Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Kesalahan Pendaki yang Membuatnya Bisa Tersesat, Jangan Ditiru!

ilustrasi pendaki (pexels.com/Eric Dekker)
Intinya sih...
  • Mendaki gunung memiliki risiko tersesat yang serius, terutama karena kurang persiapan dan kesalahan pengambilan keputusan.
  • Tidak mempelajari jalur pendakian, mengandalkan pemandu atau GPS, dan merasa yakin diri bisa berbahaya saat mendaki gunung.
  • Mendaki sendirian tanpa koordinasi kelompok, mengabaikan rambu dan penanda jalur resmi juga meningkatkan risiko tersesat di gunung.

Mendaki gunung merupakan aktivitas yang menyenangkan, sekaligus menantang karena risikonya yang tidak bisa disepelekan. Risiko paling serius dalam mendaki adalah kemungkinan tersesat, sehingga bisa terjadi pada siapa pun, baik pemula atau bahkan pendaki berpengalaman.

Ada banyak kasus di mana pendaki tersesat bukan hanya diakibatkan karena kondisi alam, melainkan juga karena kurang persiapan dan kesalahan dalam pengambilan keputusan. Oleh sebab itu, sebaiknya hindari kesalahan berikut ini dalam mendaki gunung agar tidak sampai tersesat.

1. Tidak menguasai jalur atau peta pendakian

Ilustrasi pendaki (pexels.com/Avinash Patel)

Kesalahan fatal adalah dengan tidak mempelajari jalur pendakian atau bahkan tak membawa peta dan kompas saat memulai perjalanan. Jika kamu tidak memiliki pemahaman yang baik terkait rute, maka pendakian akan sangat rentan mengambil jalur yang keliru saat menemui percabangan atau kondisi jalur yang samar.

Jika kamu mengandalkan sepenuhnya pada pemandu atau sinyal GPS tentu bisa berbahaya, sebab teknologi bisa saja gagal diakses di kondisi terpencil yang minim sinyal. Oleh sebab itu, pahamilah titik-titik penting, seperti sumber air, pos, hingga jalur turun agar lebih aman saat mendaki.

2. Terlalu percaya diri dan melewatkan briefing

ilustrasi pendaki (pexels.com/Gabriela Palai)

Ada banyak pendaki yang mungkin merasa yakin dengan kemampuan fisiknya atau sudah memiliki pengalaman sebelumnya, sehingga menyepelakan briefing dari petugas atau tim penyelenggara terkait. Padahal informasi dan briefing yang disampaikan tentu penting, sebab mencakup jalur alternatif, prakiraan cuaca, hingga potensi bahaya.

Rasa percaya diri yang berlebihan jelas bisa menimbulkan bahaya karena membuat pendaki mudah keluar jalur dan mengabaikan tanda-tanda alam yang menunjukkan adanya bahaya. Perlu diingat bahwa dalam dunia pendakian, sikap rendah hati merupakan kunci keselamatan yang tidak boleh diabaikan.

3. Terpisah dari kelompok

ilustrasi pendakian (unsplash.com/Ashim D’Silva)

Mendaki dalam kelompok sebetulnya sangat dianjurkan untuk alasan keamanan dan efisiensi. Jika seseorang memutuskan untuk mendaki sendirian tanpa koordinasi dari rombongan, maka potensi tersesat pun akan jauh lebih tinggi dan pada akhirnya memicu bahaya yang tidak diinginkan.

Terpisah dari kelompok membuat seseorang rentan kehilangan dukungan logistik dan juga komunikasi apabila sewaktu-waktu mengalami kendala. Selain itu, kondisi hutan lebat dan berkabut sangat memungkinkan seseorang kehilangan arah tanpa adanya orang lain sebagai penunjuk arah.

4. Mengabaikan tanda-tanda alam dan jalur resmi

ilustrasi pendaki (pexels.com/Merve Akkuş)

Ada banyak pendaki yang dengan sengaja justru mengabaikan rambu, pita penanda, hingga tanda-tanda alam berupa jejak kaki dan jalur terbuka. Perlu diingat bahwa jalur resmi sudah dirancang agar lebih aman dan juga mudah diikuti, bahkan untuk kondisi cuaca yang kurang baik.

Jika memang tertarik untuk mengeksplorasi jalur alternatif tanpa pengetahuan yang memadai, maka hanya akan berujung bahaya, apalagi jika cuacanya berubah tiba-tiba dan visibilitas pun semakin berkurang. Oleh sebab itu, selalu ikuti jalur resmi dan perhatikan lingkungan sekitar agar tidak sampai tersesat.

Tersesat di gunung bukanlah hal yang sepele, sebab bisa berujung pada bahaya yang tidak bisa disepelekan. Oleh sebab itu, pahami risiko yang ada dan hindari kesalahan yang mungkin diperbuat agar proses pendakian berjalan lancar. Alam akan selalu terbuka bagi pendaki yang menghormati dan tidak menyepelekannya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us