Komputasi Neuromorphic, Teknologi yang Meniru Otak Manusia

Teknologi masa kini terus meningkat dan bertumbuh ke arah yang tak terduga. Sering kali teknologi telah berkembang lebih cepat dari semua yang manusia pikir. Seperti komputasi neuromorphic, ternyata teknologi ini pertama kali diperkenalkan dari puluhan tahun yang lalu, lho! Teknologi hebat ini sudah muncul sejak tahun 1980-an. Hanya saja implementasi dari teknologi ini masih sangat susah karena kompleksitasnya yang tinggi.
Meski memiliki kompleksitas yang tinggi, tidak sedikit penelitian yang terus berusaha menerapkannya. Implementasi tersebut nantinya akan sangat membantu perkembangan berbagai aspek kehidupan di masa depan. Jadi, apakah kamu tertarik untuk mencari tahu mengenai komputasi neuromorphic? Kalau iya, mari kenali komputasi neuromorphic lebih jauh melalui artikel di bawah ini!
1. Apa sebenarnya komputasi neuromorphic itu?

Secara sederhana komputasi neuromorphic adalah teknologi yang mengimplementasikan cara kerja otak manusia. Sederhananya, teknologi ini mengimitasi otak manusia agar bisa menghasilkan cara kerja teknologi yang lebih efisien. Nah, komputasi ini diperkenalkan oleh seorang ahli elektronika bernama Carver Mead medio tahun 1980-an. Dia mengusulkan pendekatan baru dalam menciptakan arsitektur komputer dengan meniru saraf biologis manusia.
Komputasi neuromorphic ini menciptakan neuron buatan, seperti cara kerja neuron pada otak manusia. Neuron adalah sel saraf yang merupakan unit dasar dari sistem saraf. Neuron berfungsi untuk memproses dan mengirimkan informasi melalui sinyal listrik dan kimia. Neuron buatan tersebut akan dihubungkan dengan jaringan saraf yang kompleks. Jaringan saraf ini dibuat mirip dengan jaringan saraf pada otak manusia.
Implementasi komputasi neuromorphic yang meniru cara kerja otak manusia ini akan sangat banyak meminjam ilmu biologi dan ilmu saraf. Karena inilah komputasi neuromorphic dikenal sangat kompleks sebagaimana otak manusia bekerja. Komputasi neuromorphic akan belajar pada pengalaman dan terus berkembang lebih baik seiring berjalannya waktu. Komputasi neuromorphic akan membuat komputer bekerja lebih cerdas sebagaimana kecerdasan manusia.
2. Keunggulan dan tantangan implementasi komputasi neuromorphic

Keunggulan paling utama dari komputasi ini adalah membuat komputer bekerja cerdas seperti otak manusia. Bekerja cerdas di sini maksudnya komputer mampu mengenali pola, belajar dari pengalaman, dan menyesuaikan respons berdasarkan informasi baru tanpa perlu diprogram ulang secara manual. Misalnya, sistem bisa membedakan suara, mengenali wajah atau memprediksi keputusan berdasarkan data yang terus berkembang. Sehingga menghasilkan cara kerja komputer yang lebih efisien dan cepat. Cara kerja yang cepat ini karena komputasi neuromorphic mampu melakukan pemrosesan paralel. Ia akan dapat memproses dalam satu waktu sebanyak neuron yang ada di dalamnya.
Di balik semua keunggulan komputasi ini, masih sangat banyak tantangan yang perlu dihadapi dalam pengembangan teknologi ini. Seperti mereplikasi struktur otak manusia yang kompleks ke dalam perangkat keras yang efisien dan skalabel. Juga akses mengenai komputasi ini yang sulit dipahami di luar laboratorium akademisi.
3. Pengaplikasian komputasi neuromorphic di dunia nyata

Komputasi neuromorphic kini mulai digunakan dalam aplikasi nyata, terutama pada robotika dan kendaraan otonom. Chip neuromorphic seperti Intel Loihi dan sistem SpiNNaker telah dimanfaatkan untuk mengolah data dari sensor vision berbasis event yang mampu mendeteksi perubahan cahaya secara real-time. Teknologi ini membuat kendaraan otonom maupun robot dapat menavigasi lingkungan, menghindari rintangan, dan merespons kondisi sekitar dengan cepat serta efisien energi. Dikutip dari IBM, neuromorphic computing menawarkan efisiensi daya yang jauh lebih tinggi dibandingkan sistem komputasi tradisional, sehingga cocok untuk aplikasi mobilitas pintar. Salah satu brand mobil ternama, Mercedes-Benz, bersama University of Waterloo sedang mengembangkan penelitian computing neuromorphic khusus pada pengaplikasian kendaraan otonom.
Tak hanya dalam dunia robotika maupun kendaraan otonom, komputasi neuromorphic juga telah berkembang di bidang medis. Laporan jurnal LWW (2025) menjelaskan bahwa teknologi ini diterapkan pada sistem pendukung keputusan bedah, yang memungkinkan dokter menerima peringatan serta rekomendasi instan selama operasi berlangsung. Dengan efisiensi energi yang tinggi, neuromorphic computing membantu proses pembedahan menjadi lebih aman dan presisi.
Selain itu, neuromorphic computing juga diaplikasikan dalam keamanan pangan melalui sensor pintar. Salah satunya adalah pengembangan lidah buatan (artificial tongue) yang meniru cara kerja indera perasa manusia. Menurut LiveScience, inovasi ini berfungsi untuk pengawasan kualitas pangan, mendeteksi bahan kimia berbahaya, hingga diagnostik cairan tubuh secara lebih akurat. LiveScience juga menambahkan bahwa lidah buatan tersebut bahkan mampu “belajar” seperti organ manusia dalam merasakan rasa dan zat tertentu.
Komputasi neuromorphic yang digadang-gadang akan membawa perubahan besar pada dunia teknologi. Di masa depan teknologi akan semakin bertambah canggih, beriringan dengan kebutuhan manusia yang semakin kompleks. Kemudian, kecanggihan teknologi telah mampu menyeimbangi dan mempermudah kerja manusia. Namun, tak sepenuhnya manusia boleh bergantung pada teknologi, semuanya tetap harus selaras dengan kehidupan yang juga butuh kinerja otak manusia.