7 Hoax Mengenai Malware di Android yang Masih Banyak Dipercaya

- Malware dapat menyusup melalui Play Store
- Android versi terbaru tetap rentan terhadap malware
- Aplikasi antivirus tidak memberikan perlindungan yang efektif
Android hingga saat ini masih dianggap lebih rentan terhadap malware dibandingkan iOS, sebagian besar karena sifatnya yang open-source. Namun, ancaman sebenarnya sering kali tidak berasal dari tempat yang diperkirakan pengguna. Ada banyak hoax mengenai malware di Android yang masih dipercaya hingga saat ini dan mendorong perilaku yang berisiko di mana pengguna merasa aman padahal aslinya tidak. Karenanya, penting untuk mengetahui fakta sebenarnya agar HP Android bisa terlindungi dengan lebih baik. Berikut 7 hoax mengenai malware di Android yang masih banyak dipercaya.
1. Malware hanya berasal dari luar Play Store

Salah satu kesalahpahaman umum adalah mengira bahwa malware di Android hanya berasal dari situs mencurigakan, APK bajakan atau toko aplikasi tidak resmi. Padahal, kini ada semakin banyak malware yang menyusup lewat aplikasi yang ada di Play Store. Aplikasi semacam itu biasanya diam-diam mencuri data, menampilkan iklan tersembunyi atau memasang layanan latar belakang yang sulit dideteksi. Meski Play Store relatif lebih aman, tetap penting untuk memeriksa izin aplikasi, ulasan, riwayat developer dan jumlah unduhan sebelum menginstal.
2. HP aman dari malware jika menjalankan Android 13 atau diatasnya

Android versi lebih lama memang lebih rentan terhadap malware karena tidak lagi mendapat update patch keamanan, tapi bukan versi yang lebih baru seperti Android 13 atau diatasnya sepenuhnya aman. Meski sistem keamanan Android versi terbaru lebih ditingkatkan, malware saat ini juga semakin canggih dan punya banyak cara untuk menipu pengguna agar memberikan data sensitif atau izin yang tidak diperlukan. Penting untuk selalu berhati-hati terhadap aplikasi yang meminta izin berlebihan, karena kesalahan pengguna tetap bisa dimanfaatkan oleh malware, apa pun versi Android yang digunakan.
3. Hanya butuh antivirus untuk mencegah malware

Kebanyakan aplikasi antivirus di Android tak lebih dari sekedar marketing berlebihan yang tidak memberi perlindungan nyata. Aplikasi-aplikasi tersebut sering berjalan di latar belakang, menguras baterai, menampilkan iklan dan tidak memberi dampak lebih dari Google Play Protect. Daripada mengandalkan antivirus pihak ketiga yang tidak jelas perlindungannya, lebih baik terapkan kebiasaan yang baik seperti membatasi izin aplikasi, memperbarui sistem secara rutin, menghindari aplikasi mencurigakan dan memanfaatkan fitur keamanan bawaan Google.
4. Malware akan langsung menyerang HP saat itu juga

Banyak orang percaya jika malware langsung menyerang begitu masuk HP padahal kenyataannya, sebagian besar malware di Android justru bekerja diam-diam untuk mencuri data, merekam percakapan, menampilkan iklan palsu atau mendaftar ke layanan berbayar. Beberapa spyware bahkan bisa berjalan selama berbulan-bulan tanpa gejala yang mencolok, terutama jika menyamar sebagai aplikasi sistem. Tanda-tanda yang perlu diwaspadai adalah HP jadi cepat panas, penggunaan kuota yang tidak wajar, performa melambat dan munculnya notifikasi aneh.
5. HP yang di-root selalu rentan malware
Proses root pada HP Android memang melewati beberapa fitur keamanan bawaan yang artinya, HP jadi lebih beresiko terkena ancaman seperti malware. Kendati demikian, bukan berarti HP yang di-root selalu rentan terhadap malware. Dengan membatasi akses root, menggunakan firewall dan mengatur izin aplikasi, HP Android yang sudah di-root tetap bisa aman. Intinya, rooting memberi kontrol lebih sekaligus risiko lebih, namun jika pengguna paham risikonya dan tahu cara mengatasinya, HP yang di-root tetap lebih sulit terjangkit malware.
6. VPN memproteksi HP dari malware

VPN memang berguna untuk mengenkripsi lalu lintas internet dan menyembunyikan alamat IP, namun tidak memberikan perlindungan menyeluruh terhadap malware. VPN tidak bisa mencegah pengguna mengunduh aplikasi berbahaya, mengklik link phishing atau tertipu oleh halaman login palsu. Beberapa VPN memang menawarkan fitur pemfilteran malware, namun fungsinya tetap terbatas. Sederhananya, VPN merupakan alat privasi dan bukan pengganti antivirus. Jadi, gunakan sebagai bagian dari perlindungan keamanan yang lebih lengkap daripad satu-satunya aplikasi andalan.
7. Google Play Protect sudah cukup untuk melawan malware
Google Play Protect merupakan fitur keamanan bawaan Android yang berguna untuk memindai aplikasi dari malware sebelum dan sesudah instalasi, disamping memantau aktivitas mencurigakan secara berkala. Meski efektif, fitur ini memiliki keterbatasan karena tetap bisa saja gagal mendeteksi malware canggih yang terenkripsi atau baru aktif setelah jeda waktu tertentu. Untuk perlindungan yang lebih maksimal, disarankan untuk selalu memperbarui patch keamanan, bijak dalam memberikan izin aplikasi dan berhati-hati dalam memilih aplikasi, termasuk yang tersedia di Play Store.
Demikian tadi ulasan mengenai hoax tentang malware di Android yang masih banyak dipercaya. Semoga ulasan di atas bisa menambah informasi terkait fakta yang harusnya dipercaya dan mencegahmu dari kebiasaan buruk yang bisa membuat HP Android terjangkit malware.