendalamMario Wuysang, legenda basket Indonesia (instagram.com/realroecinco)

Amin, semua baik-baik saja ya, hehe. Ya, namanya Roe Basketball Academy. Jadi, Roe Basketball Academy ini ya, kira-kira saya mulai setahun lalu. Fokusnya itu di skill development. Jadi saya mengajar anak usia 13 tahun sampai pro players juga ada.

Selain skill development, kami juga fokus di improvement fundamentals. Jadi, kekurangan mereka, kami fokus membenahi itu.

Lokasi pusatnya memang di Houston, Texas, dan Southern California juga, tapi ya sebetulnya ada dua. Jadi, kami mobile dan kadang melakukan camp di seluruh Amerika Serikat.

Baca Juga: Peringkat 10 Besar Piala Dunia Basket 2023, Latvia Beri Kejutan

Sempat bikin juga acara dengan para pemain keturunan Indonesia ya, di sana?

Mario Wuysang, Diantar Pulang Basket dan Cinta MendalamMario Wuysang, legenda basket Indonesia (instagram.com/realroecinco)

Dan ya, (kita sempat bikin) heritage games, kami kerja sama dengan G League Clippers, NBA G League Clippers, mereka bikin Indonesia heritage night, jadi saya kumpulin pemain-pemain yang punya darah Indonesia seperti saya.

Ada tujuh pemain waktu itu, dan kami lawan akademi di sana. Jadi timnya Indonesia semua.Tentu saja, rumah saya memang di Amerika Serikat, tapi hati selalu Indonesia, selalu.

Mario, karier panjang di Indonesia ya, pertama kali datang 2003? Datang masih sangat muda ya waktu itu?

Mario Wuysang, Diantar Pulang Basket dan Cinta MendalamMario Wuysang, legenda basket Indonesia (instagram.com/realroecinco)

Pertama kali saya datang ke Indonesia 2003, main sama Aspac. Masih muda banget saat itu, 23 tahun. Jadi, teman saya di Amerika, bukan orang Indonesia, dia kirim resume saya ke orang Tabloid BOLA. Orang di BOLA bawa ke Aspac, mereka langsung call saya, padahal belum lihat saya main.

Orang Aspac bilang, saya kirim tiket, minggu depan berangkat (ke Indonesia). Oh, man, tunggu-tunggu, kasih saya waktu dua minggu buat mikir dulu. Jadi kalau Aspac tidak bawa saya pas 2003, saya tidak akan ada di sini.

Tapi sebelumnya, setelah dari kuliah sempat ada keinginan main di Eropa atau Amerika? Atau sempat ada rencana ikut NBA Draft?

Mario Wuysang, Diantar Pulang Basket dan Cinta MendalamNBA draft 2021, Detroit Pistons boyong point guard penuh taleta di pick pertama, Cade Cunningham. (nba.com).

Saya memang tidak ikut NBA Draft. Rencana saya itu ingin ke luar negeri untuk main secara profesional. Tapi, Indonesia tidak ada di rencana saya waktu itu. Apalagi terakhir saya di Indonesia kan waktu usia tiga tahun.

Jadi, saya tidak tahu ada liga basket pro di Indonesia, ada Timnas-nya. Benar-benar tidak tahu. Saya ambil risiko, teken kontrak satu tahun.

Sebelum ke Indonesia, pernah kepikiran bakal main di tim mana di luar negeri? Lalu, yang merayu kamu hingga akhirnya bisa main di Indonesia siapa?

Mario Wuysang, Diantar Pulang Basket dan Cinta MendalamMario Wuysang, legenda basket Indonesia (instagram.com/realroecinco)

Tidak, tapi memang rencananya saya itu mau ke Filipina, ada juga tim yang sudah ngontak saya. Main di PBA, karena waktu di Amerika saya sempat ikut komunitas Filipina. Jadi mereka pikir saya orang Filipina.

Tapi ya, akhirnya, Indonesia kembali memberikan saya tawaran. Soal klub Filipina yang menawar saya, maaf, saya tidak bisa bilang. Tapi, memang itu rencana saya sebenarnya.

Kim Hong, sih, hehe. Sampai waktu itu saya bilang ke dia begini, 'Janji sama saya, pastiin saya bisa main di Timnas'. Dia bilang oke, karena saya juga ingin mewakili Timnas Indonesia di laga internasional.

