Teknologi Immersive dalam Masa Depan Ekosistem Jurnalistik Indonesia

Ketika audiens di manapun bisa serasa ada langsung di TKP

Dunia jurnalistik terus berkembang. Pemberitaan yang awalnya berupa tulisan, berkembang paralel dalam bentuk audio melalui radio, berlanjut ke TV, kemudian kini kita mengenal berbagai media daring dengan jangkauan yang diperluas melalui media sosial. Format pemberitaan kini pun beragam, ada artikel, infografis, podcast, ataupun video. Apakah akan terhenti di situ? Tentu saja tidak! Perkembangan format pemberitaan akan terus terjadi seiring perkembangan teknologi.

Beberapa tahun belakangan ini, kita mengenal teknologi dunia virtual. Yang awalnya berupa game, dikembangkan menjadi terkait dengan dunia nyata, seakan simulasi dari kehidupan yang kita kenal sehari-hari. Melalui teknologi immersive, sosok virtual, yang dikenal sebagai avatar, bahkan bisa mewakili sosok nyata. Lebih dari sekadar karakter, ekosistemnya pun bisa dibentuk seperti kenyataan dan ini sangat potensial untuk dimanfaatkan di dunia jurnalistik.

Apa sebenarnya teknologi immersive itu? Bagaimana eksistensi, implementasi dan rencana penerapannya di ekosistem digital jurnalistik Indonesia? Baca selengkapnya di sini, ya!

1. Apa itu teknologi immersive?

Teknologi Immersive dalam Masa Depan Ekosistem Jurnalistik Indonesiailustrasi penggunaan teknologi immersive (IDN Times/Bayu D. Wicaksono)

Singkatnya, teknologi immersive adalah bentuk teknologi yang mempertemukan dunia fisik dan realitas digital atau simulasi. Inovasi teknologi ini bisa menghadirkan cara baru dalam berkomunikasi, berinteraksi, belajar, ataupun bekerja. Di dalam teknologi immersive, mencakup Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR) dan Mixed Reality (MR). Kamu perlu tahu definisinya masing-masing:

  • Dilansir laman kemdikbud.go.id, Augmented Reality (AR) adalah teknologi yang menggabungkan benda maya dua dimensi dan ataupun tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata lalu memproyeksikan benda-benda maya tersebut secara realitas dalam waktu nyata.
  • Sedangkan Virtual Reality (VR), dilansir laman kominfo.go.id, adalah teknologi yang memberikan kesan pada penggunanya dapat berinteraksi terhadap suatu objek grafis, dengan visualisasi 3D atau gambar berhologram yang disimulasikan oleh komputer.
  • Sementara itu, Mixed Reality (MR), dilansir laman Hologram Indonesia, adalah sebuah teknologi yang memberikan pengalaman baru dalam dunia virtual dimana ia memiliki campuran konsep antara AR dengan VR.

2. Teknologi immersive memang sudah dibicarakan di industri media, karena potensinya besar

Teknologi Immersive dalam Masa Depan Ekosistem Jurnalistik Indonesiagrafik kecenderungan fokus inovasi media dunia di 2022 (IDN Times/Bayu D. Wicaksono)

Menurut sebuah riset yang diadakan oleh Nic Newman dan timnya, didukung Reuters Institute dan Universitas Oxford pada Januari 2022, berupa survei kepada 246 pemimpin media dari 52 negara, untuk laporan berjudul 'Journalism, media and technology trends and predictions 2022', penerapan teknologi immersive menjadi prioritas mereka nomor 5 di tahun 2022. Jumlah mereka yang memilih prioritas teknologi tersebut sebesar 8 persen.

Berdasarkan hasil survei yang sama, sebanyak 32 persen pemimpin media pesimis, karena mereka memprediksi arus daring warganet berkurang dalam membaca artikel. Yah, teknologi memang akan terus berkembang dan kebiasaan harian masyarakat juga akan bergeser, bahkan lambat laun berpindah total dan meninggalkan format lama.

Kecenderungan pembaca berita di berbagai belahan dunia berubah menjadi penikmat podcast, sebagai format berita paling diprioritaskan (80 persen), disusul newsletter via e-mail (70 persen), kemudian video digital (63 persen). Dalam prediksi 3-5 tahun ke depan, format penyajian berita menggunakan teknologi immersive akan menjadi pertimbangan utama.

Berbicara soal peran pers sebagai lembaga ekonomi yang menyediakan lapangan pekerjaan, secara khusus di Indonesia, teknologi immersive telah menjadi gelombang inovasi baru selama beberapa tahun terakhir. Sejak tahun 2020, teknologi immersive bahkan sudah terdaftar di Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI).

