Catatan Khusus Piala Dunia U-17: Tranportasi GBT Bikin Pusing

Jakarta, IDN Times - Laga pembuka Piala Dunia U-17 2023 antara Timnas Indonesia U-17 kontra Ekuador, Jumat (10/11/2023), di Stadion Gelora Bung Tomo, memberikan kesan khusus di hati para penggemar. Tentunya, hasil yang muncul membuat fans Timnas cukup puas.
Timnas U-17 bisa menahan imbang Ekuador dalam duel itu. Bahkan, mereka sempat unggul lebih dulu di menit 22 lewat gol Arkhan Kaka.
Secara performa, memang Timnas U-17 tak terlalu meyakinkan di babak kedua. Hanya saja, satu poin yang didapat, membuat Timnas U-17 setidaknya berpeluang lolos ke fase gugur.
Kesan yang bagus dari segi teknis Timnas U-17. Tapi, sebenarnya bagaimana manajemen event?
1. Susah cari air minum

Penulis punya pengalaman tersendiri saat menonton di GBT. Ketika mengarah menuju stadion, semua berjalan lancar.
Arus lalu lintas terbilang teratur. Ketika penulis naik bus shuttle dari Terminal Tambak Osowilangun, ketertiban masih terjaga. Alur masuk dari pemeriksaan barang bawaan hingga tiket sangat lancar.
Barulah ketika masuk di area stadion, penulis mulai mengalami kesulitan. Salah satu yang membuat kecewa adalah susahnya cari air minum.
Stok air minum dari vendor-vendor yang ada di dalam stadion terbatas. Salah satu penonton, Ari Recoba, mengaku susah mendapatkan air dan harus berkeliling dari booth ke booth demi mendapatkannya.
"Kayaknya stok banyak bang, soalnya saya beli pas turun dari truk. Cuma distribusi saja nih bang kayaknya yang gak lancar," kata Ari kepada IDN Times.
Penulis juga merasakan hal yang sama, tapi pada akhirnya bisa mendapatkan air minum. Setelahnya, barulah penulis masuk ke stadion.
2. Upacara Pembukaan yang biasa saja

Sejak masuk tribune, duduk, dan menonton laga, penulis tak merasakan masalah berarti. Bahkan, alur keluar stadion juga mulus.
Tapi, yang bikin agak kecewa adalah upacara pembukaan. Dengan hanya berdurasi delapan menit, pertunjukkan di upacara pembukaan terkesan kurang nendang, lebih tepat biasa saja.
Penonton hanya berdendang sesaat. Setelahnya, seperti tak ada kesan yang membekas dari upacara pembukaan yang dilangsungkan.
3. Transportasi kacau
Masalah besar muncul ketika penulis hendak kembali ke Terminal Osowilangun demi pulang ke hotel. Di sini, terjadi penumpukan penonton yang begitu masif.
Alur bus kacau. Jalur berhenti bus juga tak jelas. Petugas yang berjaga jumlahnya terbilang minim dan penonton tak diarahkan dengan barikade atau penanda lainnya.
Tak heran, terjadi kekacauan. Lalu lintas bus tidak berjalan semestinya, sering tertahan karena banyak suporter yang mencegat di tengah jalan.
Kemudian, terjadi rebutan bus di antara para penonton. Tak pelak aksi gebrak pintu bus, hingga tarik-tarikan antar penonton, dari pantauan IDN Times, terjadi selama proses kepulangan suporter.
Penulis setidaknya harus menunggu sampai satu setengah jam untuk bisa mendapatkan bus. Baru akhirnya pulang dengan selamat sampai ke hotel.