Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Sejarah Nanjing, Jadi Saksi Berbagai Peristiwa Penting di Tiongkok

Mausoleum Sun Yat-sen di Nanjing
Mausoleum Sun Yat-sen di Nanjing (pexels.com/Mehmet Turgut Kirkgoz)
Intinya sih...
  • Nama Nanjing dicetuskan oleh Kaisar Hongwu, pendiri Dinasti Ming
  • Nanjing menjadi saksi awal kekuasaan Inggris atas Hong Kong
  • Era pemerintahan kerajaan berakhir di Nanjing setelah Revolusi Tiongkok
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Nanjing merupakan kota pelabuhan dan salah satu pusat perindustrian yang terletak di Tiongkok bagian timur. Secara administratif, Nanjing berstatus sebagai ibukota dari Provinsi Jiangsu. Kota ini dikelilingi oleh perbukitan di sisi timur dan selatan, serta dilalui oleh Sungai Yangtze di sebelah utara dan barat. Walaupun saat ini kita mengenal Beijing sebagai ibukota Tiongkok, Nanjing ternyata memiliki catatan sejarah yang menarik dalam hal pemerintahan. Nanjing sudah menjadi ibukota pemerintahan bahkan sejak abad ke-3 Masehi atau sebelum era penyatuan Kekaisaran Tiongkok dimulai.

Deretan peristiwa penting seperti revolusi, perjanjian pasca perang, hingga pembantaian yang dialami bangsa Tiongkok juga terjadi di Kota Nanjing. Kali ini kita akan membahas beberapa fakta seputar Nanjing yang menjadi bagian penting dalam perjalanan sejarah Tiongkok.

1. Nama Nanjing dicetuskan oleh Kaisar Hongwu, sang pendiri Dinasti Ming

Mausoleum Ming Xiaoling, Nanjing
Mausoleum Ming Xiaoling, Nanjing (commons.wikimedia.org/Vmenkov)

Sejarah Nanjing sebagai sebuah kota pemerintahan sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 229 Masehi. Nanjing, yang saat itu masih bernama Jianye, adalah ibukota dari Kerajaan Wu. Sejak saat itu, Jianye terus berdiri sebagai ibukota untuk beberapa dinasti setelahnya dan sempat beberapa kali berganti nama menjadi Jiankang, Jiangzhou, Jinling, Jiangning, dan kembali lagi menjadi Jiankang.

Setelah beberapa kali pemerintahan silih berganti, Dinasti Ming yang berdiri pada 1368 kembali memilih Jiankang sebagai ibukotanya. Pendiri Dinasti Ming, Zhu Yuanzhang atau yang bergelar Kaisar Hongwu, mengganti nama Jiankang menjadi Nanjing yang artinya ibukota di bagian selatan.

Selama pemerintahan Dinasti Ming, Nanjing bertransformasi menjadi kota penting dengan pembangunan istana kerajaan serta tembok-tembok benteng yang mengelilinginya. Aneka produk kesenian seperti kain tenun dan keramik merupakan salah satu pilar penting penggerak perekonomian Nanjing selain industri pembuatan kapal dan perdagangan.

2. Nanjing menjadi saksi awal mula kekuasaan Inggris atas Hong Kong

lukisan kapal-kapal di Inggris di wilayah Kanton
lukisan kapal-kapal di Inggris di wilayah Kanton (picryl.com/mit.edu)

Saat ini kita mengenal Hong Kong sebagai wilayah administratif khusus Tiongkok yang menganut prinsip satu negara dua sistem. Hong Kong memiliki sistem hukum dan pemerintahannya sendiri yang berbeda dengan Tiongkok, karena wilayah tersebut pernah menjadi koloni Inggris selama lebih dari 100 tahun. Mengapa Inggris bisa menguasai Hong Kong untuk waktu yang sangat lama?

Sejarah penguasaan Inggris atas Hong Kong bermula dari Perang Opium I atau salah satu perang dagang berpengaruh di pertengahan abad 19. Dua pihak yang berseteru dalam perang dagang ini adalah Inggris dan Dinasti Qing. Pertempuran yang terjadi pada 1839-1842 tersebut dimenangkan secara telak oleh Inggris.

Pasca kekalahan Dinasti Qing, sebuah perjanjian disepakati di daerah Nanjing (saat itu masih bernama Nanking). Treaty of Nanking dikenal sebagai salah satu perjanjian yang hanya menguntungkan salah satu pihak, dalam hal ini Inggris.

Beberapa poin utama dari Treaty of Nanking yaitu pembukaan lima pelabuhan untuk pedagang Inggris, penetapan tarif impor, hingga jaminan hak ekstrateritorial untuk seluruh warga Inggris yang berada di wilayah Tiongkok. Selain itu, Dinasti Qing juga menyewakan Hong Kong kepada Inggris untuk jangka waktu yang tidak ditentukan. Barulah pada tahun 1997, Inggris secara resmi menyerahkan kembali hak kuasa atas Hong Kong kepada Tiongkok.

3. Era pemerintahan kerajaan berakhir di Nanjing

beberapa anggota organisasi Tongmenghui
beberapa anggota organisasi Tongmenghui (picryl.com/Wikimedia Commons)

Perang Opium membuat pemerintahan Dinasti Qing semakin rapuh. Bukan hanya perekonomian yang tidak stabil, situasi sosial di tengah masyarakatnya pun ikut bergejolak. Dinasti Qing, yang berasal dari suku Manchu, tidak pernah dianggap menjadi bagian dari masyarakat Tiongkok yang sebagian besar merupakan suku Han.