Siapkah Indonesia dengan ini? Yang pasti, siap atau tidak siap, tren itu akan hadir. Semakin cepat mempersiapkan ekosistem jurnalistik yang didukung teknologi immersive, akan makin baik, karena sebenarnya berbagai fasilitasnya sudah ada.

3. Gambaran potensi dan keuntungan dalam ekosistem jurnalistik jika menerapkan teknologi immersive

Teknologi Immersive dalam Masa Depan Ekosistem Jurnalistik Indonesiailustrasi ekosistem jurnalistik dalam teknologi immersive (IDN Times/Bayu D. Wicaksono)

Dilansir laporan UNESCO tahun 2021, rata-rata setiap 4 hari, ada satu orang jurnalis yang meninggal akibat pekerjaannya. Jurnalis tercatat sebagai salah satu pekerjaan dengan tingkat risiko cedera sampai meninggal tinggi, mulai dari akibat diserang, diintimidasi, kecelakaan, hingga dibunuh. Medan liputan yang berbahaya, seperti daerah konflik/perang, bencana alam, kebakaran ataupun di alam terbuka jauh dari pemukiman, makin menambah besarnya risiko untuk jurnalis.

Dengan penerapan teknologi immersive secara menyeluruh (termasuk VR, AR dan MR) baik oleh pemerintah, instansi yang terkait dengan kejadian, maupun perusahaan media yang bertugas, maka bisa meminimalkan risiko bahaya dalam peliputan berita. Beberapa potensi keuntungan lain terkait penerapan teknologi immersive dalam liputan dan penyajian berita, adalah sebagai berikut:

  • Transfer ilmu dan informasi dari narasumber menjadi lebih mudah: teknologi immersive memungkinkan informasi untuk disampaikan secara menyeluruh, baik dengan audio, visual maupun model 3D.
  • Audiens bisa lebih merasakan secara utuh berita yang dikabarkan: pembaca atau penonton bisa ke TKP (tempat kejadian perkara) virtual dan seperti berada dalam reka ulang peristiwanya.
  • Mudah berinteraksi dengan narasumber atau figur publik: antara jurnalis dengan narasumber, jurnalis dengan audiens, bahkan jurnalis-audiens-narasumber sekaligus bisa seakan berada di ruangan yang sama dan bercakap.
  • Menjadi solusi untuk jurnalis dan audiens dengan keterbatasan fisik: pengalaman yang menyeluruh, yang membuat tidak harus langsung datang ke tempatnya, apalagi jika medan liputannya berbahaya.

Sedangkan potensi keuntungan lain penerapan teknologi immersive dalam sisi bisnis industri media, adalah sebagai berikut:

  • Sumber pendapatan baru: infrastruktur digital dan berbagai pilihan aset digital yang baru, aset digital juga bisa diperjualbelikan dalam bentuk NFT (Non-Fungible Token).
  • Konser, program dan event menjadi lebih efisien: perusahaan media tidak perlu menyediakan fasilitas fisik.
  • Iklan lebih bisa terapkan soft selling: melalui aset digital dan menjadi bagian dari lingkungan virtual yang dibentuk.
  • Pertemuan dan presentasi bisnis lebih efisien: akan memangkas aktivitas fisik yang tak perlu, seperti transportasi dan persiapan lainnya.

Baca Juga: Resmi Dibeli Microsoft, Ini 7 Seri Game Terbaik Activision

4. Ada beberapa tantangan dan hal yang dibutuhkan dalam penerapan teknologi immersive ke ekosistem jurnalistik

Teknologi Immersive dalam Masa Depan Ekosistem Jurnalistik Indonesiailustrasi memasuki lingkungan teknologi immersive (IDN Times/Bayu D. Wicaksono)

Seperti halnya perkembangan teknologi yang menyebabkan pelaku bisnis warung telepon (wartel) harus beradaptasi dengan keberadaan telepon seluler (ponsel), atau pelaku bisnis warung internet (warnet) yang harus beradaptasi dengan keberadaan penyedia layanan koneksi internet rumahan, penerapan teknologi immersive pun perlu adaptasi dan tidak luput dari berbagai tantangan.

