Jay Idzes dan Shin Tae Yong Beda Pilihan soal Pemain Terbaik FIFA

Jakarta, IDN Times - Winger Real Madrid, Vinicius Junior, baru saja memenangkan gelar pemain terbaik versi FIFA. Dia mengalahkan rival terberatnya, Rodri, dalam FIFA Best Football Awards 2024.
Suara Vinicius mencapai 48, hasil dari voting kapten Timnas, pelatih Timnas, dan media, dari berbagai negara. Jumlah ini lima suara lebih banyak atas Rodri yang finis di peringkat kedua.
FIFA secara transparan memberikan peta persebaran suara dalam FIFA Best Football Awards 2024. Tentunya, kamu penasaran kan, kira-kira siapa yang dipilih kapten dan pelatih Timnas Indonesia dalam penghargaan kali ini?
1. Siapa yang dipilih Jay dan STY?

Jay Idzes dan Shin Tae Yong memiliki hak suara dalam penghargaan kali ini. Dari data FIFA yang diterima IDN Times, Jay dan Shin memberikan suaranya dalam penghargaan.
Tapi, Jay dan Shin ternyata beda pendapat. Jay menjadikan Vinicius sebagai pilihan pertamanya. Selanjutnya, Jay memilih Rodri dan Jude Bellingham.
Sementara, Shin justru menempatkan Kylian Mbappe sebagai pilihan pertamanya. Dia justru menjadikan Vinicius pada peringkat ketiga, di belakang Erling Haaland.
Indonesia punya satu lagi pemegang hak suara, yakni dari media yang diwakili jurnalis ANTARA, Triono Subagyo. Pilihan Triono sama dengan Jay dan membantu Vinicius jadi juara.
2. Beda pendapat juga terjadi di Timnas putri

Sementara, untuk pemain terbaik di kategori putri, Indonesia juga punya hak suara. Kapten Timnas putri, Viny Silfianus Sunaryo, memberikan suaranya bersama pelatih Satoru Mochizuki.
Menariknya, peta suara yang diberikan Viny serta Mochi juga mirip dengan Jay serta Shin. Mereka berbeda pendapat soal siapa pemain putri terbaik.
Ketika Viny menempatkan Caroline Graham Hansen sebagai yang terbaik, Mochi mendukung Aitana Bonmati. Hingga, Bonmati akhirnya menjadi juara dengan koleksi 52 poin suara, unggul jauh atas Hansen dan Barbra Banda. Sayangnya, dalam kategori kali ini, media dari Indonesia tercatat tak memberikan suaranya.
3. Bonmati dan Vinicius lega
Bonmati mengaku bersyukur bisa meraih gelar ini dalam dua tahun beruntun. Dia merasa gelar tersebut bisa diraih karena bantuan dari rekan-rekannya, bukan karena kemampuan sendiri.
"Saya bersyukur bisa meraihnya. Seperti yang sering dijelaskan, ini kerja tim. Tahun luar biasa, sulit buat diulang. Saya bahagia ada orang-orang yang membantu saya, setiap harinya, dari klub, rekan-rekan, membuat lebih baik," ujar Bonmati dilansir rilis resmi FIFA.
Sementara, Vinicius mengaku begitu bahagia bisa meraih gelar Pemain Terbaik FIFA, karena menjadi salah satu puncak kariernya sebagai pemain. Bagi Vinicius, memenangkan gelar Pemain Terbaik FIFA sama sekali tidak terpikirkan lantaran dulu hidup dalam garis kemiskinan.
"Saya cuma bocah yang main tanpa sepatu di jalanan Sao Goncalo, miskin dan dekat dengan kejahatan. Bisa di sini, adalah hal yang penting buat saya. Berharap banyak anak kecil yang bermimpi bisa sampai di sini. Terima kasih kepada seluruh orang yang sudah memberikan suaranya kepada saya," ujar Vinicius.