7 Produk Teknologi Overhyped yang Berakhir Gagal

- PSP Go oleh Sony, konsol handheld tanpa slot UMD, dihentikan produksi karena harga tinggi dan kritik pemain.
- Google Glass, kacamata augmented reality Google dengan privasi dan gangguan pengguna sebagai masalah utama.
- Dreamcast oleh Sega, HP Windows 7 oleh Microsoft, Wii U oleh Nintendo, Fire Phone oleh Amazon, dan Humane AI Pin juga gagal di pasaran.
Beberapa perusahaan teknologi terkadang terlalu ambisius hingga di titik di mana mereka merilis produk setengah matang yang mengecewakan banyak orang. Di awal, mungkin banyak orang yang menaruh harapan besar terhadap produk tersebut karena digarap oleh perusahaan teknologi ternama atau membawa hal baru yang belum pernah terlihat di industri pada kala itu. Namun pada akhirnya ketika dirilis ke pasaran, produk-produk tersebut malah flop atau gagal untuk berbagai alasan. Berikut 7 produk teknologi overhyped yang layak untuk gagal.
1.Sony PSP Go
Sony merilis PSP Go di 2009 sebagai versi lebih kecil dan ringan dari PSP yang sukses besar. Desain konsol ini cukup unik dengan layar 3,8 inci yang bisa digeser untuk menampilkan gamepad di bagian bawah. Sayangnya, keputusan Sony untuk menghilangkan slot UMD membuat konsol ini jadi tidak bisa memainkan game PSP versi fisik. Dengan harga US$250 alias hampir setara dengan PS3 yang hanya sedikit lebih mahal, banyak pemain yang merasa jika PSP Go punya harga yang terlalu tinggi. Akibatnya, penjualan konsol ini jadi mengecewakan dan produksinya dihentikan pada 2011.
2.Google Glass

Google Glass merupakan proyek ambisius dari Google di mana mereka mencoba menghadirkan kacamata augmented reality ke pasar mainstream. Diluncurkan pada 2013 di harga US$1,500, perangkat ini punya desain unik dengan touchpad di salah satu sisi frame-nya, kamera 5MP, dan layar berukuran 640 x 360 piksel. Ditenagai oleh chipset OMAP 4430, RAM 2GB, dan penyimpanan 12GB, Google Glass menjalankan OS bernama Glass OS. Meski inovatif, perangkat ini menuai kritik karena kekhawatiran perihal privasi akibat kamera bawaan yang dimilikinya, serta potensi gangguan ketika digunakan dalam aktivitas sehari-hari seperti menyetir.
3.Sega Dreamcast

Dulu, Sega dianggap setara dengan Nintendo dalam pasar konsol setelah sukses besar dengan Genesis. Namun, reputasinya menurun drastis ketika PlayStation buatan Sony mengalahkan Saturn. Sega mencoba bangkit lewat Dreamcast pada 1999 dengan 18 game launch title, namun sayangnya satu tahun setelahnya, PlayStation 2 dirilis dan hadir dengan kualitas visual game yang lebih baik, DVD player dan kemampuan untuk memainkan game PS1. Akhirnya, Sega menghentikan produksi Dreamcast pada 2001 dan keluar dari bisnis konsol. Saat ini, Sega sudah tidak lagi membuat konsol namun tetap aktif mengembangkan game.
4.Windows Phone

2010 menjadi tahun di mana Microsoft mencoba bersaing dengan Android dan Apple di pasar HP dengan merilis Windows Phone 7. OS yang diusung HP ini mencoba membawa angin segar dengan menawarkan tampilan baru berupa live tile ala Windows 8. Awalnya, OS ini tersedia di sepuluh HP dari brand seperti Dell, HTC, LG, dan Samsung, sebelum akhirnya Microsoft bekerja sama dengan Nokia untuk menjadikannya OS utama menggantikan symbian. Sayangnya pada kala itu, pasar HP sudah dikuasai oleh Android dan iPhone, sehingga sulit bagi Microsoft untuk menarik perhatian pengguna.
5.Nintendo Wii U

Nintendo gagal mengulangi kesuksesan Wii lewat Wii U yang dirilis pada 2012 karena berbagai alasan. Nama “Wii U” dan iklan yang membingungkan membuat banyak pemain mengira jika GamePad milik konsol ini adalah aksesoris tambahan untuk Wii. Padahal, GamePad merupakan nilai jual utama Wii U, meski kenyataannya terasa besar, kurang nyaman digenggam, dan baterainya cepat habis. Selain itu, performa Wii U juga tergolong biasa saja, kalah jauh dari PS4 dan Xbox One sebagai pesaing. Lalu, tidak ada game eksklusif yang benar-benar menarik di awal perilisannya, di mana kebanyakan juga tersedia di konsol lain.
6.Amazon Fire Phone

Amazon mencoba masuk ke pasar HP lewat Fire Phone yang dirilis pada 2014 silam. HP ini mengemas layar 4,7 inci, chipset Snapdragon 800, RAM 2GB dan opsi penyimpanan 32GB atau 64GB. Sistem operasi yang digunakan Fire OS, versi modifikasi dari Android yang tidak mendukung Google Play Store, sehingga pengguna harus mengunduh aplikasi secara manual. Sayangnya, Fire Phone gagal bersaing karena harganya terlalu mahal untuk HP dengan fitur yang biasa saja dan aplikasi yang terbatas. Fitur andalannya seperti Dynamic Perspective pun juga kurang menarik bagi para pengguna.
7.Humane AI Pin

Humane AI Pin pada awalnya digadang-gadang bakal menjadi perangkat wearable berbasis AI yang revolusioner. Perangkat ini ditempel di pakaian dan bisa digunakan untuk menelepon, mengirim pesan, menjawab pertanyaan, mengambil foto atau video, hingga memproyeksikan teks ke tangan penggunanya. Namun ketika diluncurkan, perangkat ini mendapat banyak kritikan karena fungsinya yang terbatas, cara penggunaan yang rumit, serta kualitas kamera yang biasa saja. Harganya yang mahal di angka US$699 dan fakta bahwa pengguna wajib berlangganan layanan Humane Plan seharga US$24 per bulan, membuat banyak orang enggan membelinya.
Demikian tadi ulasan mengenai beberapa produk teknologi overhyped yang layak berakhir gagal. Produk-produk di atas membuktikan bahwa sangat sulit untuk berinovasi tanpa adanya resiko