Mengenal Kylian Mbappe, Pemuda 19 Tahun yang Hidup di Zona Kriminal

Saat mencetak satu-satunya gol dalam kemenangan Prancis atas Peru pada hari Kamis (21/6/2018) lalu, Kylian Mbappe kembali menunjukkan selebrasi khasnya di hadapan 50 ribu orang yang memadati Arena Ekaterinburg. Selebrasi melipat tangan ini sebenarnya terinspirasi dari adik kandungnya, Ethan Mbappe.
"Dia (Ethan) selalu melakukan hal tersebut ketika berhasil mempermalukanku saat bermain game FIFA di PlayStation," ujarnya. Ya, Mbappe memang sama seperti remaja pada umumnya. Namun di usia yang amat belia, 19 tahun, dia kini menjadi nama terpenting dalam skuat asuhan Didier Deschamps.
1. Kegilaan Kylian Mbappe kepada sepak bola rupanya turun dari sang ayah, Wilfred Mbappe

Seperti kata pepatah, sebuah perjalanan diawali dari satu langkah. Dan langkah mungil pertama Mbappe adalah saat lahir dari pasangan Wilfred Mbappe (Ayah, Kamerun) dan Fayza Lamari (ibu, Aljazair) pada 20 Desmber 1998.
Orangtuanya boleh saja berbeda tempat asal dan kultur. Namun ada satu hal identik yang diwariskan dalam darah Mbappe junior, yakni kecintaan terhadap olahraga. Sang ayah adalah seorang pelatih sepak bola, sementara ibunya pernah menjadi atlet bola tangan semasa muda.
Kegemaran Mbappe terhadap sepakbola sendiri sudah terlihat sejak masih balita. Dalam buku "The 2nd Prince of Monaco", masih jelas di ingatan Wilfred Mbappe tentang kegilaan anak sulungnya itu terhadap si kulit bundar. Kylian kecil bahkan disebutnya bisa menonton lima pertandingan sepakbola berturut-turut tanpa merasa bosan.
2. Kylian kecil langsung terjun sebagai pemain sejak masih kecil

Sudah hal lumrah jika seorang pemain besar tumbuh dari lingkungan yang tidak ramah untuk tumbuh kembang anak. Mbappe pun alami hal serupa. Daerah pinggir kota Paris tempatnya menghabiskan tahun-tahun pertama hidup memang dikenal sebagai zona rawan tindak kriminalitas dan perkelahian antar geng.
Sepak bola pun menjadi "pelarian" yang tepat, sebuah pilihan masuk akal yang bisa disodorkan oleh sang orangtua. Klub yang dilatih ayahnya, AS Bondy, jadi tempat pertama mengasah bakat sebagai winger kiri. Setiap jam sekolah usai, Kylian langsung menuju tempat latihan.
Hal itu sengaja dilakukan demi menjauhkannya dari pengaruh buruk lingkungan.
Dari hari ke hari kemampuannya meningkat pesat, namun tak diiringi dengan kualitas latihan yang diterima. Alhasil Mbappe Senior mengirim sang anak ke daerah Clairefontaine-en-Yvesline sebagai tempat barunya menimba ilmu bersama akademi sepakbola nasional Prancis.
3. Di usia 16 tahun, Kylian sudah melakoni debut profesionalnya bersama AS Monaco

Di pedesaan nan asri itu, Kylian mulai menjadi pusat perhatian berkat gocekan bola yang terhitung luar biasa untuk seorang anak berumur 10 tahun. Klub-klub asal Prancis dan Spanyol silih berganti datang membujuknya untuk pindah bersama mereka.
Di usia 11 tahun, dia bahkan sempat menjajal trial di Inggris bersama Chelsea. Namun pada akhirnya, pilihan jatuh ke AS Monaco.
Les Rouges et Blancs sendiri memang dikenal kerap menelurkan pemain muda berbakat. Emmanuel Petit, Thierry Henry serta Dennis Appiah jadi sedikit dari segelintir nama jebolan akademi Monaco. Terlebih klub kebanggaan negara mungil di tenggara Prancis tersebut memang acapkali menyisakan satu tempat di tim utama untuk pemain muda potensial.
Leonardo Jardim, sang manajer, melihat Kylian sebagai aset berharga Monaco. Alhasil juru taktik asal Portugal tersebut memberinya kesempatan debut di tim senior di akhir 2015 pada usia 16 tahun 347 tahun. Kylian pun mematahkan rekor Henry yang sudah bertahan selama 21 tahun lamanya.
4. Di musim kedua berseragam Monaco, Mbappe langsung menjadi bagian terpenting dari tim

Seiring waktu, Kylian mulai dianggap sebagai titisan Henry. Hal tersebut cukup beralasan mengingat satu persatu pencapaian mantan striker Arsenal itu berhasil dia lampaui. Yakni saat menjadi pencetak gol termuda Monaco di usia 17 tahun 62 hari, kurang dari dua bulan setelah jalani laga profesional perdananya.
Monaco bergerak cepat dengan memberinya kontrak berdurasi lima tahun pada Maret 2016. Ligue 1 musim 2016-17 menjadi ajang untuk unjuk kebolehan. Gol demi gol tercipta dari kakinya, rekor demi rekor berdatangan. Satu di antaranya adalah pencapaian sebagai pemain termuda yang mencetak hattrick di kasta tertinggi sepakbola Prancis yakni di usia 18 tahun 2 bulan.
Total Kylian berhasil mencetak 26 gol dari 44 kali penampilan dalam semua ajang pada musim itu, termasuk di Liga Champions. Selain mengantar Monaco meraih juara Ligue 1 pertama sejak tahun 2000, penampilan gemilang membuat semua orang sepakat bahwa dirinya menjelma sebagai komoditas terpanas sepak bola Prancis saat ini.
4. Di musim kemarin, Mbappe memulai petualangan baru bersama Paris Saint-Germain

Pada musim 2017-18 kemarin, Kylian kembali ke kota kelahirannya untuk memperkuat Paris Saint-Germain, rival sengit Monaco, dengan status pinjaman. Bersama Les Parisien, koleksi medali di lemarinya makin banyak berkat raihan treble winner (Ligue 1, Coupe de France, Coupe de la Ligue). Dan yang perlu dicamkan, semua ini diraih di usia 19 tahun.
Kini sinaran Kylian mulai merambah ajang Piala Dunia. Golnya ke gawang Peru menahbiskannya sebagai pencetak gol termuda Prancis di sepanjang sejarah penyelenggaraan gelaran akbar empat tahunan tersebut.
Ya, harus diakui bahwa dia memang melesat bagai roket. Kesuksesan diraih dalam tempo amat singkat, hanya tiga tahun. Namun perjalanan sosok yang mengidolai Cristiano Ronaldo itu masih terbentang panjang, rekor demi rekor yang disebutkan tadi hanyalah awal dari ratusan ribu langkah yang sudah menunggu.
Melihat prospeknya, trofi-trofi lain tampaknya hanya menunggu waktu untuk digenggam. Liga Champions? Sudah pasti. Namun ada satu piala yang berdiri tepat di hadapan wajahnya sekarang: supremasi tertinggi bernama Piala Dunia.