Dan pada 2003 juga kebetulan Kim Hong jadi manajer Timnas ya. Dan saya langsung ikut SEA Games saat itu. Dia menepati janjinya, saya ikut SEA Games di Vietnam, tapi tak ada medali waktu itu.

Usia 23 tahun ke Indonesia, pasti ada culture shock nih, siapa yang bantu? Kalau adaptasi permainan bagaimana? Sempat ada perselisihan?

Mario Wuysang, Diantar Pulang Basket dan Cinta MendalamDenny Sumargo (instagram.com/sumargodenny)

Ya, sangat mengalami itu, saat latihan, apalagi aturan main juga sedikit berbeda dengan di Amerika ya dengan di FIBA. Udara dan makanannya juga sangat berbeda ya, itu yang saya rasakan waktu itu.

Tentu rekan-rekan setim saya membantu, Riko (Hantono), Andi Batam, Denny Sumargo, Ali Budimansyah, satu tim waktu itu dengan saya di Aspac. Mereka banyak membantu saya.

Dan mereka juga bantu saya belajar bahasa Indonesia ya, saya benar-benar belajar dari nol. Saat itu saya dominan bicara bahasa Inggris. Karena waktu itu tidak seperti sekarang, sekarang banyak yang bicara bahasa Inggris. Dulu itu tidak ada. Jadi, susah ya.

Saya butuh waktu sampai dua tahun untuk settle dan beradaptasi, terutama soal budaya dan bahasa ya.

Di FIBA kan rulesnya berbeda ya, wasit juga tiup peluitnya beda. Jadi, saya harus menyesuaikan itu, dan itu butuh waktu lama. Karena kan kalau di Amerika serba fisik, offense atau defense. Bisa bahu ke bahu, tapi di FIBA berbeda.

Saya harus menyesuaikan permainan saya, banyak call juga dari wasit ya. Jadi benar-benar sulit juga bagi saya waktu itu secara permainan. Tapi pada akhirnya ya, tetap saja basket kan? Kalau pemain basket, pasti bisa beradaptasi.

Oh ya, pertama kali datang ke Indonesia, setim sama Denny Sumargo, waktu itu saya ada sedikit altercation (perselisihan) dengan dia. Ya memang ada miskomunikasi waktu itu. Saya Indonesia belum lancar, dia juga bahasa Inggris belum lancar.

Ya hanya sedikit miskomunikasi saja sih, tapi setelah itu kami jadi dekat. Dekat banget malah. Dan kebetulan dari dekat banget, kita jadi juara (di Aspac).

Baca Juga: 3 Fakta Unik Selepas Piala Dunia Basket 2023, Dominasi Setop

Perbedaan antara pemain muda Indonesia sekarang dengan angkatan ketika kamu bagaimana?

Mario Wuysang, Diantar Pulang Basket dan Cinta MendalamGelaran IBL 2023. (iblindonesia.com)

Kalau lihat, skill work mereka lebih bagus sekarang ya. Karena, mereka juga didukung oleh banyak sumber daya yang bisa mendukung skill-nya. Tapi secara fisik, zaman dulu lebih fisikal, karena kadang wasit masih mengizinkan permainan keras.

Tapi, ya memang zaman dulu dan sekarang tentu berbeda. Cuma memang perbedaannya tidak terlalu kentara lah ya. Soal IQ ball-nya, ya, sulit juga nih jawabnya. Cuma pemain sekarang memang IQ-nya tinggi. Saya akui itu.

Uncle Roe, 15 tahun berkarier di Indonesia kan pasti banyak momen ya. Apa momen yang paling diingat?

Mario Wuysang, Diantar Pulang Basket dan Cinta MendalamMario Wuysang (IDN Times/Sandy Firdaus)

Oh, banyak sekali ya. Salah satunya saat saya juara ABL (ASEAN Basketball League) waktu 2012. Saat itu saya main di Indonesia Warriors, kita berhasil mengalahkan San Miguel (Beerman) asal Filipina, itu jadi sejarah juga buat kita.

Dan tim saya waktu itu roster timnya sangat talented sekali (tim Indonesia Warriors). Stanley Pringle, Evan Brock, Steve Thomas, sangat top sekali. Ada juga Arki Wisnu, Rony Gunawan, Amin (Prihantono), jadi tim kita sangat kuat saat itu.

