3 Lokasi Syuting Film Sore, Gak Cuma di Indonesia!

Film Sore: Istri dari Masa Depan jadi salah satu film yang kini sedang banyak mencuri perhatian tak hanya karena jalan ceritanya, melainkan juga berkat visual yang memanjakan mata. Proses produksi film ini tidak hanya dilakukan di dalam negeri saja lho tapi juga mencakup beberapa lokasi di luar negeri dengan lanskap yang mendukung cerita.
Ada tiga negara yang dipilih sebagai tempat pengambilan gambar karena menyimpan nilai fungsional dalam mendukung emosi karakter. Pemilihan lokasi syuting dalam film Sore: Istri dari Masa Depan bukan hanya soal keindahan visual, melainkan berkaitan erat dengan narasi yang dibangun.
Mari simak tiga lokasi syuting film Sore yang menyatu secara emosional dengan cerita.
1. Kroasia menjadi latar utama yang merepresentasikan perjalanan batin

Kroasia menjadi tempat paling dominan yang dipakai dalam proses produksi Sore: Istri dari Masa Depan. Berdasarkan penjelasan produser, sekitar 80 hingga 85 persen adegan film ini diambil di dua kota Kroasia, yaitu Zagreb dan Groznjan. Kedua kota ini menyajikan lanskap berbeda yang tetap dapat bersinergi dengan tema cerita tentang waktu, kehilangan, dan kesempatan kedua. Secara visual, keduanya punya atmosfer tenang sekaligus kontemplatif, yang mendukung tone film secara keseluruhan.
Zagreb sebagai ibu kota menyuguhkan sisi urban Eropa Timur yang klasik tapi tidak terlalu modern, menciptakan kesan waktu yang berhenti. Cocok dengan tema lintas waktu dalam film. Sementara itu, Groznjan menjadi titik balik emosional karakter karena lingkungan pedesaannya memunculkan suasana melankolis dan hangat.
Keputusan memilih Groznjan sebagai latar bukan hanya karena pemandangan, tapi karena kota kecil ini secara simbolis menggambarkan keterasingan dan perenungan karakter utama. Hal ini menjadikan Kroasia bukan hanya lokasi, tapi bagian penting dari narasi.
2. Jakarta menghadirkan keseharian yang berkonflik secara emosional

Jakarta tetap menjadi bagian penting dalam perjalanan cerita meskipun porsi pengambilan gambarnya tidak sebesar di Kroasia. Kota ini menjadi lokasi pembuka yang memperkenalkan dinamika kehidupan karakter Jonathan (Dion Wiyoko) sebelum ia mengalami perjalanan lintas waktu. Jakarta berfungsi sebagai latar realitas yang membumi, menghadirkan sisi rutinitas dan konflik personal dalam dunia nyata sebelum terjadi pergeseran ke dunia yang lebih emosional di Eropa.
Selain memperkuat latar belakang karakter dan hubungan personal yang retak, Jakarta juga menjadi simbol dari kejenuhan dan stagnasi. Lalu lintas yang padat, gedung-gedung tinggi, dan warna urban dihadirkan bukan hanya sebagai estetika, tapi sebagai metafora tekanan hidup. Kehadiran Jakarta dalam narasi membentuk dasar emosi karakter sebelum ia bertransformasi. Jadi, meskipun secara visual tidak seindah Kroasia atau Finlandia, Jakarta punya bobot cerita yang kuat dan relevan secara emosional dalam keseluruhan cerita film.
3. Finlandia menambahkan dimensi keintiman melalui lanskap alam

Pemilihan Finlandia dalam film ini tidak hanya berdasarkan keindahan visual, tapi juga pertimbangan terhadap profesi karakter utama. Sebagai fotografer, Jonathan memiliki hubungan kuat dengan alam, lanskap, dan momen. Finlandia menghadirkan lanskap bersalju dan cahaya alami yang tidak hanya estetis tapi juga mendalam secara emosi, terutama saat film mulai menyentuh tema memori dan harapan.
Visual Finlandia dipakai untuk mendukung transformasi karakter yang makin mendalam setelah melalui banyak konflik batin. Sinar matahari, hutan bersalju, serta suasana sunyi menciptakan ruang intim antara karakter dan perasaannya sendiri. Hal ini memperkuat tema film yang tidak hanya bercerita tentang waktu, tapi juga tentang rasa kehilangan dan kesempatan untuk menyembuhkan. Keputusan mengambil gambar di Finlandia memperlihatkan betapa seriusnya tim produksi dalam menjadikan setiap lokasi sebagai bagian dari narasi.
Jakarta, Kroasia, dan Finlandia bukan hanya latar tempat, tapi bagian dari perjalanan emosional yang ingin disampaikan oleh film yang dibintangi Sheila Dara tersebut. Melalui eksplorasi lokasi syuting film Sore ini, penonton bisa merasakan betapa sinema bisa menyentuh emosi tidak hanya lewat dialog, tapi juga lewat ruang dan tempat yang ditampilkan. Lokasi syuting film Sore menjadi elemen kunci yang menyatukan cerita, emosi, dan visual dalam satu kesatuan sinematik yang utuh.