Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Fenomena AI Bubble Mirip dengan dot-com Bubble?

ilustrasi AI
ilustrasi AI (freepik.com/DC Studio)
Intinya sih...
  • Investasi AI mengalami ledakan dalam beberapa tahun terakhir, menarik investor global dan startup AI.
  • Gelembung AI memiliki kemiripan dengan gelembung dot-com, terutama dalam tingginya ekspektasi pasar dan perilaku fear of missing out.
  • Meski mirip, gelembung AI dan dot-com tidak sepenuhnya sama karena pemain besar di ranah AI berasal dari perusahaan mapan yang sudah mencetak laba.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Lonjakan investasi dan valuasi perusahaan kecerdasan buatan belakangan ini memunculkan satu pertanyaan yang semakin sering terdengar. Sebagian pihak mulai membandingkan euforia AI saat ini dengan bubble dot-com pada akhir 1990-an. Perbandingan tersebut terasa masuk akal, karena sejarah pernah mencatat bagaimana optimisme berlebihan terhadap teknologi bisa berujung pada koreksi besar.

Pada masa gelembung dot-com, perusahaan internet tumbuh cepat di atas peluang masa depan yang belum tentu terwujud. Internet diyakini akan mengubah segalanya, meski banyak model bisnisnya belum siap. Sekarang, AI berada di posisi serupa, dipuja sebagai teknologi kunci masa depan sekaligus dipertanyakan ketahanannya. Pertanyaannya, apakah benar kedua fenomena ini punya banyak kesamaan?

1. Terjadi ledakan besar investasi di dunia AI

ilustrasi kecerdasan buatan
ilustrasi kecerdasan buatan (unsplash.com/@markuswinkler)

Dalam beberapa tahun terakhir, AI menjelma menjadi magnet utama bagi investor global. Pendanaan mengalir deras ke startup AI, bahkan ketika sebagian di antaranya masih mencari bentuk bisnis yang jelas. Situasi ini mengingatkan kita pada era dot-com, ketika embel-embel teknologi saja sudah cukup untuk menarik modal besar.

Konsentrasi investasi pada satu sektor membawa risiko tersendiri. Sebagian investor terdorong mengikuti tren tanpa menimbang kekuatan fundamental perusahaan secara mendalam. Pola seperti ini kerap menjadi tanda awal terbentuknya gelembung teknologi. Para pemain besar seperti ChatGPT, Gemini, dan Grok, berlomba untuk jadi yang terdepan di bidang AI.

2. Gelembung AI punya kemiripan dengan gelembung dot-com

ilustrasi AI
ilustrasi AI (unsplash.com/@omilaev)

Kemiripan paling jelas terlihat pada tingginya ekspektasi pasar. Pada era dot-com, internet dipandang sebagai solusi instan bagi berbagai masalah. Di sisi lain, AI saat ini dianggap mampu menjawab hampir semua kebutuhan industri. Ekspektasi semacam itu mendorong valuasi naik lebih cepat dibanding kinerja bisnis yang sebenarnya.

Perilaku fear of missing out juga kembali muncul. Keputusan investasi sering diambil karena kekhawatiran tertinggal dari tren besar berikutnya. Kondisi tersebut memperkuat anggapan bahwa sebagian pertumbuhan AI digerakkan oleh spekulasi.

3. Kedua fenomena ini tidak sepenuhnya sama

berbagai aplikasi AI di HP
berbagai aplikasi AI di HP (unsplash.com/@almoya)

Meski memiliki kemiripan, fenomena gelembung AI dan dot-com tidak sepenuhnya sama. Pada akhir 1990-an, banyak perusahaan internet belum menghasilkan pendapatan berarti. Saat ini, pemain besar di ranah AI justru berasal dari perusahaan mapan yang sudah mencetak laba. Para pemain besar di bidang AI saat ini adalah ChatGPT, Gemini, Grock, Meta, dan Deepseek.

AI juga telah diterapkan langsung dalam berbagai sektor, mulai dari manufaktur hingga layanan digital. Teknologi ini tidak hanya menjadi konsep, tetapi digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Inilah faktor yang membuat euforia AI memiliki dasar lebih kuat.

4. Start up AI bergantung penuh pada pendanaan

ilustrasi AI
ilustrasi AI (freepik.com/freepik)

Meski perkembangan AI begitu kuat, risiko koreksi pasar tetap ada. Startup AI bergantung penuh pada pendanaan. Oleh karena itu, mereka berpotensi menjadi pihak pertama yang terdampak. Penurunan valuasi bisa memukul investor dan memperlambat laju inovasi.

Sejarah dot-com menunjukkan bahwa koreksi tidak selalu berarti akhir segalanya. Setelah gelembung pecah, perusahaan yang memiliki fondasi bisnis kuat justru bertahan dan berkembang. Skenario serupa bisa terjadi pada industri AI.

5. Masa depan AI cukup sulit diprediksi

ilustrasi berbagai aplikasi AI
ilustrasi berbagai aplikasi AI (unsplash.com/@saradasish)

Sebagian pengamat menilai kondisi saat ini bukan sekadar bubble, melainkan fase seleksi alami dalam perkembangan teknologi besar. AI kemungkinan tetap tumbuh, meski ritmenya tidak selalu secepat beberapa tahun terakhir. Fokus pasar diperkirakan akan bergeser ke profitabilitas dan penerapan nyata. Ini jelas berbeda ketika masa gelembung dot-com, di mana pada saat itu perusahaan salah timing dan skala.

Belajar dari pengalaman dot-com, perkembangan pesat AI dapat membantu pasar bersikap lebih rasional dan tidak menggebu-gebu. Kita tidak pernah tahu kapan perkembangan AI mencapai puncaknya. Menurutmu, sampai kapan fenomena gelembung AI ini terjadi?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us

Latest in Tech

See More

7 Game yang Bisa Dimainkan di Google, Gak Kalah Seru

18 Des 2025, 21:26 WIBTech