Dominasi Filipina nih, SEA Games 2021 di Vietnam kita emas, sekuat apa sih Filipina di Asia Tenggara?

Mario Wuysang, Diantar Pulang Basket dan Cinta MendalamTimnas Basket Indonesia raih emas di SEA Games 2021 Vietnam (Foto: Instagram/marquesbolden)

Filipina kan memang olahraga nomor satunya basket kan, dari dulu. Pasti pengembangan basket mereka lebih fokus. Tapi, kita juga bisa ikut tipe program pengembangan yang sama seperti mereka.

Makanya, kita harus mulai membina atlet basket sejak usia 12 tahun, 13 tahun, jadi fondasi mereka sudah ada pas masuk IBL, atau Timnas, sudah siap. Mereka siap untuk mengarungi laga kelas dunia.

Kalau untuk secara liga, memang di sana (Filipina) lebih banyak ya. Itu penting sekali, jadi Filipina itu college program-nya lebih kompetitif. Levelnya sangat tinggi di kuliah, kita bisa ciptakan seperti itu, dan harus.

Apalagi kalau kita mempersiapkan pemain untuk di level profesional dan Timnas, harus seperti itu, mulai dari kuliah. Sekali lagi kita bisa seperti itu.

Derrick Michael bagaimana? Selain Derrick ada talenta lain yang menarik perhatian kamu?

Mario Wuysang, Diantar Pulang Basket dan Cinta MendalamDerrick Michael, pemain Timnas Basket Indonesia. (IDN Times/Sandy Firdaus)

Derrick Michael sangat bertalenta, masa depan basket Indonesia itu. Skill bagus, kemauan menangnya tinggi, mentalnya kuat, saya selalu support dia. Saya berharap dia terus berkembang, dan semoga dapat peluang masuk NBA.

Saya tidak sabar, semoga tahun ini dia bagus di tim basket kuliahnya (GCU), menit bermain lebih banyak. Full support buat Derrick

Ya, saya sempat menonton PJ lawan SM (semifinal IBL 2023), Yesaya Saudale, Hendrick Yonga, Mohammad Arighi, ini pemain-pemain mudanya PJ. Lalu di SM juga ada Antoni Erga, dan saya juga senang dengan PG nya Prawira, Yudha Saputera, sangat bertalenta.

Saya rasa masa depan basket Indonesia cerah ya, mereka punya banyak talenta muda, tapi kita harus tetap support dan push mereka menuju arah yang tepat, dan jangan lupa kita harus menciptakan lagi talenta baru. Jangan berhenti.

Soal pengembangan, untuk di Roe Academy sendiri kan ada beberapa pemain keturunan yang potensial?Ada rencana buka Roe Basketball Academy di Indonesia?

Mario Wuysang, Diantar Pulang Basket dan Cinta MendalamMario Wuysang (IDN Times/Sandy Firdaus)

Ada beberapa, setidaknya ada tujuh pemain yang kami pegang dan latih. Mereka sekarang masih SMA, dan tentu tujuan mereka mendapatkan beasiswa untuk kuliah, dan main basket di kuliah. Itu aset juga buat Indonesia.

Jadi saya yang mengajari dan mengarahkan mereka, karena mereka juga kebanyakan tidak tahu Indonesia. Saya ngomong sama orang tuanya, keluarganya, hey, ada peluang nih setidaknya untuk main di IBL, dan punya tim profesional.

Bisa juga mereka dapat tim di Amerika, dan nantinya bisa pulang dan menolong Timnas Basket Indonesia.

Tentu saja, kami mau melakukan itu, kemungkinan besar. Itu masuk rencana saya juga. Saya mau buka Roe Academy di sini, nanti kita buat Youth Foundation, dan juga bawa pemain dari Amerika ke sini. Jadi saya mau buat jembatan.

Baca Juga: Jerman Juara Piala Dunia Basket 2023!

Menurut Uncle Roe, pemain naturalisasi itu penting?

Mario Wuysang, Diantar Pulang Basket dan Cinta MendalamMarques Bolden (IDN Times/Margith Juita Damanik)

Ya, bisa dibilang itu hit and miss sih, belum tentu pemain naturalisasi memberikan sukses kan. Research-nya harus mendalam, agar pemain naturalisasi yang datang pas sesuai kebutuhan. Yang mana yang cocok dengan tim.

