5 Fakta Punakha Dzong, Benteng Megah Bersejarah di Bhutan

Punakha Dzong adalah pusat administrasi Distrik Punakha yang terletak di kota Punakha, Bhutan. Dzong ini dibangun oleh Ngawang Namgyal pada abad ke-17 dan merupakan dzong tertua dan terbesar kedua di Bhutan.
Artefak suci dari garis keturunan Drukpa selatan dari aliran Kagyu Buddhisme Tibet disimpan di Punakha Dzong, termasuk Rangjung Kasarpani dan tiga Pema Lingpa. Dzong ini terletak tepat dimana Sungai Pho Chhu dan Mo Chhu bertemu di lembah Punakha–Wangdue.
Yuk, simak fakta tentang Punakha Dzong yang ada di Bhutan berikut ini!
1. Merupakan ibu kota musim dingin Bhutan

Punakha Dzong menjadi tempat kepala pendeta Bhutan beserta rombongan biksu menghabiskan musim dingin, berdasarkan informasi dari punakha.gov.bt. Pohon Jacaranda tumbuh di sekitar dzong ini dan berbunga ungu muda di musim semi.
Punakha Dzong juga merupakan pusat jembatan gantung terpanjang di Bhutan (Jembatan Gantung Punakha) dan berjarak sekitar 7,5 kilometer (4,5 mil) dengan mobil ke kuil Divine Madman, Chimi Lhakhang.
Para biarawan beristirahat di Punakha selama bulan-bulan musim dingin karena memiliki iklim yang lebih sejuk dibandingkan dengan kawasan dataran tinggi. Sebaliknya, tempat lain di Bhutan seperti Thimphu mengalami hujan salju lebat dan suhu beku pada saat yang sama. Migrasi musiman ini mencerminkan tradisi Bhutan yang memastikan bahwa kegiatan keagamaan terus berlanjut seperti biasa, bahkan di bulan-bulan yang lebih dingin.
2. Memiliki 6 lantai dan 1 menara pusat yang terletak di ketinggian 1200 meter

Struktur Punakha Dzong dibangun menggunakan tanah padat, batu, dan kayu, sebagaimana dikutip dari Druk Asia. Dzong ini berukuran panjang 180 meter (590 kaki) dan lebar 72 meter (236 kaki) dengan 3 dochey (halaman), berbeda dengan dzong lain yang biasanya hanya memiliki 2 halaman. Halaman pertama tempat berlangsungnya fungsi administratif, halaman kedua terdiri dari stupa putih besar dan pohon Bodhi, dan halaman ketiga terdiri dari harta karun nasional dan candi utama.
Sayangnya, wisatawan tidak diizinkan masuk halaman ketiga. Mereka yang dapat mengaksesnya adalah dua penjaga yang ditunjuk, lama (biksu Buddha), raja, dan kepala biara yang dapat mengaksesnya. Halaman ketiga dianggap sangat sakral, karena menyimpan relik yang sangat dihormati agama Buddha Bhutan dan jenazah para tokoh sejarah.
3. Berakar kuat dalam makna dan sejarah

Druk Asia menginformasikan bahwa Punakha Dzong menjadi pusat pemerintahan Bhutan selama bertahun-tahun hingga dipindahkannya ibu kota ke Thimphu pada tahun 1955.
Dzong ini tetap menjadi Pusat Administrasi Distrik Punakha yang menyimpan banyak artefak keagamaan. Pernikahan kerajaan yang terkenal antara raja kelima, Jigme Khesar Namgyel Wangchuck dan Ratu Jetsun Pema, juga berlangsung di sini.
Punakha Dzong menjadi situs keagamaan dan budaya utama di luar peran administratifnya, karena festival tahunan seperti Punakha Tshechu dan Punakha Drubchen diselenggarakan di sini. Banyak biksu, warga lokal, dan pengunjung yang mengikuti festival-festival tersebut untuk menonton ritual yang merayakan tradisi Bhutan. Dengan demikian, Punakha Dzong berdiri sebagai simbol warisan politik dan agama Bhutan.
4. Berdiri kokoh menghadapi bencana

Druk Asia melaporkan bahwa Punakha Dzong mengalami perluasan selama kekuasaan Sherab Wangchuk (1744—1763), banyak kebakaran antara tahun 1750—1849, dan kehancuran parah akibat gempa bumi pada tahun 1897. Pasukan Tibet menginvasi Punakha Dzong antara tahun 1939—1944, tetapi berhasil dihalau oleh para pembelanya. Di dalam dzong ini, sebuah kuil peringatan dibangun untuk menyimpan senjata yang diambil dari pejuang Tibet yang dikalahkan oleh orang Bhutan.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Punakha Dzong berhasil diperbarui dengan cermat selama bertahun-tahun. Rekonstruksinya menggunakan keahlian tradisional Bhutan untuk memastikan bahwa dzong ini tetap mempertahankan keasliannya. Selain berdiri sebagai benteng, Punakha Dzong juga menjadi bukti ketahanan Bhutan.
5. Menjadi simbol persatuan nasional Bhutan

Sumber dari Encounters Travel menyebutkan bahwa lokasi Punakha Dzong di titik bertemunya dua sungai dianggap sebagai simbol persatuan rakyat Bhutan. Dzong ini melambangkan koeksistensi harmonis berbagai agama dan etnis. Punakha Dzong hingga kini menarik kedatangan banyak pengunjung dan peziarah yang ingin mempelajari sejarah dan merasakan kelimpahan tradisi dan budaya Bhutan.
Punakha Dzong terus berperan penting dalam upacara nasional dan acara kerajaan sebagai bekas ibu kota Bhutan. Raja-raja Bhutan dinobatkan di dzong ini. Punakha Dzong menjadi simbol kekayaan sejarah dan keabadian monarki Bhutan.
Punakha Dzong merupakan salah satu bangunan bersejarah Bhutan yang luar biasa. Setiap fakta tentang benteng ini menjadikannya tempat yang wajib dikunjungi bagi wisatawan yang ingin mempelajari sejarah dan budaya Bhutan.