Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Brand Suzuki Tidak Sekuat Toyota dan Honda?

Suzuki S-Presso (suzuki.co.id)

Suzuki sudah lama malang-melintang di Indonesia. Pabrikan asal Jepang ini dikenal dengan mobilnya yang berkualitas. Bahkan beberapa mobil Suzuki, seperti Ertiga, Carry, dan Jimny laris manis di negeri ini.

Hanya saja, jika dibandingkan dengan pabrikan Jepang lain, seperti Honda dan Toyota, kenapa brand Suzuki seperti kurang bersinar, ya? Ini antara lain bisa dilihat dari penjualan mobil Suzuki yang selalu di bawah Honda apalagi Toyota. Kenapa bisa begitu, ya?

1. Suzuki fokus menggarap segmen mobil murah

jimnyhype.com

Salah satu strategi utama Suzuki di Indonesia adalah berfokus pada kendaraan ekonomis dengan harga terjangkau, seperti Suzuki Carry, Ertiga, dan Wagon R. Meskipun strategi ini berhasil menarik konsumen dari kelas menengah ke bawah, namun Suzuki kehilangan daya tarik di segmen premium atau kelas menengah atas.

Pada saat yang sama, Toyota, Honda, dan Nissan memiliki portofolio produk yang lebih beragam, mencakup berbagai segmen dari entry-level hingga premium. Produk seperti Toyota Fortuner, Honda CR-V, atau Nissan X-Trail telah membangun citra merek mereka sebagai produsen mobil yang tidak hanya ekonomis tetapi juga berkualitas tinggi dan prestisius.

Sebaliknya, Suzuki jarang memiliki produk di segmen ini, sehingga citranya cenderung terbatas sebagai produsen mobil ekonomis saja. Kurangnya diversifikasi produk juga membuat Suzuki sulit bersaing dengan kompetitor yang menawarkan kendaraan dengan fitur lebih canggih, desain modern, dan performa yang lebih unggul di berbagai segmen pasar.

2. Strategi pemasaran kurang agresif

ilustrasi kunci mobil (pexels.com/Karolina Grabowska)

Toyota dan Honda memiliki strategi pemasaran yang sangat agresif di Indonesia. Mereka secara konsisten menjalankan kampanye iklan besar-besaran, menawarkan berbagai promo, serta mengadakan event dan pameran untuk memperkuat posisi merek mereka. Selain itu, mereka memiliki jaringan dealer yang luas dan memberikan layanan purna jual yang sangat baik, sehingga kepercayaan konsumen terhadap merek mereka semakin tinggi.

Sebaliknya, Suzuki terlihat kurang agresif dalam hal pemasaran. Kampanye iklan Suzuki cenderung tidak sebesar dan tidak seintensif Toyota atau Honda. Selain itu, meskipun Suzuki memiliki jaringan dealer yang cukup luas, layanan purna jual mereka sering dianggap kurang kompetitif dibandingkan dengan Toyota dan Honda, yang dikenal memberikan pengalaman pelanggan yang unggul.

Kurangnya strategi pemasaran yang kuat membuat Suzuki sulit membangun citra merek yang dapat bersaing dengan kompetitor utama.

3. Kurangnya inovasi produk

Pabrik Suzuki Thailand (suzukicycles.com)

Industri otomotif berkembang sangat cepat, dengan konsumen yang kini lebih mencari kendaraan yang dilengkapi teknologi modern, fitur keselamatan canggih, dan desain yang atraktif. Toyota dan Honda terus memperbarui produk mereka dengan teknologi terbaru, seperti sistem hybrid, fitur keselamatan aktif, dan konektivitas digital.

Di sisi lain, inovasi Suzuki terbilang lambat dibandingkan dengan kompetitor. Produk-produk mereka sering kali dianggap lebih sederhana dan kurang inovatif, terutama dalam hal teknologi dan fitur keselamatan. Meskipun Suzuki terkenal karena daya tahan dan efisiensi bahan bakarnya, banyak konsumen yang kini lebih memilih kendaraan dengan teknologi modern, sehingga Suzuki semakin tertinggal dalam menarik perhatian pasar yang lebih luas.

Sebagai contoh, Toyota memiliki berbagai model hybrid yang sudah mapan, seperti Toyota Corolla Cross Hybrid dan Toyota Camry Hybrid. Sementara itu, Honda terus memperkenalkan teknologi canggih melalui Honda Sensing. Suzuki masih minim dalam menawarkan produk dengan teknologi serupa, sehingga tidak mampu menarik konsumen yang lebih mengutamakan inovasi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us