Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengapa Banyak Klub Sepak Bola Jerman yang Pro Israel?

pemain Borussia Dortmund (instagram.com/bvb09)
Intinya sih...
  • Klub-klub sepak bola Jerman selalu mendukung Israel, sesuai dengan politik negara dan istilah Staatsräson yang diperkenalkan oleh Angela Merkel pada 2008.
  • Hubungan Jerman-Israel erat karena beban moral holocaust era Nazi, di mana klub sepak bola Jerman merayakan ulang tahun korban Yahudi sebagai penghormatan.
  • Klub sepak bola Jerman menunjukkan solidaritas kepada Israel dalam konteks Israel-Palestina, tetapi minim aktivisme untuk Palestina, menunjukkan standar ganda.

Ketika Rusia melancarkan agresi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022, klub-klub sepak bola Eropa serentak menentang dan mendesak FIFA segera mengambil langkah untuk memboikot entitas sepak bola Rusia. Namun, ini tak terjadi saat agresi besar-besaran Israel ke Palestina dilakukan usai serangan 7 Oktober 2023 ke wilayah Israel dilakukan Hamas.

Berdalih membela diri, agresi Israel yang kini skalanya punya kemungkinan akan naik status jadi genosida berdasar pernyataan International Court of Justice (ICJ) itu belum juga menggerakkan entitas sepak bola Jerman untuk bersimpati pada para korban jiwa di Gaza, Palestina. Apa yang membuat beberapa klub sepak bola Jerman konsisten dan terang-terangan mendukung Israel dan ideologi zionisme (keyakinan bahwa Israel punya hak jadi negara Yahudi berdaulat)?

1. Sesuai dengan political stance Jerman sebagai negara

suporter FC Schalke 04 (instagram.com/s04)

Keputusan banyak klub-klub sepak bola Jerman berada di pihak Israel sebenarnya tidak terlalu mengejutkan. Ini sesuai dengan political stance Jerman sebagai negara. Perwakilan negara Jerman dalam berbagai kesempatan menggunakan istilah Staatsräson (reason of state atau bisa diterjemahkan motif/justifikasi dari sebuah keputusan politik) untuk menjelaskan posisi politik mereka terkait situasi di Gaza. Merujuk tulisan Antje Wiener berjudul 'Staatsräson: Empty Signifier or Meaningful Norm?' dalam Social Science Research Network (SSRN), istilah itu diperkenalkan pertama kali oleh Angela Merkel pada Knesset (pertemuan parlemen Israel) 2008. 

Dalam pidatonya, Merkel berkata, "Tanggung jawab historis Jerman adalah bagian dari Staatsräson negara saya. Ini berarti, menurut saya sebagai Kanselir Jerman, keamanan Israel adalah hal yang tidak bisa didebat. Dan dalam kasus ini, ini bukan omong kosong pada waktunya." Sejak saat itu, terma Staatsräson menimbulkan pergolakan di parlemen Jerman. Ada yang menganggapnya sebagai sebuah komitmen yang tak main-main dan bisa berimplikasi pada pengiriman bantuan militer dan personel tentara Jerman untuk membantu Israel.

Belasan tahun kemudian, konsep itu disebut kembali oleh kanselir Jerman saat ini, Olaf Scholz. Saat Israel merespon serangan 7 Oktober 2023, Scholz menyatakan dukungannya dan mengatakan bahwa keamanan Israel adalah Staatsräson Jerman. Hubungan Jerman dan Israel memang erat sejak berakhirnya Perang Dunia II. Ada beban moral yang diemban Jerman karena tragedi holocaust era Nazi.

2. Afiliasi kuat dengan komunitas Yahudi dan risiko dituding anti-Semit

pemain FSV Mainz 05 (instagram.com/1fsvmainz05)

Sebelum Perang Dunia II, komunitas Yahudi adalah bagian integral dari masyarakat Jerman yang turut aktif dalam ranah sepak bola. Coba tilik klub bernama FSV Mainz 05. Salah satu pendirinya adalah Eugen Salomon, seorang Yahudi yang ditangkap dan terbunuh di kamp konsentrasi Auschwitz pada 1942. Sampai sekarang, klub selalu merayakan ulang tahun Salomon sebagai penghormatan.

