7 Desa Cantik di Sekitar Labuan Bajo yang Wajib Masuk Bucket List-mu

Selama ini, Labuan Bajo selalu identik dengan wisata bahari dan Taman Nasional Komodo. Padahal, tak jauh dari Labuan Bajo juga ada banyak desa atau kampung adat yang bisa kamu kunjungi sembari belajar tentang budaya dan adat istiadat setempat.
Penasaran ada di mana saja? Simak ulasan tentang tujuh desa cantik 7 di sekitar Labuan Bajo yang wajib masuk ke dalam bucket list liburanmu di bawah ini, yuk!
1. Wae Rebo

Wae Rebo merupakan sebuah desa adat yang sudah diakui sebagai Situs Warisan Budaya dunia oleh UNESCO. Lokasinya berada di Kampung Satar Lenda, Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
Desa ini pun dijuluki sebagai ”desa di atas awan,” karena posisinya yang berada di atas ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut. Terdapat tujuh rumah adat Mbaru Niang yang berbentuk kerucut dan dijadikan tempat tinggal warga setempat. Kamu juga bisa menginap di sini bersama mereka, nih.
2. Kampung Adat Bena

Kampung Adat Bena merupakan sebuah perkampungan megalitikum yang diperkirakan sudah ada sejak 1.200 tahun lalu. Lokasinya berada di sebuah bukit dan berlatar Gunung Inerie, atau tepatnya di Desa Bena, Kecamatan Aimere, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.
Masyarakat kampung ini tinggal di rumah-rumah tradisional yang terbuat dari material alam. Mereka juga masih menjaga tradisi leluhur hingga sekarang melalui upacara atau ritual adat. Kalau ke sini, kamu serasa kembali ke zaman dulu, deh.
3. Kampung Adat Gurusina
Sama seperti Kampung Adat Bena, Kampung Adat Gurusina ini juga berada di Kabupaten Ngada, tepatnya di Kecamatan Jerebu dan di lereng Gunung Inerie, Nusa Tenggara Timur. Kampung ini diperkirakan sudah ada sejak 50 abad yang lalu dan dihuni 3 suku, yaitu Kabi, Agoazi, dan Agokae.
Ada sekitar 33 rumah adat yang terbuat dari bambu dan alang-alang di sini. Rumah-rumah tersebut ditata berjajar dan berhadap-hadapan. Pada 2018, sebanyak 27 rumah terbakar, tapi kini sudah dibangun lagi.
4. Kampung Adat Tololea

Masih di Nusa Tenggara Timur dan tak jauh dari Kampung Adat Gurusina terdapat Kampung Adat Tololea. Kampung ini juga memiliki rumah tradisional dengan bentuk yang unik dan terbuat dari kayu beratapkan ilalang.
Kampung ini pun masih mempertahankan tradisi leluhurnya. Hal ini terlihat dari bangunan historis berupa kuburan batu tua lancip yang adak di tengah lapangan dan Ngadu Baga atau miniatur bangunan yang dibangun untuk menghormati ngadu (bapak) dan baga (ibu).
5. Desa Wisata Liang Ndara

Terletak Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, Desa Liang Ndara ini dikenal karena keramahan warga dan juga pemandangannya yang indah. Saat tiba di desa ini, kamu akan disambut oleh tetua adat serta diiringi tarian dan musik daerah.
Kamu juga akan disuguhi minuman tradisional pau tua sebagai simbol kekeluargaan, menyaksikan tarian cici, mencoba permainan rungkuk alu dari bambu panjang yang diketuk sesuai irama, trekking menuju Air Terjun Liang Kantor, hingga belanja oleh-oleh anyaman dan kain tenun khas Manggarai Barat.
6. Kampung Adat Belaraghi

Satu lagi kampung adat yang ada di Kabupaten Ngada, NTT, yakni Kampung Adat Belaraghi. Kampung ini terletak di lereng Bukit Belaraghi atau tepatnya di Desa Belaraghi, Kecamatan Aimere, Kabupaten Ngada.
Semula, kampung yang dihuni Suku Belah, Suku Bawa, dan Suku Fu’i ini ada di atas bukit. Namun, pada 1950-an terjadi bencana kebakaran yang menghanguskan kampung ini. Masyarakat desa akhirnya direlokasi ke lereng bukit dan membangun kampung baru.
Rumah-rumah di sini memiliki pola yang unik, yaitu saling berhadapan dan berderet sejajar di kiri dan kanan jalan. Bagian tengah pemukiman yang lapang biasanya digunakan untuk kegiatan adat, termasuk menyambut wisatawan yang datang ke sana.
7. Desa Cancar

Berbeda dengan desa atau kampung yang telah disebutkan sebelumnya, Desa Cancar di Kabupaten Ruteng, NTT, ini populer, karena keberadaan area persawahan berbentuk jaring laba-laba yang disebut lodok. Tak sedikit wisatawan lokal maupun internasional datang ke sini untuk menyaksikannya.
Bentuk lodok rupanya memiliki filosofi yang mendalam bagi masyarakat setempat. Di desa ini ada lingko, yaitu sistem pembagian lahan sawah terpusat dan diukur dari titik tengah sawah.
Upacara adat Tenteatau akan diselenggarakan pada awal pembagian lahan dan dipimpin langsung oleh tetua adat. Sang tetua kemudian menancapkan kayu teno dan menumpahkan darah kambing pada titik episentrum lodok.
Nah, itu dia desa cantik tujuh di sekitar Labuan Bajo yang wajib masuk ke dalam bucket list liburanmu. Cantik semuanya, bukan?
Disclaimer: Perlu dipahami bahwa "di sekitar" Labuan Bajo bukan berarti jaraknya sangat dekat dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki, ya. Konteks di sekitar tersebut adalah masih dalam satu kawasan Nusa Tenggara Timur.