Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Google DeepMind Perkenalkan AI Aeneas untuk Pahami Prasasti Kuno

ilustrasi perusahaan Google (unsplash.com/Adarsh Chauhan)
ilustrasi perusahaan Google (unsplash.com/Adarsh Chauhan)

Google DeepMind memperkenalkan Aeneas sebagai model AI generatif pertama yang dirancang khusus buat mengkontekstualisasikan prasasti kuno. Teknologi ini bisa dipakai para sejarawan dalam menafsirkan maupun memulihkan teks-teks kuno untuk menemukan wawasan baru tentang peradaban masa lalu. Caranya yaitu dengan mencari kesamaan struktur kata, sintaksis, dan pola bahasa di ribuan prasasti Latin.

Meskipun saat ini baru dilatih dalam bahasa Latin, Aeneas bisa dengan mudah diadaptasi ke dalam berbagai bahasa, aksara, dan media kuno lainnya. Menariknya lagi, DeepMind juga telah merilis versi interaktif Aeneas yang bisa diakses secara gratis oleh para peneliti, mahasiswa, hingga pendidik, lengkap dengan kode sumber dan kumpulan data yang tersedia secara terbuka. Penasaran bagaimana cara kerja model AI Aeneas untuk pahami prasasti kuno?

1. Nama Aeneas diambil dari tokoh mitologi Graceo-Roman

ilustrasi pemulihan prasasti oleh Aeneas (deepmind.google)
ilustrasi pemulihan prasasti oleh Aeneas (deepmind.google)

Nama Aeneas sendiri diambil dari tokoh pahlawan pengembara dalam mitologi Graeco-Roman. Model ini dibangun berdasarkan proyek sebelumnya, Ithaca, yang fokus pada pemulihan, penanggalan, dan penentuan asal prasasti Yunani kuno menggunakan AI. Berbeda dengan model AI sebelumnya, Aeneas dikembangkan dengan kemampuan untuk menafsirkan, mengontekstualisasikan, dan memberi makna pada fragmen teks.

Salah satu fitur unggulan Aeneas yaitu Parallels Search yang bisa menemukan kesamaan struktur kata dan pola pada ribuan prasasti Latin. Selain itu, Aeneas juga mampu menentukan asal geografis teks melalui analisis multimodal yang menggabungkan teks dan gambar prasasti. Lebih lanjut lagi, model ini juga bisa memulihkan celah teks dengan panjang yang gak diketahui dan menetapkan standar baru dalam memprediksi waktu maupun lokasi penulisan teks kuno.

2. Aeneas bekerja dengan menerima input teks dan gambar prasasti

ilustrasi pemrograman komputer (unsplash.com/Luca Bravo)
ilustrasi pemrograman komputer (unsplash.com/Luca Bravo)

Aeneas bekerja dengan menerima input berupa teks dan gambar prasasti, lalu memprosesnya melalui jaringan saraf generatif multimodal buat memahami isi prasasti tersebut. Dalam proses pelatihannya, tim pengembang memanfaatkan data dari EDR, EDH, dan EDCS-ELT. Seluruh data ini selanjutnya dibersihkan, diselaraskan, dan dikompilasi menjadi Latin Epigraphic Dataset yang berisi lebih dari 176.000 prasasti Latin dari seluruh wilayah Kekaisaran Romawi kuno.

Untuk pemrosesan, Aeneas memakai transformer-based decoder yang bisa memulihkan karakter, menentukan tanggal penulisan, hingga mengidentifikasi asal geografis dengan cara menggabungkan analisis teks dan gambar prasasti. Model ini juga memanfaatkan teknik embeddings buat membangun rekaman historis yang berisi informasi penting, seperti isi teks, bahasa, periode waktu, lokasi, dan keterkaitannya dengan prasasti lain.

3. Aeneas mampu memulihkan teks dengan akurasi hingga 73 persen

ilustrasi pemrograman komputer (pexels.com/energepic.com)
ilustrasi pemrograman komputer (pexels.com/energepic.com)

Aeneas menunjukkan kinerja yang jauh lebih baik kalau dibandingkan model bahasa umum lain yang juga dilatih dengan teks Latin, terutama dalam mengelompokkan prasasti berdasarkan periode penulisannya. Melalui pemanfaatan teknik embeddings yang kaya akan konteks sejarah, model ini jadi bisa memberikan atribusi kronologis yang lebih akurat untuk membantu sejarawan memahami hubungan temporal antarprasasti secara lebih jelas.

Aeneas mampu memulihkan teks dengan tingkat akurasi Top-20 sebesar 73 persen untuk celah dengan panjang hingga 10 karakter dan 58 persen saat panjang celah gak diketahui. Berkat kemampuan analisis visual yang disematkan, model ini jadi bisa menentukan asal prasasti di 62 provinsi Romawi dengan tingkat akurasi 72 persen dan memperkirakan waktu penulisan dengan selisih rata-rata cuma 13 tahun dari perkiraan sejarawan.

Nah, dari pembahasan di atas bisa diketahui kalau Google DeepMind mengembangkan teknologi baru yakni AI Aeneas untuk pahami prasasti kuno. Model AI ini bisa dipakai untuk memprediksi tahun penulisan prasasti hingga membuat perkiraan isi prasasti yang sebagian teksnya rumpang. Menurutmu, apakah teknologi ini bisa menjadi terobosan besar dalam mengungkap misteri peradaban kuno?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us