Sama halnya dengan FC Schalke yang juga erat dengan komunitas Yahudi di Gelsenkirchen, Jerman. Mereka cukup sering mengadakan acara memorial untuk orang-orang Yahudi Gelsenkirchen yang dikirim ke kamp konsentrasi era Nazi. Hal serupa juga dilakukan FC Koln yang secara historis jadi rumah untuk komunitas Yahudi terbesar di Jerman.

Salomon dan para korban holocaust di Gelsenkirchen dan Koln memang tak hidup untuk menyaksikan terciptanya ideologi zionisme. Namun, nasib tragis mereka sebagai korban holocaust membuat klub-klub itu secara naluriah memilih untuk bersimpati pada orang-orang Yahudi di Israel dalam konteks Israel-Palestina. Pandangan ini tentu lebih aman ketimbang mengambil risiko dituding anti-Semit. 

3. Hubungan erat entitas zionis dalam sepak bola Jerman

pemain Borussia Dortmund (instagram.com/bvb09)

Cek pula kedekatan komunitas fans sepak bola Jerman dengan suporter sepak bola Israel. Werder Bremen punya relasi kuat dengan suporter klub Israel, Hapoel Jerusalem. Itu mengapa saat salah satu dari fans Hapoel terkonfirmasi jadi korban penyanderaan Hamas pada 7 Oktober 2023, suporter Werder Bremen membentangkan spanduk solidaritas. Begitu pula dengan FC St. Pauli yang punya hubungan erat dengan Hapoel Tel Aviv (HTA). Tak heran bila pada tanggal yang sama, mereka mengutuk Hamas dan mengunggah pesan solidaritas untuk fans HTA yang jadi korban.

Borrussia Dortmund memantik kontroversi setelah resmi terafiliasi dengan Rheinmetall lewat program sponsorship. Bukan hanya status mereka sebagai produsen senjata, Rheinmetall menyertakan Abrahams Accords Institute dalam salah satu entitas yang menikmati program Corporate Social Responsibility (CSR) mereka. Abrahams Accords Institute adalah sebuah organisasi nonprofit yang bertujuan menjamin hak Israel untuk tetap berdiri sebagai negara berdaulat dengan cara memastikan hubungan mereka dengan negara-negara Arab di sekitarnya kondusif.

Menariknya, Middle East Monitor menemukan bahwa beberapa klub yang disebut tadi mengunggah pesan solidaritas untuk Israel dengan nada yang amat mirip. Seolah-olah mereka sedang meneruskan siaran pers resmi yang dibagikan oleh satu pihak dalam waktu bersamaan. Memang belum ada bukti kuat untuk mendukung argumen ini. Tapi, ini bisa menjadi catatan penting terkait latar yang memengaruhi posisi politik klub Jerman tersebut dalam kubangan konflik Israel-Palestina.  

4. Standar ganda jika dibandingkan respons mereka terhadap agresi Rusia ke Ukraina

pemain FC St. Pauli (instagram.com/fcstpauli)

Bahkan, FC St. Pauli yang beraliran kiri progresif, sampai sekarang tak bisa menyatakan sikap tegas mereka selain menyatakan solidaritas pada korban Hamas asal Israel. Akun resmi mereka sempat membuat unggahan penggalangan dana untuk korban agresi Israel di Gaza, Palestina. Beberapa suporter juga tampak membentangkan bendera Palestina pada sebuah pertandingan. Namun, ini bisa dibilang aktivisme yang cukup minim dan tampak masih enggan. Bandingkan dengan suporter Celtic FC dan Paris Saint-Germain yang berani membentangkan spanduk 'Free Palestine' pada pertandingan UEFA Champions League. 

Kompaknya klub Jerman memihak Israel sebenarnya bisa dikategorikan sebuah standar ganda. Ini mengingat respons mereka atas agresi Rusia ke Ukraina cukup jelas dan tegas. Slogan-slogan antiperang dan gerakan boikot Rusia mereka tebarkan di stadion saat itu, tetapi tidak untuk konteks Israel.  

Ada satu poin yang bisa jadi dalih standar ganda tersebut. Yakni, fakta bahwa Israel bisa menggunakan peristiwa 7 Oktober sebagai justifikasi atas agresi militer mereka ke Gaza. Ini berbeda dengan Rusia yang tak punya alasan nyata untuk melakukan agresi selain merasa terancam dengan ide dan indikasi merapatnya Ukraina ke NATO. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Ayu Silawati
EditorDwi Ayu Silawati
Follow Us