Di samping itu, pergerakan untuk moderninasi Tiongkok semakin keras digaungkan, salah satunya oleh Sun Yat-sen yang merupakan seorang dokter dengan latar belakang pendidikan Barat. Dalam usahanya untuk mengubah Tiongkok dari kerajaan menjadi republik, Sun Yat-sen menghimpun kekuatan melalui organisasi yang didirikannya bersama kawan-kawan seperjuangannya yaitu Tongmenghui. Tongmenghui merupakan cikal bakal dari Kuomintang alias Partai Nasionalis.

Meskipun Sun Yat-sen diasingkan oleh pemerintahan Dinasti Qing, ide-ide dan semangat revolusionernya sudah tertanam kuat di kelompok-kelompok masyarakat Tiongkok. Pemberontakan yang terjadi di Wuchang pada 1911 di bawah pimpinan Huang Xing, dengan cepat meluas ke berbagai tempat dan berubah menjadi Revolusi Tiongkok. Era kerajaan yang berlangsung selama lebih dari 2000 tahun akhirnya berakhir dan digantikan oleh pemerintahan Republik Tiongkok dengan Sun Yat-sen sebagai presiden pertama.

4. Pembantaian Nanjing merupakan salah satu peristiwa kelam yang terjadi pada masa penjajahan Jepang

Nanjing Massacre Memorial
Nanjing Massacre Memorial (commons.wikimedia.org/Gary Todd)

Walaupun tidak menguasai keseluruhan wilayah, masa penjajahan Jepang yang dimulai antara tahun 1931-1945 merupakan sejarah kelam yang tidak pernah dilupakan bangsa Tiongkok. Pada 1937, Jepang secara agresif mulai menginvasi wilayah-wilayah Tiongkok lainnya, tak terkecuali Nanjing yang saat itu berstatus ibukota Republik Tiongkok.

Setelah berhasil melumpuhkan pasukan militer Tiongkok, pasukan Jepang mendapat perintah dari Matsui Iwane selaku komandan pertempuran wilayah Tiongkok Tengah untuk menghancurkan Kota Nanjing. Bukan sekedar membakar gedung dan area pemukiman, pasukan tentara Jepang juga membunuh sekitar 300ribu penduduk Nanjing. Ribuan di antaranya sekaligus menjadi korban kekerasan seksual.

5. Dominasi Partai Nasionalis segera berakhir setelah Nanjing diambil alih oleh Partai Komunis

Tentara Pembebasan Rakyat menduduki Presidential Palace di Nanjing
Tentara Pembebasan Rakyat menduduki Presidential Palace di Nanjing (picryl.com/Wikimedia Commons)

Pasca kekalahan Jepang di Perang Dunia II, Nanjing kembali menjadi ibukota Republik Tiongkok sekaligus markas utama Partai Nasionalis. Di saat yang sama, tahun 1945 menandai kebangkitan kekuatan lain dari wilayah pedesaan Tiongkok bagian utara, yaitu Partai Komunis.

Partai Komunis semula hanya menguasai sekitar sepersepuluh dari wilayah Tiongkok. Secara mengejutkan, angka ini bertambah hingga sepertiga wilayah pada tahun 1948. Satu-satunya wilayah yang belum dikuasai oleh Partai Komunis adalah daerah-daerah di seberang Sungai Yangtze, di antaranya Nanjing dan Shanghai.

Di saat yang sama, pemerintahan Nasionalis di bawah Chiang Kai-shek diwarnai ketidakstabilan ekonomi dan protes dari berbagai kalangan pekerja. Situasi ini berujung pada mundurnya Chiang Kai-shek dari kursi presiden dan digantikan oleh Li Tsung-jen.

Mao Zedong selaku pimpinan Partai Komunis beberapa kali menawarkan kesepakatan damai kepada Li Tsung-jen dengan beberapa syarat, salah satunya menjadikan Mao sebagai presiden dan Li Tsung-jen sebagai wakil untuk pemerintahan transisi. Karena Li Tsung-jen menolak kesepakatan yang ditawarkan, Partai Komunis melalui Tentara Pembebasan Rakyat memulai operasi militer untuk menguasai Nanjing dan kota-kota di sekitar Sungai Yangtze. Pada 24 April 1949, Nanjing secara resmi jatuh ke tangan Partai Komunis dan mengakhiri pemerintahan Partai Nasionalis.

Walaupun Beijing dipilih sebagai ibukota Republik Rakyat Tiongkok sejak 1 Oktober 1949, Nanjing tercatat dalam sejarah sebagai tempat berakhirnya kekuasaan Partai Nasionalis melalui pembentukan Republik Tiongkok. Dalam perjalanannya, Nanjing tumbuh menjadi kota modern dan metropolitan, ditandai dengan berdirinya berbagai instansi serta fasilitas publik seperti Nanjing University of Science and Technology, Wu Taishan Sports Center, Nanjing Railway Station, juga Nanjing Lukou International Airport.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us

Latest in Travel

See More

Cara ke Beijing dari Medan dengan Praktis dan Nyaman

01 Okt 2025, 12:50 WIBTravel