Beberapa tantangan yang harus dihadapi industri media dalam menerapkan teknologi immersive, antara lain:

  • Harus ada perkembangan skill dan knowledge baru untuk jurnalis: minimal paham dasar dari teknologi immersive, terkait fasilitasnya dan cara penyajiannya.
  • Harus ada sinergi antara pengelola media, jurnalis dan pengembang infrastruktur teknologinya (developers): perlu memiliki visi dan dasar pemahaman yang sejalan.
  • Perlu intens mengedukasi masyarakat: perlu diingat bahwa literasi internet pun masih belum baik di Indonesia
  • Belum banyak kalangan masyarakat bisa akses: berhubung peralatan untuk bisa mengakses teknologi immersive cukup mahal untuk sebagian orang dan belum jadi hal prioritas, gap sosial ekonomi bisa makin besar.
  • Perlu ada peraturan dan UU yang kuat untuk peran kontrol: ini penting agar kegiatan media lancar di dalam lingkungan teknologi immersive.
  • Perlu adaptasi budaya dan norma yang berlaku global: karena tidak lagi dibatasi jarak dan interaksi akan terasa lebih nyata dibandingkan media sosial.

Selain itu, akan ada risiko yang menghantui dalam penerapan teknologi immersive di dunia jurnalistik, antara lain:

  • Hoaks yang lebih mudah menyebar: dunia buatan berpotensi bikin berita bohong dapat terasa nyata, melalui sebuah versi realitas yang dibentuk oleh pihak tertentu.
  • Community guidelines dari lingkungan teknologi immersive tertentu bisa tidak sejalan dengan media: misalnya sajian visual atau aktivitas yang sensitif dan melanggar norma.
  • Potensi ketagihan dengan realitas versi simulasi: padahal ada beberapa hal fisik yang tak tergantikan, misalnya seperti deskripsi aroma dan suasana atau sensasi saat berada di lokasi langsung.
  • Keamanan data yang belum terjamin dan potensi scam: infrastruktur yang ada memang masih belum siap masif secara global.
  • Kontrol terhadap perundungan, pelecehan, dan pelanggaran hukum belum matang: hal ini termasuk adanya potensi berbagai faktor penyebab gangguan kesehatan mental.

Namun, kabar baiknya, pemerintah menyiapkan sejumlah regulasi guna mencegah pelanggaran data pribadi, salah satunya melalui Rancangan Undang-Undang (RUU) Perlindungan Data Pribadi. Selain itu, pemerintah dan Dewan Pers sedang menyusun peraturan aktivitas jurnalistik dalam teknologi immersive, sehingga tetap bisa memenuhi kaidah jurnalistik.

5. Beberapa contoh penerapan teknologi immersive di industri media yang sudah dilakukan

Teknologi Immersive dalam Masa Depan Ekosistem Jurnalistik Indonesiakumpulan ilustrasi penerapan teknologi immersive di industri media (IDN Times/Bayu D. Wicaksono)

“Paling tidak, kita memasuki hybrid, kombinasi antara ruang fisik dan siber. Kami sangat yakin, insan pers bisa menjadi mesin melakukan perubahan tersebut. Sebab bukan hanya yang kuat bertahan atau yang pintar. Tetapi siapa yang mampu melakukan.” — Mohammad Nuh, Ketua Dewan Pers, dalam pesannya di Peringatan Hari Pers Nasional, 9 Februari 2022, yang diadakan di Kendari, Sulawesi Utara.

Memang, di Indonesia, para ahli memprediksi bahwa penerapan teknologi immersive di Indonesia pada industri media baru akan marak 3-5 tahun mendatang, saat infrastruktur digital secara global dari teknologi ini sudah matang. Namun, itu artinya tetap perlu mempersiapkan segala yang dibutuhkan untuk teknologi itu dari saat ini.

Namun, beberapa industri media internasional ternyata sudah ada yang menerapkan teknologi immersive dalam operasionalnya. Misalnya BBC yang membangun newsroom virtual di Second Life pada awal tahun 2000-an. Selain itu ada juga stasiun TV musik MTV yang membangun virtual Laguna Beach di pertengahan tahun 2000-an.

Beberapa contoh lainnya adalah Financial Times yang mengadakan wawancara virtual dengan Nick Clegg — Facebook Communication Chief, delegasi COP26 Climate Change Summit menggunakan VR untuk akses informasi emisi karbon yang bisa diolah oleh jurnalis dan instansi terkait, Eurosport TV beberapa kali mempertemukan dua orang di studio yang sama dari tempat berbeda dengan menggunakan hologram, serta Viceverse: sebuah dunia teknologi immersive buatan Vice Media Group khusus untuk mengerjakan berbagai proyek digital.

