6 Musim saat Manchester United Gagal Tembus 4 Besar Premier League

- Manchester United berada di posisi terendah sepanjang sejarah mereka di klasemen English Premier League (EPL) 2024/2025, hanya di peringkat kedelapan.
- Musim 2013/2014 merupakan musim terburuk pertama MU tanpa Alex Ferguson, dengan David Moyes hanya mampu membawa tim ke peringkat ketujuh.
- Pelatih-pelatih seperti Louis van Gaal dan Jose Mourinho juga gagal membawa MU bangkit, sehingga membuat klub merasakan periode yang cukup buruk.
Manchester United tengah berada dalam fase terburuk sepanjang sejarah mereka. Penilaian tersebut keluar dari mulut sang pelatih, Ruben Amorim. Di klasemen English Premier League (EPL) 2024/2025 hingga pekan ke-17, Setan Merah hanya bertengger di posisi kedelapan.
Jika situasi tersebut bertahan hingga akhir musim, maka pernyataan Amorim di atas valid. Sejak era baru Liga Inggris pada 1992, ini memang menjadi posisi terendah MU. Namun, EPL musim ini masih panjang. Amorim dan MU punya banyak kesempatan untuk memperbaiki peringkat.
Sebelum 2024/2025, ada enam musim yang bisa disebut sebagai musim terburuk Manchester United di EPL. Pasalnya, pada musim-musim tersebut, mereka bahkan gagal untuk sekadar menembus empat besar. Padahal, MU merupakan langganan juara. Lalu, mana saja musim yang dimaksud?
1. MU berakhir di posisi ketujuh pada musim perdana setelah era Alex Ferguson (2013/2014)
Musim 2013/2014 merupakan musim perdana Manchester United tanpa Alex Ferguson di kursi pelatih. Legenda asal Skotlandia yang menukangi mereka mulai pada 1986 itu pensiun pada akhir musim sebelumnya (2012/2013). Demi memastikan tim tetap stabil, Ferguson pun memilih pengganti versinya sendiri. Dia adalah David Moyes.
Sayangnya, pelatih yang juga berasal dari Skotlandia itu gagal membawa MU melewati masa transisi dengan mulus. Mereka berakhir di posisi ketujuh dengan 64 poin. Dari 38 pertandingan, Moyes cuma mampu mempersembahkan 19 kemenangan. Sisanya, MU imbang 7 kali dan kalah 12 kali.
Moyes bertahan selama 10 bulan sebagai pelatih MU. Ia dipecat pada 22 April 2014 ketika musim menyisakan empat pertandingan. Manajemen kemudian menunjuk Ryan Giggs sebagai pelatih interim untuk menemani tim hingga akhir musim.
2. Berakhir di posisi kelima karena kalah selisih gol dari Manchester City pada 2015/2016
Manchester United memilih Louis van Gaal untuk menggantikan David Moyes sebagai pelatih permanen. Juru taktik asal Belanda itu mulai bekerja sejak awal musim 2014/2015. Untuk musim perdananya, Gaal sukses membawa MU kembali ke empat besar. Mereka berakhir di peringkat keempat dengan 70 poin.
Namun, pada musim keduanya (2015/2016), ia gagal mencapai target tersebut. MU hanya berakhir di peringkat kelima. Ironisnya, mereka kalah dari sang rival, Manchester City, akibat selisih gol saja.
Keduanya mengakhiri musim dengan 66 poin. Namun, Manchester City memilih selisih gol 30 (mencetak 71 gol, kebobolan 40 gol). Sementara MU hanya 14 (mencetak 49 gol, kebobolan 35 gol). Manajemen pun memecat Louis van Gaal setelah musim selesai.
3. Turun ke posisi keenam bersama Jose Mourinho pada 2016/2017
Untuk menggantikan Louis van Gaal, manajemen Manchester United memilih pelatih yang sudah berpengalaman di EPL. Dia adalah Jose Mourinho yang pernah juara tiga kali bersama Chelsea (2004/2005, 2005/2006, 2014/2015). Sayangnya, pria asal Portugal tersebut juga gagal membawa MU bangkit.
Pada musim pertama bersama Mourinho (2016/2017), pencapaian MU bahkan menurun. Mereka hanya berakhir di posisi keenam dengan 69 poin. Meski begitu, manajemen tetap mempertahankan pelatih berjuluk The Special One itu.
4. Kembali ke posisi enam pada 2018/2019
Keputusan manajemen Manchester United untuk mempertahankan Jose Mourinho terbukti tepat. Pada musim keduanya (2017/2018), mereka mampu menjadi runner-up dengan 81 poin. Pencapaian ini sudah cukup membanggakan mengingat Manchester City yang begitu perkasa pada musim tersebut. Mereka menjadi juara sekaligus memecahkan rekor sebagai tim pertama yang mampu meraih seratus poin di EPL.
Sayangnya, pada musim berikutnya (2018/2019), prestasi MU menurun tajam ke posisi keenam. MU hanya bisa meraih 66 poin. Mourinho pun dipecat pada pertengahan musim dan digantikan oleh Ole Gunnar Solskjaer.
5. Tiga pelatih hanya bisa membawa Manchester United berakhir di posisi keenam pada 2021/2022
Setelah 2018/2019, Manchester United yang masih dilatih oleh Solskjaer sempat merasakan periode yang cukup stabil. Selama 2 musim, mereka ikut meramaikan persaingan gelar juara. Pada 2019/2020, mereka berakhir di posisi ketiga (66 poin) dan pada 2020/2021 naik ke posisi kedua (74 poin).
Namun, turbulensi kembali terjadi pada musim berikutnya (2021/2022). Solskjaer dipecat setelah 12 pertandingan. Michael Carrick menjadi pelatih interim selama tiga laga. Kemudian, Ralf Rangnick ditunjuk sebagai pelatih hingga akhir musim. Hasil kerja ketiganya hanya mampu membawa MU finis di posisi keenam dengan 58 poin.
6. Posisi kedelapan pada 2023/2024 jadi musim terburuk Manchester United
Sebelum musim ini dimulai, Manchester United baru saja menuntaskan musim terburuknya di EPL. Pada 2023/2024, mereka hanya berakhir di posisi kedelapan dengan 60 poin. Hasil ini sempat membuat Erik ten Hag mendapat ancaman pemecatan.
Namun, manajemen akhirnya mempertahankannya karena pelatih asal Belanda itu sukses mempersembahkan trofi Piala FA. Keputusan tersebut tidak bertahan lama. Manajemen menendangnya pada 28 Oktober 2024 lalu.
Sebelum era Premier League, Manchester United yang terbentuk pada 1878 sebetulnya pernah melewati musim yang jauh lebih buruk. Bukan hanya gagal menembus empat besar, mereka bahkan pernah terdegradasi. MU merasakan turun kasta sebanyak lima kali pada 1893/1894, 1921/1922, 1930/1931, 1936/1937, dan 1973/1974.