Menelisik Performa Gemilang Matheus Cunha di Premier League 2024/2025

Wolverhampton Wanderers berhasil meraih poin penuh kala menjamu Leicester City dengan skor 3-0 pada pekan ke-34 English Premier League (EPL) 2024/2025 pada Sabtu (26/4/2025) lalu. Laga ini menjadi catatan impresif bagi Wolves yang telah mengantongi enam kemenangan berturut-turut di liga. Matheus Cunha tampil menonjol sebagai inti permainan Wolves dengan sumbangan 1 gol dan 2 assist.
Di bawah arahan Pelatih Vitor Pereira, Cunha tak hanya berperan sebagai pencetak gol penting, tetapi juga sebagai motor serangan utama tim. Meski sempat dihantui cedera dan skorsing, kontribusi pemain asal Brasil ini tidak tergantikan dalam banyak pertandingan penting. Ia menjelma sebagai pemain kunci dengan kemampuan menggiring bola, menciptakan peluang, serta mencetak gol dari berbagai situasi.
1. Statistik Matheus Cunha jadi bukti kontribusi vital dalam serangan Wolves
Statistik membuktikan, Matheus Cunha merupakan elemen fundamental dalam lini serang Wolves. Selama musim 2024/2025, ia mencatatkan 17 gol dan 6 assist di semua kompetisi, menjadikannya top skor sementara klub dengan selisih kontribusi signifikan dari pemain lainnya. Bahkan dalam 2 musim terakhir, Cunha telah mencatat 39 kontribusi gol nonpenalti dari 60 pertandingan liga, dua kali lipat dibanding pemain Wolves lain seperti Hwang Hee-chan.
Persentase keterlibatannya dalam gol tim juga menunjukkan dominasi yang luar biasa. Dilansir Opta Analyst, Cunha mencetak 29,2 persen dari total gol Wolves dan terlibat langsung dalam 37,5 persen dari semua gol mereka di Premier League. Angka-angka ini menempatkan namanya dalam sepuluh besar pemain Premier League untuk kategori kontribusi gol tim, sejajar dengan nama-nama besar seperti Mohamed Salah dan Cole Palmer.
Terlebih lagi saat Wolves kesulitan mencetak gol, Cunha tetap mampu tampil efektif. Ia telah menyumbang gol penyeimbang lebih banyak dibandingkan pemain lain di liga musim ini, dengan total 1 gol dan 5 assist dalam situasi kritis tersebut. Kontribusinya bukan sekadar statistik kosong, melainkan solusi nyata dalam situasi-situasi sulit yang dihadapi tim sepanjang musim.
2. Matheus Cunha jadi kreator serangan Wolves dengan kemampuan dribbling-nya
Meskipun secara teknis bukan seorang penyerang murni, Matheus Cunha menempati posisi vital dalam sistem taktik Wolves. Di bawah arahan Gary O'Neil dan kemudian Vitor Pereira, Cunha menemukan peran ideal sebagai gelandang serang kiri dalam formasi 3-4-2-1. Pergeseran posisi ini terbukti meningkatkan efektivitas serangannya secara signifikan, terutama sejak jeda internasional Oktober 2024.
Selain mahir menciptakan peluang, Cunha juga menjadi penghubung penting antar lini dalam fase transisi serangan. Ia kerap menginisiasi serangan dari sisi kiri tengah lapangan, lalu menggiring bola ke area berbahaya untuk membuka ruang atau melepas umpan matang. Peran ini membuatnya lebih bebas berkreasi dan menghindari penjagaan ketat di kotak penalti.
Keunggulan lain dari posisinya ini adalah kemampuannya dalam membawa bola secara progresif. Ia mencatat 55 dribel progresif sepanjang musim, menjadikannya pemain Wolves dengan jarak giring bola terjauh ke depan. Dalam beberapa pertandingan, Cunha bahkan menjadi pengumpan utama dalam fase build-up dari lini tengah ke lini depan.
3. Matheus Cunha punya catatan mengesankan dalam mengeksekusi peluang menjadi gol
Kualitas penyelesaian akhir Cunha menjadi salah satu alasan mengapa ia dipandang sebagai salah satu penyerang paling efisien di Premier League. Musim ini, ia telah mencetak 14 gol dari hanya 7,3 expected goals (xG), menunjukkan keunggulan luar biasa dalam memanfaatkan peluang sulit. Overperforming terhadap xG sebesar +6,7 menunjukkan kemampuannya mengkonversi peluang sulit menjadi gol.
Rata-rata tembakan Cunha per 90 menit juga mencengangkan, yaitu 3,23 tembakan. Angka ini lebih tinggi dibandingkan beberapa striker murni seperti Dominic Solanke dari Tottenham Hotspur dan Ollie Watkins dari Aston Villa. Lebih dari itu, 3 dari golnya musim ini berasal dari luar kotak penalti, menjadikannya pemain dengan gol jarak jauh terbanyak di Premier League saat ini. Artinya, ia mampu mencetak gol dari berbagai situasi, bukan hanya peluang di dalam kotak 16.
Tak hanya sebagai finisher, Cunha juga memainkan peran sebagai playmaker sekunder. Ia telah mencatat sejumlah assist penting lewat dribel dan umpan terobosan yang presisi, seperti kala melawan Leicester City pada pekan ke-34 yang lahir dari penetrasi tajamnya. Produktivitasnya tidak bergantung pada penalti, melainkan murni hasil kreasi dari permainan terbuka.
4. Matheus Cunha menghadapi ujian loyalitas dan kestabilan tim dengan isu transfer yang beredar
Meskipun kontribusinya krusial, muncul tanda tanya soal ketergantungan Wolves terhadap Matheus Cunha. Saat ia menjalani hukuman larangan tampil empat pertandingan saat melawan AFC Bournemouth pada babak kelimat Piala FA 2024/2025, Wolves justru mencatat tiga kemenangan dan satu hasil imbang. Catatan ini menunjukkan jika tim mulai mampu beradaptasi tanpa kehadiran sang bintang di lapangan.
Kendati begitu, tidak bisa dipungkiri Cunha tetap menjadi figur sentral dalam ruang ganti dan strategi tim. Ia dikenal sebagai pemain dengan pengaruh besar secara emosional dan sosial di tim. Namun, dua insiden kontroversial, termasuk kartu merah dan denda setelah menyerang staf Ipswich Town, mencoreng reputasinya dan memicu frustrasi di jajaran manajemen klub.
Situasi ini semakin rumit dengan kabar kontrak baru Cunha memuat klausul rilis senilai 75 juta euro atau setara Rp1,4 triliun. Beberapa klub seperti Manchester United mulai menunjukkan ketertarikan, menandakan kemungkinan hengkangnya sang pemain dalam waktu dekat. Di sisi lain, Pelatih Pereira sendiri dikabarkan ingin membangun tim yang lebih kolektif dan tidak terlalu bergantung pada satu pemain.
Performa Matheus Cunha sejauh ini membuktikan ia merupakan pemain berkualitas yang mampu mengangkat performa tim. Namun, keberhasilan Wolves dalam beberapa laga tanpanya membuka ruang diskusi tentang masa depannya di klub. Dengan catatan kontribusi dan dinamika internal yang ada, masa depan Wolves tampaknya akan ditentukan oleh kemampuan mereka beradaptasi, baik dengan maupun tanpa kehadiran Cunha.