Saya rasa mereka (Perbasi) juga belajar dari SEA Games lalu (2023), ada beberapa pemain naturalisasi, tapi tak dapat medali. Jadi harus cerdas dalam proses naturalisasi, dan ya pasti semua pihak juga belajar. Cuma, pembinaan tetap penting.

Melihat kondisi basket Indonesia sekarang, bedanya dengan dulu?

Mario Wuysang, Diantar Pulang Basket dan Cinta MendalamBrandone Francis, pemain Prawira Bandung. (iblindonesia.com)

Ya saya sempat menonton IBL. Saya kira, sekarang sudah diorganisasi dengan baik, ada fansnya juga, banyak wanita yang nonton ya saya lihat, 80 persen itu. Mereka teriak-teriak, dan ini situasi yang bagus. Atmosfer basket Indonesia sudah makin ramai.

Sekarang popularitas basket di Indonesia terus tumbuh, dan Indonesia juga punya banyak talenta, kita mesti jaga momentum ini dan kalau bisa, naik level lagi.

Untuk segi penyelenggaran, ya ada home and away, itu saya suka banget. Dulu waktu saya main cuma 10 tim, sekarang ada 16 tim. Itu bagus, aroma kompetisinya lebih terasa, 16 tim itu sudah bagus.

Sayang ya, Aspac sama CLS tidak ada, sakit hati saya. Saya benar-benar sakit hati, karena itu (Aspac) tim yang bawa saya ke Indonesia, dan CLS juga ya, saya juara di Aspac dan CLS.

Ada kemungkinan jadi staf pelatih, atau jadi pelatih basket di Indonesia? Stay di sini? Sudah ada klub yang nawarin jadi staf pelatih di Indonesia?

Mario Wuysang, Diantar Pulang Basket dan Cinta MendalamYoubel Sondakh, pelatih IBL All Star 2022. (iblindonesia.com)

Jadi staf pelatih sih kayaknya tidak, apalagi saya tinggal di Amerika sekarang. Tapi saya mau bikin jembatan Amerika ke Indonesia. Karena saya ada jaringan di sana, teman juga, jadi saya mau bantu Indonesia dari sana.

Ya saya bakal sering pulang pergi Amerika-Indonesia, itu pasti sih. Entah itu buat keperluan klub atau Timnas.

Banyak, tapi banyak yang nawarin untuk main, ada beberapa. Tapi saya menolak, karena saya sudah pensiun. Sekarang saya sudah pensiun. Saya maunya pensiun di Indonesia, tetapi ya, situasi tidak memungkinkan saat itu.

Tapi tidak apa-apa, karena waktu itu banyak hal terjadi, lalu ada peluang main di China, jadi saya ke sana. Dan itu tidak apa-apa. Tapi kalau Kim Hong dan Aspac balik lagi ke IBL, saya tidak pikir panjang, langsung main!

Cuma tidak tahu juga saya ya, apa mereka bakal balik lagi atau tidak. Saya juga sudah tidak lama kontakan dengan Kim Hong dan Aspac. Saya tidak tahu. Tapi, luar biasa kan kalau mereka kembali. Mereka klub yang punya tradisi juara yang bagus.

Kemarin ketika saya sampai, ada acara 20 tahun anniversary IBL, saya ketemu Andi Batam, Riko Hantono, Denny Sumargo, Budi, kita satu tim semua.

Saran buat pemain muda Indonesia yang ingin berkarier di basket?

Mario Wuysang, Diantar Pulang Basket dan Cinta MendalamMario Wuysang, legenda basket Indonesia (instagram.com/realroecinco)

Bagi pemain muda Indonesia, saya akan selalu mendukung. Kerja keras, latihan setiap hari, tingkatkan skill ball handling dan shooting, karena dua aspek itu penting menurut saya.

Kalau ball handling dan shooting kalian bagus, kalian akan sulit dijaga. Saya siap bantu basket Indonesia, bawa pemain Amerika ke sini, dan saya juga terbuka bagi para pemain muda Indonesia untuk latihan di Roe Basketball Academy.

Saya yakin, tiga bulan latihan di Amerika, bersama Roe Basketball Academy, begitu pulang, mereka akan jadi pemain berbeda. Saya jamin itu. Size tidak masalah, yang penting itu fondasinya, ball handling dan shooting. Itu bagus.

Baca Juga: Seram, Pemain Serbia Kehilangan Ginjal di Piala Dunia Basket

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya