Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengapa Vitinha Gagal Bersinar di Wolverhampton Wanderers?

ilustrasi pemain sepak bola (unsplash.com/nigelm23)

Vitinha berhasil mengangkat trofi Liga Champions Eropa (UCL) pada 31 Mei 2025. Gelandang asal Portugal itu melakukannya setelah membantu Paris Saint-Germain membantai Inter Milan dengan skor 5-0 di Fussball Arena, Jerman. Pemain setinggi 1,72 ini tampil penuh dan menyumbang satu assist.

Padahal, 4 tahun sebelumnya, Vitinha cuma duduk termenung di bangku cadangan Molineux Stadium. Ia menyaksikan Wolverhampton Wanderers dibungkam Manchester United dengan skor 1-2 pada pekan terakhir English Premier League (EPL) 2020/2021. Sang pelatih, Nuno Espirito Santo, sama sekali tidak meliriknya.

Pada musim itu, Vitinha memang membela Wolves sebagai pemain pinjaman dari FC Porto. Ia gagal total. Salah satu tolak ukurnya terlihat dari keputusan Wolves yang tidak merekrutnya secara permanen. Namun, kini, pemain yang lahir pada 13 Februari 2000 tersebut bersinar terang. Lantas, mengapa ia begitu redup saat berseragam Wolves?

1. Vitinha cuma bermain 22 kali bersama Wolverhampton Wanderers

"Wolves merekrut gelandang yang dinilai begitu tinggi". Kalimat tersebut merupakan judul yang dipakai Wolverhampton Wanderers ketika mengumumkan kedatangan Vitinha pada 9 September 2020. Mereka memboyongnya secara pinjaman dari FC Porto dengan opsi pembelian permanen.

Lima hari berselang, Vitinha mencatatkan debutnya di kancah sepak bola Inggris. Menggunakan nomor punggung 20, ia masuk pada menit 86 untuk menggantikan Joao Moutinho. Meski hanya tampil selama 4 menit, Vitinha setidaknya sukses membantu Wolves menaklukkan Sheffield United dengan skor 2-0 pada partai pembuka EPL.

Sayangnya, hingga musim selesai, Vitinha cuma tampil 22 kali di semua kompetisi dan tidak pernah secara penuh. Selain itu, dari jumlah tersebut, hanya delapan saja yang dilalui sebagai starter. Namun, setidaknya, ia mengoleksi satu gol yang membuat Wolves menang atas Chorley di Piala FA (22/1/2021) dan satu assist yang menjungkalkan Chelsea di EPL (15/12/2020).

2. Vitinha kalah bersaing dengan Joao Moutinho

Kegagalan Vitinha di Wolverhampton Wanderers disebabkan faktor yang sederhana. Vitinha kalah bersaing dengan Joao Moutinho. Hal ini diakui sendiri oleh Nuno Espirito Santo. Pelatih yang juga berasal dari Portugal tersebut menegaskan, ia tidak kuasa untuk menggantikan Moutinho. Pasalnya, pemain senior itu sudah membangun duet yang padu bersama Ruben Neves.

Namun, Fernando Marcal memiliki pendapat lain. Bek tengah yang saat itu juga membela Wolves tersebut menilai, Santo kurang suka dengan gaya bermain Vitinha yang terlalu banyak menyentuh bola. Ia ingin seorang gelandang yang lebih simpel. Uniknya, cara ini kini justru menjadi ciri khas dari Vitinha dan mengantarkannya ke puncak kesuksesan. Kekuatannya dalam menguasai si kulit bundar membantu Paris Saint-Germain bermain lebih cair dan cepat.

Meski begitu, faktor tersebut bukan berarti telah terjadi konflik antara Vitinha dengan Santo. Hal ini ditegaskan kapten Wolves saat itu, Conor Coady. Bek yang membela Leicester City pada 2024/2025 ini menyatakan, Vitinha tidak pernah mengalami masalah personal dengan siapa pun selama membela Wolves. Kegagalannya murni disebabkan kalah bersaing. Padahal, Coady mengaku sangat terkesan dengan kualitas Vitinha. Oleh karena itu, ia pun tidak heran dengan penampilan menawan Vitinha pada masa sekarang.

3. Vitinha akhirnya menjadi bintang di Paris Saint-Germain

Setelah 2020/2021 selesai, Wolverhampton Wanderers pun langung memulangkan Vitinha kepada FC Porto. Mereka tidak merekrutnya secara permanen karena sang pemain yang gagal memenuhi syarat. Saat itu, Wolves hanya harus membelinya jika Vitinha dimainkan minimal 20 kali sebagai starter. Andai itu terjadi, maka Wolves bisa mendapatkannya dengan harga sekitar 17 juta poundsterling (Rp375 miliar) saja.

Jumlah tersebut sangat jauh lebih murah dibanding ketika Paris Saint-Germain memboyongnya dengan uang mencapai 41,5 juta euro (Rp721 miliar) pada awal 2022/2023. Namun, dengan performanya kini, PSG jelas tidak akan merasa rugi sama sekali. Sampai akhir 2024/2025, pemain yang memakai nomor punggung 17 itu sudah tampil 146 kali dan mencetak 18 gol serta 12 assist. Teranyar, Vitinha membantu mereka meraih trofi Liga Champions pertama mereka.

Seperti ketika diperkenalkan, kegagalan Vitinha di Wolves juga bisa dirangkum dengan kalimat yang sederhana. Ia berada di tempat dan pada waktu yang tidak tepat. Namun, babak tersebut tetaplah bernilai. Sebabnya, tanpanya, Vitinha mungkin tidak akan berlabuh di Paris Saint-Germain dan menjadi juara Liga Champions.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us