Apa Dampak Gap Budaya terhadap Keputusan Wasit dalam Sepak Bola?

Pada jornada ke-24 LaLiga Spanyol 2024/2025 antara Real Madrid dan Osasuna yang berakhir dengan skor 1-1, Jude Bellingham harus menerima kartu merah pada menit ke-39. Keputusan ini langsung menjadi perdebatan karena dia mengeklaim insiden tersebut hanya kesalahpahaman. Perbedaan budaya dan bahasa dalam sepak bola pun kembali menjadi isu yang mencuat.
Kasus ini bukan yang pertama dalam dunia sepak bola. Miskomunikasi antara pemain dan wasit berujung pada keputusan yang kontroversial. Faktor budaya sering kali menjadi elemen yang kurang diperhitungkan dalam arbitrase sepak bola. Dengan meningkatnya jumlah pemain asing di liga-liga top dunia, sebenarnya penting untuk memahami bagaimana perbedaan budaya dapat memengaruhi keputusan di lapangan.
1. Jude Bellingham menerima kartu merah akibat misinterpretasi wasit
Pada pertandingan melawan Osasuna, Jude Bellingham menerima kartu merah langsung dari wasit Jose Luis Munuera Montero pada menit ke-39. Bellingham melakukan protes terhadap keputusan wasit setelah beberapa keputusan kontroversial yang merugikan Real Madrid. Rekaman televisi menunjukkan, Munuera Montero meminta Bellingham untuk berbicara dengan hormat, yang kemudian direspons dengan kata-kata yang diperdebatkan.
Dalam laporan resmi, wasit mencatat, Bellingham berkata "F*** you" yang dianggap sebagai penghinaan langsung. Namun, Bellingham dan Pelatih Carlo Ancelotti bersikeras, yang diucapkan pemain asal Inggris tersebut adalah "F*** off", yang dalam konteks bahasa Inggris dapat bermakna ungkapan frustrasi tanpa bermaksud menghina. Perbedaan interpretasi ini menambah kontroversi atas keputusan wasit.
Setelah pertandingan, Bellingham menyatakan dirinya tidak bermaksud menghina wasit dan hanya meluapkan emosinya terhadap situasi di lapangan. Ancelotti juga menegaskan insiden ini terjadi karena kesalahpahaman bahasa dan perbedaan budaya. Los Blancos pun mengajukan banding terhadap keputusan tersebut.
Munuera Montero kini dibebastugaskan sebagai wasit di semua pertandingan. Keputusan ini diambil setelah kontroversi yang terjadi dalam laga Real Madrid melawan Osasuna. Ia mendapat sorotan atas keputusannya. Selain itu, ia tengah dalam penyelidikan oleh komite kepatuhan RFEF dan UEFA terkait dugaan konflik kepentingan yang berkaitan dengan aktivitas bisnis pribadinya di luar sepak bola.
2. Kartu merah Jude Bellingham makin membuat runyam hubungan Real Madrid dengan LaLiga
Insiden kartu merah Jude Bellingham menjadi perbincangan hangat karena perbedaan interpretasi bahasa dalam dunia sepak bola. Dalam budaya sepak bola Inggris, ungkapan "F*** off" sering digunakan oleh pemain untuk mengekspresikan ketidakpercayaan atau kejengkelan terhadap situasi tanpa niat menghina. Namun, dalam budaya sepak bola Spanyol, kata-kata kasar kepada wasit sering kali dianggap sebagai bentuk penghinaan yang dapat berujung kartu merah.
Selain itu, kejadian ini memperpanjang ketegangan antara Real Madrid dan wasit LaLiga. Real Madrid sebelumnya mengajukan protes terhadap keputusan wasit di beberapa pertandingan, termasuk dalam derbi melawan Atletico Madrid. Dengan insiden ini, klub makin merasa standar perwasitan di LaLiga perlu dievaluasi.
Media Spanyol juga ikut memperbesar perdebatan dengan menghadirkan ahli bahasa yang menjelaskan perbedaan makna "F*** off" dan "F*** you" dalam konteks bahasa Inggris. Beberapa media mendukung klaim Bellingham yang menyebut ucapannya bukan penghinaan. Di sisi lain, terdapat perbedaan, wasit tetap berhak mengambil tindakan berdasarkan pemahamannya terhadap situasi di lapangan.
3. Tantangan pemain asing dalam beradaptasi dengan budaya negara tempat mereka bermain
Perbedaan budaya antara pemain asing dan wasit dapat memengaruhi keputusan di lapangan. Hal ini dibahas dalam jurnal Cultural Differences, Assimilation and Behavior: Player Nationality and Penalties in Football oleh De Luca, Schokkaert, dan Swinnen. Studi tersebut menemukan, pemain dari Eropa Selatan lebih sering mendapatkan kartu dibandingkan pemain dari Inggris atau Eropa Utara, tetapi jumlah pelanggaran mereka cenderung menurun seiring waktu karena proses asimilasi.
Dalam kasus Jude Bellingham, kesalahpahaman muncul karena perbedaan persepsi terhadap ungkapan yang digunakan. Jika seorang pemain Inggris mengatakan "F*** off" di English Premier League (EPL), wasit mungkin tidak akan langsung memberinya kartu merah. Namun, di LaLiga, saat standar komunikasi berbeda, ungkapan tersebut bisa dianggap sebagai serangan verbal kepada wasit.
Studi dalam jurnal mengungkapkan, pemain asing yang bermain lebih lama di suatu liga cenderung lebih memahami norma dan aturan budaya setempat. Ini menunjukkan, adaptasi pemain terhadap lingkungan baru dapat mengurangi kesalahpahaman di lapangan. Dalam kasus Bellingham, ia mungkin perlu menyesuaikan cara berkomunikasi agar tidak mengalami insiden serupa pada masa mendatang.
4. Federasi, wasit, dan pemain perlu belajar memahami gap budaya
Federasi sepak bola perlu mengambil langkah-langkah untuk mengurangi insiden miskomunikasi akibat perbedaan budaya. Salah satu solusinya adalah memberikan pemahaman kepada wasit mengenai bahasa dan ekspresi yang sering digunakan pemain dari berbagai negara. Dengan pemahaman yang lebih baik, wasit dapat mengambil keputusan yang lebih adil dan tidak terpengaruh miskomunikasi bahasa.
Terlebih lagi, video assistant referee (VAR) bisa dimanfaatkan lebih maksimal untuk meninjau insiden yang berpotensi disebabkan kesalahpahaman bahasa. Wasit bisa mendengarkan rekaman audio dan menganalisis gerakan tubuh pemain untuk menilai situasi. Hal ini membantu wasit dan ofisial pertandingan membedakan apakah suatu pernyataan adalah penghinaan atau sekadar ekspresi kekecewaan.
Selain itu, pemain sepak bola juga memiliki kewajiban untuk memahami dan menghargai kultur serta budaya negara tempat mereka bermain. Hal ini penting untuk menciptakan keharmonisan di lapangan dan menghindari kesalahpahaman yang dapat memengaruhi jalannya pertandingan. Dengan memahami perbedaan budaya setempat, ini membantu pemain beradaptasi dengan lingkungan baru dan memperlancar interaksi dengan rekan setim, wasit, lawan, hingga suporter.
Insiden kartu merah Jude Bellingham menggarisbawahi pentingnya komunikasi lintas budaya dalam sepak bola. Seiring meningkatnya globalisasi dalam olahraga ini, langkah-langkah konkret perlu diambil untuk mencegah kesalahpahaman serupa dan memastikan keadilan bagi semua pemain.