Selain penerapan lingkungan berbasis teknologi immersive dalam dunia jurnalistik, ekosistem bisnisnya juga perlu menjadi perhatian agar teknologi ini menarik untuk dieksekusi para pengelola media dan dipertimbangkan oleh para klien. Media di Indonesia tak perlu khawatir, karena New York Times berhasil membuktikan mampu menjual artikel berita hingga senilai US$560 ribu (atau sekitar Rp8 miliar) dengan NFT, dan bahkan Quartz mengawali sebagai yang pertama menjual artikel berita senilai US$1.800 (atau sekitar Rp25,8 juta). Potensi bisnis dari penerapan teknologi immersive di industri media ini besar, apalagi dengan contoh keuntungan yang didapat saat infrastrukturnya belum matang.

6. Microsoft telah memiliki berbagai fasilitas, wadah maupun event yang bisa bantu mewujudkan teknologi immersive dalam ekosistem jurnalistik

Teknologi Immersive dalam Masa Depan Ekosistem Jurnalistik Indonesiabeberapa platform Microsoft yang dapat meningkatkan developer velocity (Dok. Microsoft)

Sebagaimana telah disebutkan bahwa salah satu tantangan penerapan teknologi immersive dalam dunia jurnalistik adalah sinergi antara pengelola media, jurnalis dan para developer infrastruktur digitalnya, pengembangan keahlian para developer tentu jadi hal terpenting di sini. Bagaimana bisa dunia digital immersive itu tercipta jika para developer-nya tidak cukup kemampuan untuk menggarapnya?

Para developer tak perlu khawatir, karena Microsoft telah menyediakan ruang, kesempatan dan fasilitas untuk berkembang, salah satunya melalui event Dev//Verse2022: Empowering Developer Universe. Apa itu?

Dev//Verse2022: Empowering Developer Universe adalah sebuah acara virtual, yang diadakan pada 21-25 Maret 2022, yang mempertemukan developer, pegiat IT, dan pelaku industri (startup, enterprise, pemerintah) untuk mengenal lebih dekat berbagai platform developer terkini, mengetahui kisah sukses transformasi digital industri, mengasah keterampilan dengan keahlian digital terkini, serta mengeksplor peluang kerja talenta digital yang semakin besar. Kamu juga bisa mengikuti tayangannya di YouTube.

Di dalam acara ini, Microsoft kembali menegaskan komitmen perusahaan dalam memberdayakan ekonomi digital Indonesia dengan ikut memperkuat ekosistem teknologi dalam negeri. Penguatan ini antara lain dilakukan dengan meluncurkan platform belajar Microsoft Learn dalam Bahasa Indonesia, portal inovasi Azure dalam Bahasa Indonesia, dan platform Microsoft for Startups Founders Hub. Dengan adanya berbagai platform ini, memungkinkan lebih banyak masyarakat Indonesia untuk berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi digital yanginklusif.

Dari sisi Microsoft, Microsoft terus mendukung pengembangan dan pengimplementasian teknologi immersive melalui berbagai solusi digital, seperti ready-to-go solution Dynamics 365 dan platform development Azure Mixed Reality Services. Microsoft juga memprakarsai Mixed Reality Partner Program (MRPP), sebuah program berbasis komunitas untuk para mitra Microsoft yang merancang, membangun, menyebarkan, dan mengoperasikan solusi MR. Salah satu perusahaan teknologi immersive, Hologram Indonesia (PT. Garuda Solusi Kreatif), merupakan anggota MRPP pertama yang berasal dari dan berada di Indonesia.

Para developer bisa memanfaatkan berbagai kesempatan ini untuk mengembangkan diri dan bersiap menghadapi ekosistem digital jurnalistik melalui teknologi immersive. Di masa depan, berbagai pemberitaan seakan bisa dialami langsung oleh para audiensnya secara virtual, panjangnya jembatan informasi antar pemerintah dan instansinya dengan masyarakat bisa dipangkas, serta alur informasi menjadi lebih efektif dan efisien. Siapkah kamu menuju masa itu, para superhero digital?

https://www.youtube.com/embed/pkS8prrqIYE

Sejumlah industri seperti manufaktur, kesehatan, dan transportasi telah memanfaatkan penggunaan teknologi immersive untuk mengoptimalisasi pekerjaan mereka. Salah satunya adalah PT. Solusi Bangun Indonesia Tbk (SBI).

Nah, pertanyaannya, kapan industri media bisa mulai memanfaatkannya demi pertumbuhan ekonomi digital yang inklusif di Indonesia? Mungkin kamu lah salah satu tim pionirnya. Yuk, kita wujudkan bersama!

Baca Juga: 7 Aplikasi Microsoft Terbaik di Android yang Layak Dicoba

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono
  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya