3 Fakta Menarik di Balik Musim Cemerlang Atalanta 2023/2024

Menggapai gelar Scudetto memang bukan sesuatu yang realistis buat Atalanta pada 2023/2024. Namun, tim berlogo salah satu Dewi Yunani itu berpotensi merebut dua piala sekaligus musim ini. Skuad Gian Piero Gasperini itu baru saja memastikan kelolosan mereka ke final Coppa Italia dan UEFA Europa League (UEL).
Itu sebuah prestasi yang patut diapresiasi mengingat sejak 2020/2021 Atalanta disebut para pundit sebagai salah satu tim paling menarik ditonton di Serie A, tetapi tak mengantongi satu pun gelar. Tak seperti beberapa tim besar Italia macam Juventus, AS Roma, dan SSC Napoli, mereka pula tim yang prestasinya relatif paling stabil di Serie A. Apa rahasianya? Mari analisa beberapa fakta menarik soal performa cemerlang Atalanta sepanjang 2023/2024.
1. Taktiknya tak berubah banyak dari beberapa musim sebelumnya

Tak banyak yang berubah dari Atalanta dari segi taktik. Sejak 2019/2020, Gasperini sering menggunakan format 3-4-1-2, 3-4-2-1, atau 3-4-3. Dalam mode bertahan, tim akan melakukan agressive-pressing dan man-marking. Dikombinasi dengan menurunkan pemain tengah ke belakang saat terdesak, taktik bertahan agresif dan disiplin itu terbukti efektif merepotkan lawan. Meski bukan yang terbaik di Serie A musim ini, Atalanta termasuk tim yang minim kebobolan di UEL 2023/2024.
Pola menyerang mereka pun masih sama, yakni melibatkan 6-7 pemain sekaligus termasuk gelandang tengah dan wing-back. Merujuk statistik Opta, Atalanta menduduki peringkat ke-7 tim Serie A dengan potensi gol (xG) tertinggi saat open-play. Terbukti akumulasi gol yang mereka ciptakan sepanjang 2023/2024 di liga domestik masuk ketiga terbanyak di Serie A. Bahkan mereka mengalahkan dua tim di atas mereka di klasemen sementara, yakni Bologna FC dan Juventus.
Di UEL pun, Atalanta cukup produktif cetak gol. Beberapa kali mereka menang dengan selisih gol yang lumayan besar. Momen itu termasuk saat menyingkirkan Liverpool dan Marseille pada babak gugur dengan agregat masing-masing 3-1 dan 4-1.
2. Performa stabil meski kehilangan pemain kunci hampir tiap musim

Menariknya, performa stabil ini berhasil ditampilkan Atalanta meski harus mengalami pergantian komposisi pemain. Atalanta tak ragu melepas pemain kunci mereka beberapa tahun terakhir. Sebut saja Papu Gomez dan Cristian Romero yang hengkang pada 2021, Josip Ilicic yang sejak awal 2022 harus cuti karena depresi, hingga giliran Ruslan Malinovsky dan Rasmus Hojlund yang pindah pada 2023.
Meski kehilangan pemain kunci, Gasperini tampaknya tak kesulitan mencari pengganti ideal mereka. Charles De Ketelaere, Ademola Lookman, El Bilal Touré, Gianluca Scamacca
dengan cepat mengisi kekosongan tersebut. Peningkatan dan konsistensi performa beberapa pemain lawas mereka seperti Marten de Roon, Giorgio Scalvini, Teun Koopmeiners, Éderson, dan Aleksey Miranchuk turut meringankan beban Gasperini musim ini.
Gasperini bukan tipe pelatih yang bergantung pada pemain bintang. Sebaliknya, ia hobi merekrut pemain-pemain muda underrated dengan ego minimal dan bersedia beradaptasi untuk kepentingan tim. Terbukti tak banyak pemain Atalanta yang menonjol secara individu, tetapi berkontribusi besar dalam tim.
3. Salah satu klub dengan utang terkecil dan pelatih dengan masa bakti terlama di Serie A

Serie A adalah salah satu liga top Eropa yang kesehatan finansialnya jadi sorotan. Football Benchmark dalam laporan mereka menggarisbawahi utang fantastis yang dimiliki beberapa klub Italia, terutama setelah pandemik COVID-19. Meski restriksi sudah berakhir dan industri kembali menggeliat, masih banyak tim mengalami kesulitan menyeimbangkan neraca keuangan mereka. Hanya Fiorentina dan Monza yang berani menyatakan diri sebagai klub bebas utang pada 2023. Atalanta, Napoli, dan Milan boleh lega karena utang mereka termasuk kecil dibanding tim-tim lain di Serie A.
Bisa diasumsikan, keputusan Atalanta menjual pemain kunci mereka hampir tiap musim dilakukan untuk mempertahankan kesehatan keuangan klub. Itu pula yang mungkin menjelaskan kesetiaan manajemen terhadap Gian Piero Gasperini yang menduduki posisi pelatih kepala sejak 2016. Ini mengingat Gasperini bukan tipe pelatih royal yang meminta pemain bintang. Sebaliknya, ia membantu klub menghadirkan pemain potensial yang bisa jadi aset kunci tim 1-2 musim ke depan.
Musim 2023/2024 benar-benar era cemerlang untuk Atalanta. Setelah beberapa dekade puas jadi penggembira, ini mungkin jadi waktu yang tepat untuk meraih trofi. Bahkan, final UEL 2023/2024 nanti akan jadi momen besar perdana mereka di level Eropa.