7 Game Bagus yang Dibenci Developer-nya Sendiri, Kok Bisa?

- Shadow of the Damned: EA campur tangan, penjualan mengecewakan, kekecewaan mendalam bagi Suda dan Mikami.
- Flappy Bird: Ditarik dari pasaran karena membuat orang kecanduan, merek dagang lepas dari kreatornya.
- Fable 2: Tim terpaksa mengebut pengembangan, game paling penuh bug yang pernah diuji Microsoft.
Pada 1979, Francis Ford Coppola merilis Apocalypse Now. Meski dianggap sebagai salah satu film terbaik yang pernah dibuat, proses produksi yang begitu traumatis meninggalkan luka mendalam bagi semua yang terlibat. Game pun juga tak jauh berbeda, di mana di balik game hebat terkadang tersembunyi penderitaan para pembuatnya. Entah karena proses pengembangan yang rumit, konflik internal maupun hasil akhir yang berbeda dari visi awal, diluar sana ada banyak game luar biasa yang malah dibenci developer-nya. Game apa saja itu? Berikut daftarnya.
1. Shadow of the Damned
Shadow of the Damned awalnya tampak menjanjikan karena merupakan proyek kolaborasi antara Goichi Suda (Suda51) dan Shinji Mikami dengan dukungan penuh dari EA. Namun, kenyataannya justru berakhir dengan campur tangan EA, penjualan yang mengecewakan dan kekecewaan mendalam bagi Suda. Mikami bahkan menuduh EA menipu Suda dengan pura-pura menyukai konsep awal sebelum memaksa banyak perubahan, sampai naskah game berubah total dari ide aslinya. Meski pengalaman itu berat dan hasil akhirnya tidak sukses secara komersial, gameplay Shadows of the Damned tetap solid, layaknya game Suda lainnya.
2. Flappy Bird
Dong Nguyen, kreator Flappy Bird, dulu sempat jadi pusat perhatian karena banyak yang menuduh game buatannya meniru Super Mario. Alhasil, meski menghasilkan keuntungan ratusan ribu dolar, Nguyen akhirnya menarik peredaran game ini dari pasaran. Lewat unggahan di X/Twitter dan wawancara bersama Forbes, ia mengaku merasa bersalah karena game yang tadinya dimaksudkan untuk bersantai malah membuat orang kecanduan. Setelah game ini dibanjiri versi tiruan sejak 2014, merek dagang Flappy Bird akhirnya lepas dari tangannya dan kini dimiliki oleh Gametech Holdings.
3. Fable 2
Peter Molyneux dikenal sebagai sosok yang cukup kontroversial di industri gaming dan ia punya pendapat yang cukup kontroversial tentang salah satu game buatannya, Fable 2. Meski game ini dianggap yang terbaik di serinya, Molyneux tetap merasa belum puas. Dalam sebuah konferensi pers di 2010, ia mengakui bahwa Fable 2 memiliki banyak “kekacauan” terutama di bagian akhir, karena timnya terpaksa mengebut pengembangannya. Alhasil, Fable 2 sempat menjadi game paling penuh bug yang pernah diuji Microsoft. Beberapa yang paling umum adalah bug yang membuat keluarga pemain bisa hilang begitu saja dan waktu loading yang sangat lama.
4. Battlefield 3
David Goldfarb selaku penulis mode campaign Battlefield 3, merasa kecewa dan terbebani secara emosional oleh pengalaman membuat game FPS ini. Meski ia sebelumnya sukses lewat Bad Company 2, Battlefield 3 justru membuatnya mendapat tekanan dari internal studio hingga merasa bersalah atas hasil akhirnya. Ironisnya, mode campaign Battlefield 3 yang dulu dikritik kini dianggap sebagai bagian ikonik dari seri Battlefield. Bagi banyak pemain, adegan seperti mengendarai tank ke Iran atau melakukan HALO Jump untuk menangkap Kaffarov tetap menjadi beberapa contoh momen sinematik terbaik di serinya.
5. Spec Ops: The Line
Proses pengembangan Spec Ops: The Line disebut brutal dan menyakitkan oleh penulis ceritanya, Walt Williams. Williams bahkan pernah berkata ia lebih rela makan pecahan kaca daripada membuat game serupa lagi. Sementara itu, Cory Davis selaku Lead Designer menyalahkan 2K karena memaksa tambahan mode multiplayer yang menurutnya hanyalah tiruan murahan dari Call of Duty dan merusak visi kreatif tim yang dipimpinnya. Seperti halnya film Apocalypse Now, game ini juga terinspirasi dari novel Heart of Darkness karya Joseph Conrad namun bedanya, pemain jadi pelaku aktif alih-alih sekadar penonton.
6. STALKER: Clear Sky
GSC Game World mungkin dikenal sebagai developer seri game horor survival berjudul STALKER, namun reputasi itu baru datang lama setelah para pengembang utamanya meninggalkan studio usai Shadow of Chernobyl. Sisa pengembang yang bertahan kemudian mengerjakan Clear Sky dan Call of Pripyat, game-game yang dianggap oleh mantan pengembang yang telah keluar sebagai daur ulang dari game pertama. Clear Sky bahkan lebih terlihat seperti Shadow of Chernobyl versi alternatif dengan tambahan sistem faksi. Untungnya, tidak semua pemain membenci game yang satu ini.
7. Metal Gear Solid V: The Phantom Pain
Tidak ada “perceraian” di dalam industri gaming yang seburuk Hideo Kojima dan Konami, dengan Metal Gear Solid V: The Phantom Pain sebagai pusat perceraian itu. Game ini dirilis dalam kondisi yang belum rampung menurut Kojima, menimbulkan retaknya hubungan dengan David Hayter (pengisi suara Solid Snake dan Naked Snake) dan menelan biaya produksi hingga sekitar US$80 juta. Namun, terlepas dari proses pengembangan yang penuh drama dan meninggalkan luka dalam bagi seri Metal Gear, The Phantom Pain justru dianggap sebagai karya terbaik Kojima, setidaknya sebelum Death Stranding dirilis.
Demikian tadi ulasan mengenai beberapa game bagus yang dibenci developer-nya sendiri. Pernah memainkan salah satu game di atas?


















