Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah di Luar Negeri Ada Ngabuburit? Ini 5 Penjelasannya

ilustrasi ngabuburit (pexels.com/Afriansyah Lamato)
ilustrasi ngabuburit (pexels.com/Afriansyah Lamato)

Menjelang waktu berbuka puasa, banyak orang di Indonesia mengisi waktu dengan berbagai kegiatan santai yang disebut ngabuburit. Istilah ini berasal dari bahasa Sunda, yang berarti menghabiskan waktu sore hingga azan magrib tiba. Kegiatan ngabuburit bisa bermacam-macam, mulai dari jalan-jalan, berburu takjil, hingga sekadar duduk santai bersama teman atau keluarga.

Konsep serupa ternyata juga ada di beberapa negara, meskipun tidak selalu disebut ngabuburit. Beberapa budaya memiliki tradisi unik dalam mengisi waktu sebelum berbuka puasa. Penasaran bagaimana kebiasaan ini berlangsung di luar negeri? Simak lima penjelasannya berikut ini!

1. Konsep ngabuburit tidak selalu ada di luar negeri

ilustrasi membaca Al-Quran (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi membaca Al-Quran (pexels.com/RDNE Stock project)

Tradisi ngabuburit di Indonesia berkembang karena budaya sosial yang kuat. Banyak orang memilih keluar rumah, berkumpul di taman kota, atau sekadar berkeliling mencari takjil. Suasana ramai ini menjadi ciri khas Ramadan yang sulit ditemukan di negara lain.

Di luar negeri, umat Islam tetap menunggu waktu berbuka, tetapi tanpa istilah khusus seperti ngabuburit. Kegiatan menjelang Magrib lebih bersifat personal, seperti membaca Al-Qur.'an, memasak, atau berkumpul bersama keluarga di rumah. Suasana lebih tenang karena masyarakat di sana tidak selalu memiliki kebiasaan keluar rumah saat menunggu azan

2. Sejarah ngabuburit dan perbedaannya dengan tradisi di negara lain

ilustrasi ngabuburit (unsplash.com/Wahyu Suryo Majid)
ilustrasi ngabuburit (unsplash.com/Wahyu Suryo Majid)

Ngabuburit berasal dari budaya Sunda dan mulai populer sejak lama. Dulu, masyarakat menggunakan waktu sebelum berbuka untuk bersantai setelah seharian bekerja atau membantu persiapan makan malam. Tradisi ini kemudian berkembang di berbagai daerah dan menjadi kebiasaan umum saat Ramadan.

Di negara-negara Timur Tengah, waktu menjelang berbuka biasanya diisi dengan persiapan makanan khas Ramadan. Beberapa komunitas juga mengadakan buka puasa bersama di masjid atau area publik, tetapi tanpa konsep ngabuburit seperti di Indonesia. Setiap negara memiliki cara unik dalam menyambut berbuka puasa sesuai dengan budaya masing-masing.

3. Menunggu waktu berbuka di negara dengan waktu puasa lebih lama

ilustrasi membaca buku (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi membaca buku (pexels.com/cottonbro studio)

Di beberapa negara, waktu puasa bisa lebih lama dibandingkan di Indonesia. Negara-negara seperti Norwegia, Islandia, dan Kanada bisa berpuasa hingga 18-20 jam sehari. Situasi ini membuat umat Islam harus mengatur energi agar tetap kuat menjalani hari.

Ngabuburit dalam kondisi ini lebih banyak dihabiskan dengan aktivitas ringan. Banyak yang memilih istirahat, membaca, atau berbincang dengan keluarga di rumah. Tidak banyak yang keluar untuk jalan-jalan karena tubuh membutuhkan lebih banyak energi untuk bertahan hingga berbuka.

4. Komunitas muslim di luar negeri memiliki versi ngabuburit sendiri

ilustrasi ngabuburit di luar negeri (unsplash.com/Gala Ruleva)
ilustrasi ngabuburit di luar negeri (unsplash.com/Gala Ruleva)

Di negara-negara dengan komunitas Muslim besar, suasana Ramadan tetap terasa meski tanpa ngabuburit seperti di Indonesia. Beberapa kota besar seperti London, New York, atau Dubai memiliki acara berbuka puasa bersama di taman atau masjid. Banyak orang berkumpul sebelum berbuka untuk berbagi makanan dan beribadah bersama.

Meskipun tidak disebut ngabuburit, kegiatan ini memiliki tujuan yang mirip yaitu mengisi waktu sore dengan sesuatu yang bermanfaat sambil menunggu Magrib. Beberapa tempat juga mengadakan bazar makanan halal yang menarik banyak pengunjung. Aktivitas semacam ini membuat Ramadan tetap terasa meriah meskipun jauh dari negara mayoritas Islam.

5. Suasana ramadan di negara dengan mayoritas non-muslim

ilustrasi ramadan di luar negeri (unsplash.com/ Samura Silva)
ilustrasi ramadan di luar negeri (unsplash.com/ Samura Silva)

Di negara dengan populasi muslim yang lebih sedikit, ngabuburit hampir tidak ada karena Ramadan bukan bagian dari budaya mayoritas. Tidak ada perubahan signifikan dalam aktivitas masyarakat umum, sehingga umat Islam menjalani ibadah dengan lebih privat. Banyak yang mengisi waktu sore dengan tetap bekerja atau bersekolah seperti biasa.

Beberapa memilih untuk berkumpul di komunitas kecil agar tetap merasakan kebersamaan dalam menjalankan ibadah puasa. Sebagian restoran atau masjid menyediakan tempat berbuka bersama bagi mereka yang ingin merasakan suasana Ramadan lebih hangat. Meskipun lebih sepi, Ramadan tetap bisa dinikmati dengan cara yang berbeda tanpa kehilangan esensi spiritualnya.

Ngabuburit adalah tradisi khas Indonesia yang sulit ditemukan di luar negeri. Meskipun umat Islam di berbagai negara tetap menunggu berbuka, cara mereka menghabiskan waktu berbeda-beda. Tidak ada ngabuburit bukan berarti suasana Ramadan berkurang, karena setiap tempat punya cara sendiri dalam merayakan bulan suci ini.

Referensi:

"Celebrating Diversity in Ramadan: Traditions Around the World". Muslim Aid. Diakses pada Maret 2025.

"Do You Know? The Term ‘Ngabuburit’ is Derived from Sundanese". Universitas Pasundan. Diakses pada Maret 2025.

 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Annisa Nur Fitriani
EditorAnnisa Nur Fitriani
Follow Us