6 Fakta Bandara Tenzing-Hillary Lukla Nepal, Gerbang Menuju Himalaya

Bandara Tenzing-Hillar juga dikenal sebagai Bandara Lukla adalah bandara domestik dan altiport di Kota Lukla, Nepal. Setiap orang yang mendaki Himalaya umumnya datang dan pergi melalui bandara ini.
Dari Kota Kathmandu, pelancong menaiki pesawat baling-baling atau helikopter menuju Bandara Tenzing-Hillary sebagai awal perjalanan menuju rute trekking terfavorit di Himalaya, yaitu Everest Base Camp (EBC).
Karena bentang alamnya yang unik, bandara ini menawarkan pengalaman perjalanan aviasi yang mendebarkan. Bahkan dalam 20 tahun terakhir, Bandara Tenzing-Hillary disebut menjadi salah satu bandara paling berbahaya di dunia. Meskipun demikian, bandara ini memainkan peran vital dalam mendukung pariwisata dan kehidupan masyarakat setempat.
Bagaimana profil bandara tersebut? Yuk, simak ulasannya berikut ini.
1. Bandara yang menantang bahkan bagi pilot berpengalaman

Bandara Tenzing-Hillary berada di ketinggian 2.845 meter di atas permukaan laut. Panjang landasan pacu atau runway bandara ini hanya 257 meter dengan lebar 30 meter. Runway di Bandara Tenzing-Hillary sangat pendek jika dibandingkan dengan bandara komersial besar. Rata-rata bandara besar memiliki landasan sepanjang 3.000–4.000 meter.
Bandara Lukla dikelilingi kontur pegunungan yang menjulang. Bandara ini terletak di lahan dengan elevasi 12 persen dari arah Utara ke Selatan. Di satu ujung landasan terdapat dinding pegunungan yang menjulang. Di ujung lainnya langsung menghadap jurang curam.
Cuaca di sekitar bandara juga menjadi tantangan tersendiri. Kabut tebal, angin kencang, dan hujan deras sering kali datang tiba-tiba. Meskipun demikian, tidak ada navigasi udara atau sistem radar di bandara Lukla. Yang ada hanya komunikasi radio untuk pendaratan dan lepas landas. Kombinasi ini membuat pendaratan dan lepas landas di Lukla menjadi pengalaman yang menegangkan bahkan bagi pilot berpengalaman.
2. Bandara ini dibangun oleh pendaki asal Selandia Baru dan seorang sherpa

Bandara ini mulai dibangun pada tahun 1964 oleh Sir Edmund Hillary dan Tenzing Norgay. Mereka adalah salah satu yang pertama kali berhasil mendaki puncak Everest pada tahun 1953. Hillary adalah pendaki berkebangsaan Selandia Baru, sedangkan Tenzing adalah seorang sherpa yang menemaninya mendaki Everest kala itu.
Pembangunan Bandara Lukla merupakan proyek besar. Sir Edmund Hillary membeli sebidang tanah dari para Sherpa lokal dengan harga 2.650 dolar Amerika atau sekitar Rp43 juta. Dengan bentang alam pegunungan dan tanah yang miring, landasan pacu harus dibuat di lereng gunung dan perlengkapan bandara harus diangkut dengan keledai.
3. Bandara beroperasi pertama kali tahun 1971 dengan landasan rumput

Saat pertama kali beroperasi pada tahun 1971, landasan pacu Bandara Lukla masih berupa tanah rumput. Pada tahun 2001, barulah landasan pacu diaspal untuk meningkatkan keamanan dan kemampuan menangani penerbangan.
Tahun 2008, Bandara Lukla resmi berganti nama menjadi Bandara Tenzing-Hillary. Perubahan nama ini mencerminkan penghargaan terhadap kontribusi mereka dalam pariwisata, pendakian, dan pembangunan komunitas lokal di kawasan Himalaya terutama di sekitar Lukla.
4. Otoritas Penerbangan Sipil Nepal menetapkan standar keamanan yang tinggi

Karena medan yang unik dan ekstrim, peraturan keselamatan di Bandara Tenzing-Hillary pun spesifik. Penerbangan Kathmandu-Lukla-Kathmandu biasanya lepas landas pada pagi hari, yaitu saat langit cerah dan visibilitas tinggi. Bandara biasanya tutup mulai tengah hingga sore hari saat angin barat daya yang kencang menciptakan angin silang atau angin belakang.
The Civil Aviation Authority of Nepal (CAAN) atau Otoritas Penerbangan Sipil Nepal telah menetapkan standar tinggi bagi pilot. Menurut standar tersebut, hanya pilot berpengalaman yang telah menyelesaikan sedikitnya 100 short take-off and landing (STOL), yang dapat mengoperasikan pesawat di bandara ini. Selain itu, pilot harus telah menyelesaikan sepuluh penerbangan ke Lukla dengan pendampingan instruktur bersertifikat.
5. Mayoritas pesawat yang beroperasi adalah jenis turboprop kecil
Pesawat yang beroperasi di Bandara Lukla dirancang efisien di landasan pendek, altitude tinggi, dan kondisi cuaca yang tidak menentu. Mayoritas pesawat adalah jenis turboprop kecil seperti DHC-6 Twin Otter dan Dornier 228. Setiap penerbangan rata-rata mengangkut belasan orang sekali trip.
Selain pesawat, helikopter juga sering digunakan untuk aksesibilitas yang lebih fleksibel. Ada setidaknya dua tipe helikopter yang beroperasi, yaitu Airbus H125 (AS350 B3e) yang cocok untuk kondisi ekstrim di Himalaya termasuk evakuasi medis. Serta helikopter Bell 407 yang cukup populer untuk penerbangan sewa dan misi penyelamatan.
6. Keberadaan Bandara Lukla menurunkan angka kematian di jalur pendakian Himalaya

Sebelum Bandara Lukla dibangun, perjalanan ke EBC jauh lebih menantang dan berbahaya. Para pendaki harus menempuh perjalanan darat dari Kathmandu ke wilayah Jiri. Kemudian dari Jiri, pendaki harus mendaki selama 5 hari untuk mencapai Lukla melalui trek yang berbahaya.
Dengan adanya bandara ini, waktu tempuh dapat dikurangi. Ini sekaligus menurunkan risiko kecelakaan dan angka kematian di jalur pendakian Himalaya. Dilansir laman Nepaltrekadventure, sebuah studi menyatakan tingkat kematian di jalur pendakian Gunung Everest menurun hingga 50 persen sejak pembangunan Bandara Tenzing-Hillary. Studi tersebut mengungkapkan bahwa alasan utama penurunan tersebut adalah peningkatan aksesibilitas ke evakuasi darurat.
Terlepas dari betapa sulit dan berbahayanya Bandara Tenzing-Hillary, keberadaannya menjadi hal yang krusial dalam peningkatan kualitas hidup dan perkembangan pariwisata di wilayah Himalaya. Bahkan, setidaknya ada 50 penerbangan bolak-balik dalam satu hari saat peak season. Menarik sekali ya fakta bandara ini!
Apakah kamu sudah pernah berkesempatan mengunjungi Bandara Tenzing-Hillary?